Usia 30 Tahun Sukses Jadi Petani Cabai, Begini Kisahnya

TIMESINDONESIA, PACITAN – Untuk menjadi petani cabai yang sukses, tentu membutuhkan proses yang tidak mudah. Pasalnya, selain modal yang besar juga dibutuhkan trik khusus. Seperti petani muda warga Desa Widoro, Kecamatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Fuad Fadli (30).
Dirinya kini menjadi penyemai bibit cabai telah berhasil menguasai pasar di lokal Pacitan.
Advertisement
Pada tahun 2015, Fuad mencoba menanam cabai dengan benih yang didapatkan dari toko pertanian, seiring bertambahnya tahun hasilnya saat panen sangat baik. Ia lakukan selama kurang lebih selama 4 tahun.
"Saya memang petani cabai sejak 2015, nah, menginjak tahun 2018 rekanan petani cabai meminta untuk dibuatkan benih yaitu dengan cara penyemaian. Waktu itu baru tahap uji coba dan hanya 1 kotak isi 360 benih," katanya, Kamis (12/8/2021).
Ditanya banyaknya permintaan, sementara ini baru dari petani lingkup Pacitan.
"Tiga tahun berjalan, permintaan cabai keriting dan rawit merah masih dari lingkup Pacitan, paling banyak Kecamatan Pacitan, Arjosari dan Kebonagung," imbuhnya.
Lebih lanjut, Fuad mengaku harga dari setiap benih yang sudah siap tanam tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam, ini membuat peminatnya semakin banyak.
"Jika musim tanam, permintaan dari para petani dalam satu hari 4-5 kotak. Untuk siap tanam, dari tebar benih, cabai keriting dan rawit merah umur 25-30 hari sudah bisa ditanam, satu benih cabe keriting Rp 400 rupiah, sedangkan yang rawit merah Rp 300 rupiah," jelasnya.
Perlu diketahui, untuk menghasilkan benih cabai unggulan, komposisi media tanam adalah penentu paling dominan.
"Kalau media tanam yang bagus, komposisinya adalah tanah, fermentasi kompos dan arang sekam. Juga vitamin penyubur tanaman ramah lingkungan dan obat khusus anti hama," terangnya.
Bicara banyaknya jumlah konsumen, Pemuda yang juga penjual obat tanaman ini merekomendasikan dukungan lahan dan rumah khusus penyemaian yang baik.
"Untuk bisa melayani permintaan dalam jumlah banyak, selain dibutuhkan tempat penyemaian yang luas, juga didukung dengan rumah khusus penyemaian dengan sinar matahari yang cukup. Tidak terlalu panas atau lembab," katanya saat melayani konsumen.
Masih Fuad mengatakan, agar bisa menjadi seperti saat ini, modal untuk membuat lahan dan rumah semai biayanya tidak murah.
"Modal saya membuat dua lahan penyemaian ini, hampir memakan biaya Rp 100 juta dari tabungan sendiri," jelasnya lagi.
Terakhir ia berharap untuk lebih bisa berkontribusi dalam menyediakan kebutuhan benih cabai kepada para petani di Pacitan.
"Mudah-mudahan, kedepan saya bisa berkontribusi lebih dalam menyediakan benih cabai berkualitas unggulan sehingga para petani di Pacitan sukses dan untung saat panen tiba," imbuhnya.
Selain itu, menurut pengakuan salah satu petani cabai warga Desa Gunungsari, Budi (49) dirinya lebih suka membeli benih dari Fuad karena keunggulan kualitasnya. "Untuk kualitas, benih unggul di sini sangat bagus, hasilnya juga maksimal," katanya usai memilih jenis benih di lahan penyemaian cabai milik petani muda Pacitan, Fuad Fadli. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |