Peristiwa Daerah

Karir Politik Semaun, Tokoh PKI Asal Jombang

Kamis, 30 September 2021 - 17:00 | 174.15k
Semaun, Tokoh PKI Asal Jombang (FOTO : Wikipedia)
Semaun, Tokoh PKI Asal Jombang (FOTO : Wikipedia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Setiap tanggal 30 September, kerap diperbincangkan masalah kebangkitan PKI (Partai Komunis Indonesia). Pada tanggal tersebut terjadi pemberontakan yang dikenal sebagai gerakan G30SPKI. Di Kabupaten Jombang ada salah satu tokoh PKI yang terkenal yaitu bernama Semaun.

Bagaimana karir politiknya sebagai salah satu pendiri PKI.

Advertisement

Semaun, Pria kelahiran tahun 1899 asal Desa Curahmalang, Kecamatan Sumobito, Jombang kala itu lahir belum ada yang namanya Kabupaten Jombang, melainkan, Afdeeling Jombang yang dipisahkan dari Mojokerto pada tahun 1881.

"Jadi dulu Afdeeling Jombang," ucap sejarahwan Jombang, Nasrul Ilah, Kamis (30/9/2021).

Ayahnya bernama Prawiroatmodjo, seorang pegawai Kereta Api Rendahan. Semaun kecil mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat kelas dua, namun dirinya sempat kursus Bahasa Belanda di HIS, yang waktu itu merupakan sekolah dasar untuk anak priyayi dan orang kaya.

Setelah lulus dari pendidikannya, Semaun melanjutkan karir sebagai seorang juru tulis di salah satu stasiun yang bertempat di Surabaya kala itu, terhitung sejak tahun 1912, saat usianya baru menginjak 13 tahun.

Dua tahun berselang pada tahun 1914, Cak Nas melanjutkan ceritanya, karir Semaun muda bisa dikatakan meningkat usai dirinya menjadi sekertaris Syarekat Islam. Pada saat itulah ia bertemu Sneevliet, tepatnya pada tahun 1915.

"Dia dianggap guru oleh Semaun dan ia sangat mengangumi," katanya.

Lantas, perkenalan itu menambah cerita perjalana hidup Semaun. Karena dekat dengan Sneevliet, ia bisa masuk ke VSTP dan ISDV. Serta, Semaun juga terlibat ikut membidangi PKI waktu itu.

Sekitar bulan Juli 1916, Semaun diangkat sebagai Vereeniging van Spoor-en Tramweging Personeel in Nederlandsch-Indie (VSTP—Serikat Buruh Kereta Api dan Trem Hindia Belanda) di Surabaya.

Semaun muda memang tidak menuliskan banyak cerita di tanah kelahirannya. Ia merantau ke Kota Semarang, Jawa Tengah dan menulis lembar baru di hidupnya dan jalan politiknya.

Tak lama berselang, sesaat merantau, dia pindah ke pengurus besar VSTP di Semarang. Lalu selang satu tahun kemudian, dia dipilih menjadi ketua Sarekat Islam di Semarang pada 6 Mei 1917. Di kota itu juga, Semaun perlahan jadi orang terpandang karena memiliki banyak pengikut.

Jalan Politik Semaun di Kota Orang

Melansir dari data yang dikutip Merdeka.com, Semaun yang akhirnya terpilih menjadi ketua SI di Semarang, kemudian punya banyak pengikut.

"SI yang dipimpin Semaun itulah yang kelak akan menjadi SI Merah," jelas Dosen Sejarah Universitas Negeri Semarang (Unnes) Tsabit Azinar Ahmad, Selasa (14/9/2021).

Tak hanya sebagai ketua SI, keseharian Semaun kala itu juga dipenuhi beragam aktivitas. Semaun aktif dalam bidang kepenulisan. Dalam waktu yang sama, ia juga memimpin Sinar Djawa, media yang dibentuk oleh SI Semarang.

Kelak, Sinar Djawa yang berubah nama menjadi Sinar Hindia itu, diisi tokoh-tokoh yang cukup mentereng seperti Mas Marco Kartodikromo dan juga Darsono. Semaun sendiri merupakan orang yang ulet dan punya pengaruh, tak ayal hanya dalam waktu satu tahun jumlah anggota SI Semarang meningkat.

Peningkatan itu berlanjut, dua tahun kemudian, pada 1920, Semaun menjadi ketua Partai Komunis Indonesiia (PKI). Sebelum menjadi ketua PKI, Semaun juga kerapkali berlawanan sikap dengan SI pusat.

Karena hal itu, jadi alasan yang membuat SI yang dipimpin Semaun kala itu dijuluki sebagai SI Merah. Tidak lama setelah itu, Semaun digantikan oleh Tan Malaka karena dia berangkat ke Uni Soviet untuk menghadiri kongres.

Singkat cerita, tepatnya pada Mei 1922, usai perantauannya ke negeri penganut paham Komunis, Uni Soviet, Semaun dikabarkan kembali ke Hindia Belanda (Indonesia). Namun, saat kembali ke Hindia Belanda, ia disuguhkan kondisi Partai PKI, yang waktu itu hubungannya tidak begitu baik karena keterlibatan Partai PKI mendukung aksi pemogokan serikat buruh.

Atas dukungan PKI terhadap pemogokan buruh tersebut, harus dibayar mahal, karena Tan Malaka yang menggantikan Semaun saat ia ke Uni Soviet, akhirnya diusir oleh Pemerintahan Hindia Belanda pada waktu itu.

"Namun pada 1923 Semaun juga ditahan karena pemogokan buruh kereta api. Setelah ditahan, Semaun diusir dan menetap di Amsterdam," paparnya.

Tak hanya di Hindia Belanda (Indonesia), di negeri kincir angin, Belanda, Semaun menjalin hubungan dengan Perhimpunan Indonesia yang merupakan salah satu organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda kala itu.

November 1926 dan Januari 1927 pemberontakan PKI di Jawa dan Sumatera pecah. Banyak orang PKI yang dibuang ke Digul, beberapa juga berhasil kabur ke Uni Soviet.

Menurutnya, di Eropa Timur, Semaun dan teman-temannya mulai mengkampanyekan kemerdekaan Indonesia. Hal itu terbukti di  beberapa negara Eropa Timur seperti Ukraina, menjadi salah satu negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia.

"Selain bangsa Arab, sebenarnya negara Eropa Timur juga mendukung kemerdakaan Indonesia ketika awal-awal dikampanyekan," ungkapnya.

Jejak Semaun sendiri, masih dapat ditemui di sebuah bangunan SI yang berada di Kampung Gendong Selatan Sarirejo Semarang Timur. Gedung tersebut menjadi saksi bisu pergerakan Semaun di Ibukota Jawa Tengah. Gedung tersebut sudah mengalami perubahan. Paling mencolok adalah lantainya. Gedung tersebut pernah satu kali ditinggikan. Namun di tengah lantai bangunan tersebut ada lubang dengan ukuran 2x2 meter yang di dalamnya bertuliskan SI yang menandakan gedung tersebut benar-benar markas Sarekat Islam (SI) Merah di Semarang.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES