Peristiwa Daerah

Parongpong dan Puntung Rokok

Senin, 09 Agustus 2021 - 15:38 | 212.40k
Puntung rokok dalam asbak diatas meja. (foto: Dhani Setiawan/TIMES Indonesia)
Puntung rokok dalam asbak diatas meja. (foto: Dhani Setiawan/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SEMARANGSampah puntung rokok merupakan barang berbahaya yang tidak hanya mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, tetapi juga permasalahan lingkungan. Dalam beberapa tahun terakhir, muncul inisiatif untuk mengolah puntung rokok menjadi barang yang lebih ramah lingkungan, namun pengerjaannya dinilai sulit dan mahal. Karena berbagai persoalan terkait konsumsi rokok, desakan agar konsumen berhenti merokok semakin besar.

Sepintas, tidak ada yang aneh dengan asbak yang tergeletak di atas meja di ruang workshop Parongpong, sebuah perusahaan pengolah limbah di Bandung, Jawa Barat. Bentuknya bulat seperti asbak pada umumnya, dan teksturnya keras seperti terbuat dari olahan tanah dan semen. Namun asbak itu sebenarnya terbuat dari ratusan batang puntung rokok yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk bernilai guna seperti itu.

"Dari puntung rokok hingga menjadi asbak itu melalui proses yang panjang," kata Founder Parongpong, Rendy Aditya Wachid, dalam sebuah wawancara pada pertengahan Juli. "Tidak mudah dan murah mengolah sampah puntung rokok menjadi barang jadi,"

Proses pertama adalah mengumpulkan sebanyak-banyaknya sampah puntung rokok.

"Kami tidak menerima sampah langsung dari customer," kata Rendy. Hal ini untuk menghindari persepsi masyarakat bahwa upaya yang dilakukan Parompong adalah solusi instan terkait persoalan sampah puntung akibat tingginya konsumsi rokok. "Untuk memecahkan persoalan sampah puntung rokok, sebaiknya orang ya tetap harus berhenti merokok," katanya.

Pada awal proyek pengolahan sampah puntung pada 2019, Parompong mengumpulkan ribuan puntung rokok dari beberapa cafe di sekitar Kota Bandung yang sudah menjalin kerja sama dengannya. Sejak itu pula, sosialisasi terkait bahaya sampah puntung rokok terus digalakkan. Dua tahun berselang, kini sudah ada lebih dari 90 titik pengumpulan sampah puntung yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Kebanyakan perokok tidak tahu bahwa puntung rokok itu tidak dapat terurai secara alami, jadi mereka membuang puntung tersebut sembarangan," kata Rendy.

Mengutip hasil riset yang dilakukan lembaga non-profit Keep America Beautiful (KAB), paling tidak ada dua alasan yang melatarbelakangi seseorang membuang puntung rokok sembarangan, yakni kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya sampah puntung rokok dan ketersediaan tempat sampah khusus untuk sisa rokok di fasilitas publik. Masih menurut KAB, perkara pengolahan puntung rokok yang tak dilakukan di tingkat kota serta sedikitnya perusahaan yang mengolah sampah jenis ini menjadi alasan sampah puntung rokok tidak terkelola dengan baik.

Setelah puntung rokok terkumpul banyak, kata Rendy, sampah-sampah tersebut selanjutnya diolah dengan menggunakan mesin hydrothermal, yang pada dasarnya memiliki tiga prinsip kerja yakni memanaskan hingga 200° C, menghancurkan, dan menekan objek yang dimasukkan ke dalamnya. Output dari proses ini terdiri dari tiga hal yakni plastik yang mengeras seperti karang yang selanjutnya dijadikan agregat pengganti pasir, fiber untuk campuran beton, dan tembakau yang bisa dikembangkan menjadi pestisida.

Bekerja sama dengan perusahaan desain produk Conture Concrete Lab, Parompong mengubah material-material tersebut menjadi barang-barang bernilai ekonomi seperti kursi, asbak, dan pot. Namun untuk menciptakan satu barang saja tidaklah sederhana karena butuh ratusan hingga ribuan puntung rokok. Untuk membuat satu asbak saja misalnya, butuh sekitar 100 hingga 200 puntung atau setara sekitar 1 kilogram puntung.

Selain itu, Parompong mengakui bahwa daya kelola laboratoriumnya jauh dari memadai bila dibandingkan dengan persoalan yang terjadi di lapangan. Kapasitas maksimum yang pihaknya dapat kelola per bulan berkisar pada 6 ton sampah puntung dan minimal 2 hingga 3 ton. Padahal sampah puntung di luar sana sangat lah banyak.

Berdasarkan data The Ocean Conservancy, lembaga yang tiap tahun mensponsori kegiatan bersih-bersih pantai di seluruh dunia, sekitar 53 juta puntung rokok dikumpulkan relawan ICC dalam 25 tahun terakhir. Pada tahun 2019, sebanyak 33.760 sampah rokok ditemukan di perairan Indonesia saat kegiatan The Beach and Beyond 2019 diselenggarakan.

"Masyarakat bisa melihat bahwa proses yang kami lakukan tidaklah mudah, tidak murah, dan tidak semua orang bisa menghasilkan produk dengan kualitas tinggi," Kata Rendy. Karena itu satu cara paling efektif untuk menanggulangi sampah puntung rokok adalah dengan berhenti merokok.

Rendy mengatakan penelitian menemukan bahwa 70-80 persen perokok membuang puntung rokok sembarangan, yang pada akhirnya tidak saja mengotori daratan, tetapi juga lautan. Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa Indonesia tidak hanya merupakan produsen tertinggi rokok, tetapi juga konsumen tertinggi. Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan 2013 menyebut minimal 12 batang rokok dikonsumsi perokok setiap hari. Industri rokok, di sisi lain, memproduksi rata-rata 338 miliar batang rokok per tahun untuk memenuhi adiksi 90 juta lebih perokok aktif di Indonesia.

Pakar toksikologi lingkungan Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Prof. Budi Widianarko menyebut filter rokok yang terbuat dari plastik bernama selulosa asetat berbahaya untuk lingkungan. Sampah puntung rokok yang dibuang sembarangan dan tidak terkumpul dengan baik akan masuk ke selokan lalu mengalir ke sungai serta pantai kemudian berakhir di laut. Jika terurai di badan air, ukuran selulosa asetat menjadi sangat kecil (mikro plastik) --yang ukurannya lebih kecil dari 5 mikron-- sehingga bisa masuk ke tubuh hewan laut, termasuk binatang yang bisa dimakan manusia.

“Beberapa kali penelitian yang saya kerjakan menemukan selulosa asetat terdapat di seafood seperti kerang," kata Prof. Budi.

Prof. Budi mengatakan seafood yang di dalamnya terkandung mikro plastik tidak lagi memenuhi syarat sebagai bahan makanan yang baik. "Dengan demikian ia sudah terkontaminasi bahan berbahaya, yang apabila itu masuk ke tubuh manusia, jelas tidak bisa diterima," katanya. Dia mengatakan penelitian tentang efek langsung dari konsumsi seafood yang sudah terkontaminasi racun mikro plastik terus dilakukan banyak ahli di dunia saat ini.

"Efeknya belum terbukti. Namun saya kira ini hal tetap berbahaya karena ketika orang makan sesuatu yang mengandung plastik, kemungkinan besar itu akan ikut masuk ke peredaran darah," tambahnya.

Plastik sendiri di dasar laut seringkali menjadi tempat menempel senyawa-senyawa beracun terutama senyawa organik yang memiliki sifat toksik dan mampu betahan lama atau biasa disebut POPs (Persistent Organic Pollutant). Tidak hanya itu, pembuatan plastik itu sendiri memakai bahan adiktif beracun sehingga akan berbahaya jika terserap dalam tubuh manusia.

Hasil penelitian Prof. Budi tersebut juga tidak jauh berbeda dengan penemuan Earthday, sebuah organisasi konservasi lingkungan berbasis di Amerika Serikat. Filter pada puntung rokok terbuat dari plastik bernama selulosa asetat yang mengandung ratusan zat kimia berbahaya termasuk arsenik (bahan untuk racun tikus), timbal (racun yang bisa mempengaruhi perkembangan otak anak), dan nikotin. Filter rokok membutuhkan waktu hingga 10 tahun untuk dapat terurai secara sempurna namun zat kimia yang dilepaskannya bisa tetap berada di lingkungan lebih lama daripada sampah puntung rokok itu sendiri.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Departemen Biologi Anglia Ruskin University tahun 2019, selain hewan dan manusia, sampah puntung rokok juga memberikan dampak pada tanaman yang tumbuh di daratan. Lewat eksperimen rumah kaca, diketahui bahwa sampah puntung rokok dapat mengurangi tumbuhnya kecambah pada rumput dan semanggi hingga 25 persen. Di samping itu, jumlah biomassa akar semanggi juga berkurang hampir 60 persen karena puntung rokok.

                                                                                                ***

Semangat untuk melestarikan lingkungan juga melatar belakangi perusahaan teknologi pengolahan limbah berbasis riset lainnya PT. Guna Olah Limbah atau Go Limbah, juga berbasis di Bandung, untuk mengolah sampah puntung rokok. Selain menggunakan teknologi hydrothermal, seperti yang dilakukan Parongpong, Go Limbah juga menggunakan teknologi pirolisis.

CEO Go Limbah Archie Satya Nugroho menjelaskan bahwa proses pengolahan puntung rokok dengan teknologi Pirolisis dapat mengubah plastik yang terkandung di dalamnya menjadi minyak yang akan menjadi substitusi minyak tanah dan bahan bakar padat. "Namun ini memang perlu pengujian lebih lanjut," kata Archie. Kemampuan mengolah puntung rokok dengan teknologi ini juga jauh lebih besar daripada hydrothermal.

Dia mengatakan tantangan terbesar dari pengolahan sampah puntung adalah proses pengumpulan sampah itu sendiri karena mayoritas produsen rokok belum mau banyak terlibat. Kampanye pengumpulan 10 juta puntung rokok yang digaungkan sejak awal tahun 2021 masih jauh dari target. "Ada (perusahaan produsen rokok) yang berminat tetapi pendanaan yang disediakan untuk project pengolahan tidak mencukupi," kata Archie. Belum lagi stigma buruk bahwa upaya pengolahan sampah puntung oleh Go Limbah turut mendukung konsumsi rokok itu sendiri. "Padahal itu sama sekali tidak benar," katanya tegas.

Dia mengatakan unsur plastik yang terkandung dalam filter rokok memungkinkannya tidak terurai dengan sempurna dan berubah menjadi mikroplastik, yang merupakan musuh biota laut. Selama ini, orang sering menganggap bahwa sedotan dan kantong plastik sebagai polutan terbesar namun penelitian justru berkesimpulan bahwa ada sampah lain yang juga tidak kalah berbahaya dan sering kali tidak disadari yakni filter rokok.

"Seharusnya di bungkus rokok itu tidak hanya ditulis peringatan bahwa rokok itu membunuhmu, tapi ditambah keterangan bahwa sampah puntung rokok itu merusak lingkungan," kata Archie.

Prof. Budi mengatakan meski beberapa upaya telah dilakukan oleh perusahaan daur ulang semisal Parongpong dan Go Limbah, namun pada kenyataannya pengolahan limbah puntung rokok di Indonesia sendiri belum jamak dilakukan. "Problemnya dengan rokok ini kan tidak ada jaminan dia dikumpulkan dimana. Dia bisa terbuang di banyak tempat mengikuti mobilitas orang. Orang merokok bisa di mana-mana dan ukurannya (puntung) kecil,” katanya.

Budi berpendapat bahwa produsen rokok memiliki tanggung jawab besar untuk mencari solusi terhadap masalah ini. Selain itu, konsumen juga berperan penting dalam pengendalian sampah puntung dengan tidak membuangnya sembarangan.

                                                                                                   ***

 Di Indonesia, terdapat empat pabrik rokok dengan volume produksi rokok terbesar, yakni PT HM Sampoerna, PT Gudang Garam Tbk, PT Djarum, dan PT Bentoel Internasional Investama. Dari keempatnya, hanya Sampoerna yang kerap menggembar-gemborkan kepada publik program penanggulangan sampah puntung yang dilakukannya.

Pada akhir tahun 2020, PT HM Sampoerna memulai kampanye untuk mengurangi sampah puntung lewat kampanye #PuntungItuSampah, baik di platform media sosial maupun melalui diskusi virtual. Program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman pada masyarakat tentang pentingnya membuang sampah puntung rokok secara bertanggung jawab. Perusahaan ini juga diketahui mengadakan pilot project daur ulang puntung rokok bersama Waste4change, perusahaan yang menyediakan layanan pengelolaan limbah secara bertanggung jawab.

Melalui pernyataan tertulis, Sampoerna mengklaim telah mengambil langkah-langkah sistematis untuk menangani sampah puntung. Usaha itu dimulai dari menganalisis penyebab, mengidentifikasi titik-titik pembuangan sampah, mendorong perubahan perilaku, menyediakan pembuangan yang tepat, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya sampah puntung. Meski begitu, hingga artikel ini ditulis, PT HM Sampoerna belum memberikan tanggapan terhadap permintaan wawancara yang diajukan.

Waste4Change menyebut edukasi untuk masyarakat umum dan para perokok mengenai bahaya sampah puntung rokok harus terus dilakukan untuk menumbuhkan kepedulian dan kesadaran mereka mengenai isu ini. Hal ini dapat dilakukan misalnya dalam bentuk kampanye interaktif atau iklan layanan masyarakat.

Cara lain untuk menekan membludaknya sampah puntung adalah dengan menyediakan tempat sampah khusus untuk sampah puntung rokok di area-area merokok, baik yang formal maupun non-formal, seperti misalnya di luar toko/bangunan, di halte bus, dan di tempat parkir. Cara lainnya yang bisa dibilang sederhana dan efektif adalah dengan mengenakan denda kepada orang yang membuang puntung rokok tidak pada tempatnya, seperti yang sudah diterapkan di Singapura.

"Cara terbaik untuk mengurangi sampah puntung rokok sebenarnya adalah dengan berhenti merokok," sebut Waste4Change. "Akan tetapi, jika berhenti merokok dirasa masih terlalu sulit, setidaknya seseorang bisa bertanggung jawab terhadap sampah puntung rokok yang dihasilkan dan memastikan bahwa puntung rokok tersebut dikelola dengan bertanggung jawab."

                                                                                               ***

Ketua Bidang Kesehatan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup pada Komisi Nasional Pengendalian Tembakau Dr. Hakim Sorimuda Pohan, Sp.OG mengatakan perusahaan rokok merupakan produsen utama polutan filter rokok dan karenanya bertanggung jawab sepenuhnya terhadap berbagai persoalan yang timbul akibat sampah puntung dan kemungkinan permasalahan di masa yang akan datang. "Pabrik rokok lah yang menghasilkan puntung rokok, hanya saja yang membuang sembarangan si consumer," katanya. "Apabila si customer bilang, dia hanya membuang puntung di halamannya. Tapi dia abai bahwa got rumah dia mengalir pada got jalan, got jalan ke anak sungai, dan anak sungai ke laut," katanya.

Dr. Hakim mengatakan banyak kesaksian para penyelam yang melihat terganggunya pertumbuhan biota laut karena sedimentasi filter rokok di dalam lautan. "Para penyelam mengeluh bahwa keindahan batu karang di bawah laut itu sudah mulai tercemari oleh tumpukan sedimentasi puntung rokok. Dan itu sangat mengancam kehidupan manusia untuk jangka panjang," katanya.

Sampah filter tidak terlihat seperti plastik yang mengambang lalu dibawa gelombang laut, tapi dia kecil dan menutupi karang-karang di bawah laut. Akibatnya, kehidupan biota laut termasuk karang dan ikan terganggu. "Sedangkan ikan itu harus kita jamin pertumbuhannya. Tidak boleh terkontaminasi racun-racun baik oleh plastik maupun racun oleh sisa-sisa nikotin," katanya.

Jika penumpukan sampah puntung terus terjadi di lautan, maka akibat jangka panjangnya adalah produksi oksigen di dunia akan terganggu. Pasalnya 90 persen oksigen dihasilkan oleh biota laut, dan 10 persen sisanya diproduksi oleh tumbuhan yang tumbuh di permukaan tanah. "Jadi kalau kita terus abai terhadap persoalan ini, sementara endapan sedimentasi dari filter itu terus menumpuk di dasar laut, maka kehidupan kita di atas bumi ini juga terancam," katanya.

Dia mengatakan pemerintah dan industri rokok berkewajiban untuk memberikan edukasi terkait bahaya sampah puntung rokok sehingga tidak boleh dibuang sembarangan.

"Tapi memang pemerintahan kita lebih bergairah melihat uang daripada memperhitungkan ancaman di masa yang akan datang. Karena ancaman itu tidak langsung terasa sedangkan kenikmatan uang yang diberikan pengusaha-pengusaha rokok,  seperti kepada pejabat-pejabat di daerah itu, langsung mereka rasakan," katanya. Dia mencontohkan bagaimana masifnya pemasangan iklan rokok di jalan-jalan protokol di berbagai kota. Padahal menurut peraturan, hal itu tidak diperbolehkan.

Dr. Hakim menyayangkan pemerintah termasuk pejabat-pejabatnya, tidak banyak berperan dalam memberi edukasi terhadap bahaya rokok kepada masyarakat. Misalnya, survei menunjukkan bahwa di masa pandemi ini, edukasi terkait kesehatan (health education) terhadap masyarakat sama sekali tidak diperhatikan oleh pemerintah.

Konsumsi rokok selama pandemi terbukti meningkat, padahal situasi ekonomi saat ini sangat memprihatinkan. "Sebagian orang hampir tidak bisa mencukupi kebutuhan primernya namun konsumsi rokoknya meningkat," katanya. Hal inilah yang salah satunya menyebabkan peningkatan kasus penderita Covid-19 karena mereka yang merokok daya tahan tubuhnya anjlok. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES