Kisah Tenar Pengobatan Alternatif Gus Bas, Pria Mojokerto Berdarah Gujarat-Majapahit

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Jalanan kecil menuju Yayasan Fajar Mujarab mulai padat pengunjung. Mereka adalah keluarga pasien yang tengah mengharap pengobatan alternatif dari Gus Basuki Rahmat atau Gus Bas.
Motor dan mobil berjejer membawa sanak keluarga. Beberapa tamu nampak menunggu di depan warung sederhana mepet sawah. Ada yang datang dengan keluhan ringan hingga berat. Bahkan membutuhkan tindakan operasi.
Advertisement
Pengobatan alternatif Gus Bas cukup tersohor. Ia mampu melakukan operasi tanpa mengeluarkan darah pasien seperti layaknya operasi medis. Sehingga yayasan ini kerap menjadi rujukan guna mencari kesembuhan. Terutama bagi warga kurang mampu.
Biasanya menjelang Ashar seperti ini, Gus Bas tengah beristirahat sejenak. Sementara kedua putranya menangani pasien yang datang untuk perawatan lanjutan. Beberapa saat kemudian, pria berusia 60 tahun itu mulai muncul dan menyapa. Sembari menunggu jam praktik, ia sempatkan bercerita.
"Pengobatan di sini itu intinya menolong warga yang tidak mampu, jadi tidak ada unsur harus sekian-sekian," katanya kepada TIMES Indonesia, Senin (28/6/2021).
Gus Bas mengaku mendapat kemampuan pengobatan alternatif dari para leluhurnya tanpa perlu belajar medis. "Alhamdulillah saya nggak pernah belajar, itu di luar nalar. Jadi saya nggak bisa menerangkan," ucapnya.
Gus Bas sendiri merupakan keturunan Gujarat. Moyangnya datang ke Indonesia dalam rangka perjalanan dakwah. Sementara sang ibu asli dari Majapahit.
"Bapak mbah saya itu memang dari Gujarat, ibu dari Majapahit sini. Memang sejarah dulu bapak intinya datang ke Indonesia di Pacitan itu dakwah lewat pengobatan," kisahnya.
Gus Bas membuka pengobatan alternatif sejak 1988 silam. Ia ingin menolong masyarakat kecil atau warga kurang mampu yang tengah kesulitan apabila harus menanggung biaya rumah sakit.
Bahkan Gus Bas memberikan pengobatan secara gratis pada mereka. Ia juga mendapatkan dukungan peralatan medis langsung dari Ketua DPD RI La Nyalla Mattaliti.
Yayasan Fajar Mujarab tempat Gus Bas melakukan praktik pengobatan alternatif, Senin (28/6/2021).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Saat pertama kali berdiri, tempat pengobatan alternatif milik Gus Bas masih berupa bangunan sederhana dari bambu hingga tahun 2000 mulai bermetamorfosa menjadi bangunan permanen.
Pada tahun 2015 ia mendapat bantuan renovasi dari La Nyalla. Bahkan batu peresmian yang tertanam di halaman Yayasan Fajar Mujarab ditandatangani oleh Ketua DPD RI tersebut hingga dikenal juga sebagai Yayasan Fajar Mujarab La Nyalla Academia.
Ia sengaja tidak memasang baliho, penunjuk arah dan semacamnya. Namun ketenaran pengobatan ini justru dari getok tular para pasien.
Gus Bas menyadari keterbatasan tenaga. Bayangkan, setiap hari hampir 200 pasien datang silih berganti. Belum lagi ketika akhir pekan bisa mencapai 500 pasien meminta pertolongan.
Guna menertibkan antrean saat pasien membludak, Gus Basuki membagikan nomor antrean. Karena Gus Bas sendiri tidak membuka praktik di tempat lain. Ia dibantu dua orang putranya selama penanganan. Satu putranya sempat mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES).
"Anak saya hanya regenerasi saja, jadi masih belum bisa pasien yang berat. Jadi yang terapi aja seperti melepas jahitan," ujarnya.
Pengobatan buka mulai pukul 08.00-20.00 WIB saat akhir pekan dan buka mulai pukul 15.00-19.00 WIB saat hari-hari biasa.
Lokasi Yayasan Fajar Mujarab LaNyalla Academia berada di Jalan Raya Mojosari Pacet, Desa Pesanggrahan, Gg 1 No. 99, Kabupaten Mojokerto. Cukup dekat dari jalan raya. Pasien harus bersabar karena seringkali mereka harus antre.
Siapapun yang datang, pasti ia layani. Bahkan pasien yang melakukan operasi juga bisa langsung pulang tanpa perlu rawat inap. Seberat apapun penyakitnya.
Mereka datang dari segala penjuru. Dari Lamongan, Flores, bahkan Australia dan Malaysia. Sejauh ini tak pernah ada komplain dari pasien pasca pengobatan. "Alhamdulillah selama ini tidak ada," katanya.
Banyak pasien datang dengan keluhan kanker, ginjal dan penyakit berat lainnya. Termasuk dengan keluhan non medis. Ia mengaku sempat menangani pasien dengan kondisi berat seperti kanker dan liver. Menurut dia, semua penyakit berat ini berasal dari unsur makanan.
"Jadi makanan yang banyak mengandung kimia, makanan yang alam sementara banyak ditinggalkan. Maunya semua instan, mestinya harus alami," kata Gus Basuki.
Gus Basuki bercerita, sempat ada dokter bertanya tentang praktik operasi yang ia lakukan. Karena rata-rata sepanjang operasi pasien tidak mengeluarkan darah. "Ada titik-titik yang tidak mengeluarkan darah saya sudah tahu dari situ, ya kita bismillah saja," tandasnya.
Peralatan Gus Bas memang tak selengkap peralatan medis di rumah sakit. Ada tiga sampai empat bed untuk istirahat sementara pasien sembari menunggu penanganan, kemudian satu bed di ruang pengobatan. Berikut lampu sorot, peralatan operasi ringan dan perlengkapan higienis.
"Ndak begitu seperti dokter, jadi intinya itu alternatif ya ndak sama," tambahnya.
Tinus misalnya. Warga Flores NTT (Ende) mengantar keluarganya yang tengah menderita kanker getah bening selama 5 tahun terakhir. Berbagai upaya telah mereka lakukan namun tak kunjung hasil. Kemudian ia mendengar tentang pengobatan alternatif di Yayasan milik Gus Bas.
"Saya baru kali ini tadi ke sini. Informasinya tahu dari tetangga. Sebelumnya sudah berobat ke mana-mana. Termasuk rumah sakit. Sudah jauh dari Flores ke sini berarti sudah banyak yang kami kelilingi. Karena kalau untuk operasi di RS kami takut," ucap Gus Bas. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Rizal Dani |