Peristiwa Daerah

Nakes Bertumbangan, Tersisa 1 Petugas Swab Antigen di Pulau Sapeken 

Selasa, 29 Juni 2021 - 20:25 | 357.83k
Peta Kepulauan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Madura.(foto: Dok.Aljazeera)
Peta Kepulauan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Madura.(foto: Dok.Aljazeera)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MADURA – Para tenaga kesehatan (nakes) di Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Madura sudah mulai tumbang menangani kasus Covid-19 di wilayah terisolir tersebut. 

Berdasarkan data Camat Sapeken H Jailani, hingga Selasa (29/6/2021) terdapat total 52 orang terkonfirmasi positif hasil swab antigen. Mereka terdiri dari nakes 19 orang (perawat 16 dan dokter 3 orang) serta masyarakat umum 33 orang yang tersebar di 11 desa. 

Advertisement

"Seandainya kita tracing ketat mungkin akan lebih banyak lagi," jelas Jailani saat rapat koordinasi dengan Koarmada II dan Compak Sehat Sumenep yang dikomando oleh KH Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans, Selasa (29/6/2021).

Jailani menerangkan, saat ini warga yang terpapar melakukan isolasi mandiri di desa masing-masing pasca menerima hasil swab antigen. 

Secara demografi, Sapeken merupakan penyambung pulau-pulau sekitatnya atau sebagai pusat transit. Warga harus melakukan swab antigen untuk bepergian sesuai kebijakan Pemkab Sumenep. Misal saat pergi ke Jawa atau Bali. 

Nakes Bertumbangan bRakor antara Compak Sehat Sumenep, Koordinator GUSDUrian Alissa Wahid dan Koarmada II membahas penanganan Covid-19 di Sapeken, Selasa (29/6/2021).(Tangkapan Layar)

Swab antigen hanya bisa dilakukan di Puskesmas Sapeken atau biasa disebut Puskesmas induk. Setelah dinyatakan negatif, mereka bisa melanjutkan berlayar menyeberang pulau atau jika positif kembali ke desa masing-masing guna isolasi mandiri. 

Seluruh warga yang terpapar melakukan isolasi mandiri karena tidak memiliki tempat isolasi khusus. Warga harus menempuh perjalanan 2-3 jam menggunakan perahu tradisional untuk kembali ke rumah mereka.

"Karena lokasi sempit tidak ada lahan atau bangunan sebagai tempat karantina. Sehingga solusinya isolasi mandiri. Hari ini ada tambahan 4 orang. Banyak warga positif tapi tidak terdeteksi," bebernya.

Jumlah warga terkonfirmasi positif Covid-19 meliputi Desa Tanjung Kiaok 3 orang, Desa Sepanjang 7 orang, Desa Pagerungan Besar 7 orang, Desa Sadulang 1 orang, dan Desa Sapeken 16 orang. 

Sementara kasus meninggal akibat Covid-19 sejumlah 3 orang, dari Sapeken 1 orang, Desa Sepanjang 1 orang dan Desa Pagerungan Besar 1 orang. Sedangkan 19 orang nakes dibawa menuju RS Abuya dengan kapal carter milik penduduk setempat.

Hal tersebut dibenarkan oleh pihak Puskesmas Kecamatan Sapeken, Syaiful. Bahkan saat ini tenaga kesehatan swab antigen yang bertugas di sana tersisa 1 orang saja. 

"Ini untuk yang bertugas di Puskesmas induk data terakhir 9 orang. Ahli swab tinggal 1 orang di Sapeken, yang 2 terpapar," jelas Syaiful. 

Ia menyebut kondisi di Sapeken sudah tidak stabil dan kekurangan nakes. Khusus di Kecamatan Sapeken sendiri, nakes terkonfirmasi positif 9 orang dan masyarakat 16 orang. 

"Kita kekurangan tenaga di sini," tandasnya. 

Kecamatan Sapeken hanya memiliki 1 unit Puskesmas yang minim fasilitas. Namun, Postu dan Polindes tersebar di 11 desa. Penanganan kesehatan terpusat di Rumah Sakit Abuya di Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean yang menempuh perjalanan 4-5 jam menggunakan kapal. 

Syaiful menjabarkan, Puskesmas Sapeken hanyalah tempat transit. Pasien Covid-19 dengan kondisi parah memang dirujuk ke RS Abuya, Kabupaten Sumenep. Jumlah pasien dengan kondisi cukup berat sekitar 4 orang sementara lainnya tidak bergejala. Bahkan ada catatan ibu bersalin terkonfirmasi positif hari ini. 

Ia menambahkan, berdasarkan SOP Kemenkes, Puskesmas memang tidak mempunyai standar untuk merawat pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19.

"Tapi secara simptomatik (pengobatan gejala) sudah kita upayakan berupa pemberian obat-obatan dan oksigen," ujarnya. 

Syaiful yang juga bertindak sebagai penanggungjawab vaksinasi menambahkan, bahwa cakupan vaksinasi di Sapeken sejak Februari hingga 29 Juni 2021 masih sangat minim dari total 60 ribu jiwa yang ada. 

Tercatat 93 orang nakes telah mendapatkan dosis pertama dan kedua, 996 orang pelayan publik menerima vaksin dosis pertama dan 603 pelayan publik mendapat dosis kedua. Sementara lansia baru 4 orang. Sedangkan masyarakat umum lainnya belum menerima suntik vaksin. 

Masalah lain adalah kondisi geografis kepulauan dan kultur penduduk setempat. Hanya 10 persen masyarakat percaya Covid-19. Sehingga protokol kesehatan kurang mendapatkan perhatian. 

Salah satu faktor kurangnya kesadaran menjaga protokol kesehatan adalah pengaruh kultur. Warga menganggap bahwa Covid-19 bukanlah penyakit virus namun penyakit kasambangan

"Ciri-cirinya sama dengan Covid. Batuk, pilek, panas. Itu dijadikan landasan masyarakat yang notabene maaf, 'pendidikannya kurang'," tandasnya. 

Perlu bergerak bersama guna meningkatkan kesadaran masyarakat. Selama dua tahun terakhir, pihak Puskesmas dan perangkat desa telah melakukan sosialisasi. Sapeken tidak bisa terpisah dari pulau-pulau yang lain.

Sosialisasi memang membutuhkan perjuangan. Karena interval antar pulau membutuhkan waktu. Terutama menuju pulau paling ujung yaitu Pulau Sakala. 

Ada 11 desa yang beberapa dusunnya terpisah antar pulau. Misal Desa Sadulang yang memilki 3 dusun di tiga pulau. Warga kebanyakan menggunakan Bahasa Bajo dan Bahasa Madura. 

"Apabila warga dikumpulkan di satu tempat kendalanya adalah jarak yang harus ditempuh," ucap Syaiful.

Laporan fakta lapangan tersebut langsung mendapat respon dari Asops Pangkoarmada II Kol (P) Edi Haryanto. Pihaknya segera menindaklanjuti berbagai permasalahan  tersebut. Tim edukasi dari Koarmada II akan mendatangi pulau-pulau mendekati masyarakat.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES