Momen Sincia, Meneladani Strategi Bisnis Orang Tionghoa

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Tahun baru orang Tionghoa tak terasa kembali hadir. Momen istimewa yang biasa disebut dengan Sincia atau Imlek itu tidak dilewatkan begitu saja oleh Komunitas Ruang Wong Alit (RAWIT) Surabaya.
Perkumpulan yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi masyarakat menengah itu mengajak generasi muda Indonesia menjadikan momen Sincia untuk belajar sisi positif yang dimiliki orang-orang keturunan Tionghoa.
Advertisement
Ketua RAWIT, Adjie Kartuji mengatakan, salah satu hal yang bisa dipelajari dari mereka adalah keteguhan dan keuletan dalam berbisnis.
"Kebanyakan orang Tionghoa itu tipe pekerja keras, berani mencoba, dan tidak takut gagal," ucapnya di Surabaya, Senin (31/1/2022).
Pria yang akrab disapa Mas Ji itu melihat para pebisnis Tionghoa telah ikut berpartisipasi aktif dalam memajukan roda perekonomian regional maupun nasional.
"Semua didasari kemauan bekerja keras. Saya pikir ini yang perlu ditiru oleh kaum muda zaman sekarang, terutama semangat entrepreneurship mereka," imbuh Mas Ji.
Dia menambahkan, kebanyakan orang tua Tionghoa memberi pesan bahwa setiap usaha atau bisnis tidak selalu enak. Ada kalanya berada di atas, tapi ada kalanya bisa di bawah. Namun, hal seperti itu tidak mengendorkan semangat para wirausahawan Tionghoa untuk berbisnis.
"Saya lihat jatuh-bangun dalam bisnis itu hal yang biasa, tidak harus mengendorkan semangat kerja. Itu yang saya harap bisa kita tiru dari orang Tionghoa dalam berwirausaha," ujar Mas Ji.
Uang Bukan Segalanya
Banyak nilai positif lain dari etos kerja etnis Tionghoa, menurut pria pengusaha konstruksi dan properti itu.
Rata-rata prinsip dari orang Tionghoa yang ia kenal, uang bukanlah satu-satunya syarat mutlak pemodalan dalam memulai usaha.
"Ada hal yang tak kalah penting dari uang, yaitu keterampilan dan keahlian. Serta bagaimana mendapatkan kepercayaan dari relasi yang pada akhirnya semua itu akan memberikan dampak positif dalam kesuksesan bisnis," ujarnya.
Mas Ji secara pribadi mengaku bahwa dalam kehidupan sehari–hari ia tidak pernah memilih–milih dengan siapa berkawan, atau dengan komunitas apa bergaul. Karena semua suku dan etnis di Nusantara ini memiliki derajat yang sama di mata Tuhan.
"Jadi bagi saya dengan siapa pun dan dari etnis apa pun saya membuka diri untuk sebuah pergaulan," tandasnya.
Bagi pria berdarah Jawa itu, relasi harmonis antar manusia adalah panggilan jiwa setiap orang, yang jika ditarik ke ranah bisnis, maka relasi yang baik akan menjadi modal yang berharga selain uang.
Khusus pergaulan dengan etnis Tionghoa, Mas Ji mengaku bahwa sebagai pengusaha ia juga memiliki customer berasal dari etnis Tionghoa yang tidak sedikit, dan ia bisa membina hubungan baik secara profesional maupun pribadi. Karena, dengan membangun relasi yang saling menghormati itu akan membawa manfaat positif bagi kedua belah pihak, ungkapnya.
Tiga Pelajaran Penting
Mas Ji menyebut sedikitnya ada tiga hal positif dari cara bisnis orang Tionghoa yang bisa diadopsi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, semangat untuk sukses. Mentalitas pantang menyerah agar berhasil harus diteladani oleh para wirausahawan baru. Pantang menyerah, jangan boros, atur keuangan dengan tertib.
"Dari orang-orang Tionghoa saya bisa belajar mengenai konsep berpikir bisnis yang efektif dan bertanggungjawab," terang Mas Ji.
Kedua, menurutnya dalam perdagangan banyak orang Tionghoa memilih untung sedikit, tetapi usaha lancar. Pebisnis Tionghoa dikenal cakap dalam hal pelayanan terhadap pembeli, apalagi pelanggan yang setia.
Ketiga, orang Tionghoa kebanyakan membina hubungan timbal-balik atau saling support terhadap anggota keluarga yang membutuhkan dukungan.
Jika ada anggota keluarga yang perlu dibantu dalam usaha dan pekerjaan, biasanya anggota keluarga lain yang sudah mapan tidak segan akan membantu.
"Di momen Sincia ini, saya mengucapkan Selamat Tahun Baru bagi kawan-kawan Tionghoa yang merayakannya. Dan semoga semua suku di Indonesia bisa terus saling menghormati, dan menghiasi negeri ini dengan nilai-nilai Pancasila," ungkapnya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |