Peristiwa Daerah

Alun-Alun Kota Banjar Terkesan Semrawut, Yana Bachyan: Relokasi PKL

Minggu, 03 Oktober 2021 - 17:54 | 167.49k
Suasana Alun-alun Kota Banjar menjelang Maghrib (foto: Istimewa)
Suasana Alun-alun Kota Banjar menjelang Maghrib (foto: Istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANJARAlun-alun Kota Banjar kini berubah fungsi seperti Pasar Senggol. Bagaimana tidak? Setiap sore, PKL sudah menggelar lapak di tengah-tengah kawasan yang berdampingan dengan Masjid Agung Kota Banjar.

Kesan kumuh Alun-alun Kota Banjar tersebut dikeluhkan salah satu tokoh masyarakat Kota Banjar, Yana S. Bachyan, S.IP kepada TIMES Indonesia, Minggu (03/10/2021).

Advertisement

"Saya mengusulkan agar PKL direlokasi saja ke tempat lainnya. Bisa di Tamkot, Waterpark atau di jalan ke arah RSUD, dan sterilkan alun-alun sesuai fungsinya sebagai wajah Kota Banjar," ujarnya.

Semrawutnya wajah Kota Banjar ini, dikatakan Yana, semestinya segera ditindaklanjuti dengan relokasi PKL dan penataan kembali kawasan Alun-alun Kota Banjar tanpa harus mengurangi Marwah Masjid Agung yang berada di kawasan tersebut.

Alun-Alun-Banjar-a.jpgSampah berserakan di Minggu pagi ini membuat Alun-alun terkesan kumuh (foto:Istimewa)

"Penataan alun-alun sebaiknya menyesuaikan dengan fungsinya sebagai taman terbuka hijau yang tidak kontradiktif dengan kegiatan keagamaan di Masjid Agung, buat monumen yang berkaitan dengan prestasi atau ciri khas Kota Banjar bukan monumen iklan yang tidak jelas," tegasnya.

Selain terkesan kumuh akibat PKL, lanjut Yana, Alun-alun juga semrawut dengan area parkir dadakan yang menambah kawasan tersebut semakin tidak mencerminkan sebuah jantung pusat Kota Banjar.

"Baiknya dipasang larangan disesuaikan dengan aturan perwal supaya tidak menjadi kebingungan dalam menegakan aturannnya dan berikan solusinya ke PKL untuk relokasi ke titik lain supaya fokus dan Alun-alun terlihat bersih berseri," tambahnya.

Hal lainnya disampaikan Subakti Hamara, warga Kota Banjar. Ia mempertanyakan peranan Pemerintah terkait sampah yang berserakan di kawasan Alun-alun sehingga area publik yang biasa digunakan berjualan oleh PKL ini terkesan kotor dan jelek.

"Pelayanan fasilitas publik harusnya tidak ada kata libur, dan tidak ada fasilitas publik yang bisa mandiri bersih di Indonesia ini. Kalaupun pasapon libur di akhir pekan, itu hanya teknis saja, sistem shifting bisa atasi itu. Seperti pegawai RSU juga tidak mengenal hari libur, akhir pekan bahkan hari raya, kenapa? Karena mereka pelayan kesehatan umum atau public service," ujarnya.
 
Bakti, demikian pria ini akrab disapa mengatakan bahwa masalahnya kali ini berapa besar Pemkot Banjar menghargai Pasapon, baik dalam gaji, insentif dan hal lainnya.

"Bila itu diperhatikan dengan baik dan benar, saya berani jamin, tidak akan ada yang komplain satu orang pun bila mereka harus bertugas di akhir pekan, libur bahkan hari raya sekalipun. Itu pun apabila Pemkot Banjar sangat paham arti pentingnya pelayanan publik," imbuhnya. 

Seperti diketahui bersama, Pemkot Banjar berkali-kali telah meraih penghargaan Adipura namun kesadaran masyarakat dinilai juga masih kurang dalam menjaga lingkungan terutama menerapkan budaya membuang sampah pada tempatnya.

"Harus saling membantu dalam menjaga lingkungan, masyarakat harus sadar lingkungan agar tidak membiasakan diri membuang sampah sembarangan terlebih di area publik," pungkasnya menyoroti kondisi Alun-alun Kota Banjar. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES