Peristiwa Daerah

Kisah Pilu Nur Miftahul Jannah Dibalik Puluhan Anak Terlantar yang Ditampungnya

Senin, 31 Januari 2022 - 13:46 | 90.59k
Nur Miftahul Jannah saat berfoto bersama anak-anak yang ia tampung di yayasan Peduli Kasih KNDJH, Senin (31/1/2022). (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
Nur Miftahul Jannah saat berfoto bersama anak-anak yang ia tampung di yayasan Peduli Kasih KNDJH, Senin (31/1/2022). (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANGKisah pilu hidupnya membuat perempuan asal Malang bernama Nur Miftahul Jannah (39) mendirikan sebuah yayasan bernama Peduli Kasih Kisah Nyata dan Jeritan Hati (KNDJH).

Kisah pilu tersebut menyadarkannya tentang pentingnya kasih sayang dan uluran tangan saudara ataupun orang tua, khususnya bagi anak-anak.

Ditemui di lokasi yayasan KNDJH, bertempat di Jalan Muharto Gang 5, Kelurahan Kota Lama, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Miftahul menceritakan secara detail perjalanan panjangnya sejak 2010 dan keputusannya untuk menampung anak-anak terlantar.

"Saya dulu kecilnya kurang kasih sayang dan korban perceraian orang tua. Saat saya sedih dan saat saya membutuhkan, saya harus lari kemana. Saya akhirnya memiliki niat menampung anak-anak yang kurang kasih sayang ini," ujar Miftahul, Senin (31/1/2022).

Nur Miftahul Jannah 2

Miftahul yang telah berniat untuk menampung anak-anak terlantar yang tak diinginkan orang tuanya tersebut. Akhirnya secara resmi telah berdiri di tahun 2014 dibawah naungan yayasan peduli kasih.

Sebelumnya, Miftahul juga sempat menjadi TKW selama belasan tahun. Dari situlah ujian besar menghadapinya. Ia yang dulunya menafkahi ibunya yang sedang sakit dan mantan suaminya. Akhirnya ditinggal sang ibu yang meninggal dunia dan suami yang kemudian menikah lagi.

"Saya ditinggal nikah. Orang tua saya meninggal. Kan saya gak punya saudara mas. Saya merasa sepi, terus apa yang harus saya lakukan, karena gak punya siapa-siapa lagi," ungkapnya.

Miftahul yang mulai menampung satu dua anak pada tahun 2012 itu, ternyata jumlahnya pun terus bertambah.

Ia dulunya sempat tak berfikir untuk membuatnya menjadi yayasan. Namun, dengan terus bertambahnya anak mulai usia 0 hari, di tahun 2014 itu lah secara resmi yayasan tersebut berdiri dan kini telah ada 67 anak yang ia tampung.

"Ada yang meninggal dua, karena kondisi sakit. Kan kita gak cuma anak-anak sehat saja yang kita tampung. Ada yang dalam kondisi yang sudah sakit," katanya.

Seperti halnya salah satu balita yang ia temukan dari pulau Dewata Bali. Sejauh ini, yayasan Peduli Kasih KNDJH tersebut menampung seluruh anak yang ada di Indonesia dan terjauh berada didapatkan dari Bali dan Kalimantan.

"Yang Bali sekarang kondisi anaknya sakit parah. Kasihan itu kondisinya gak diharapkan orang tua dan orang tua sempat mengancam gak mau, karena kondisi anaknya memang sakit begitu," tuturnya.

Uniknya, dari 67 anak yang ditampung ada 36 anak yang masuk di Kartu Keluarga (KK) Miftahul. Sebab, sisanya adalah anak-anak yatim piatu yang memang orang tuanya telah meninggal dan dititipkan di yayasan tersebut.

"Kita mulai usia 0 hari sampai paling besar ada yang sudah SMA kelas 2. Selama ini saya berjuang untuk memberikan identitas anak-anak ini. Syukurlah 3 tahun berjuang mereka masuk ke KK saya yang sekarang ada 4 lembar," bebernya.

Sementara itu, nasib mereka di yayasan tersebut memang sejauh ini terus tercukupi. Mifathul membeberkan bahwa biaya sekolah mereka telah ditanggungnya.

Kemudian, untuk balita-balita yang telah ditampung sekitar 14 anak usia dibawah 3 tahun dan 9 anak usia 3 tahun, telah diasuh oleh 14 pengasuh yang dipekerjakan oleh yayasan KNDJH.

"Saya kan belum dikaruniai anak juga. Saya selalu berdoa mana sih yang Allah ijabah. Saya dikaruniai anak sendiri atau saya dipercaya merawat anak-anak yang membutuhkan disini," ungkapnya.

"Saya berusaha agar hidup anak-anak normal seperti lainnya. Punya orang tua. Kan manggil saya mama, manggil suami saya ayah. Kalau pengasuh-pengasuh dipanggil ibu. Yang terpenting jika mereka merasa sedih atau butuh, tahu harus lari kemana, yaitu ke saya," ucapnya.

Di sisi lain, kini Miftahul sedang berusaha untuk mengajukan izin program adopsi. Ia pun juga berkomitmen kepada orang tua yang sudah membuang anak-anak mereka, tentu tak diperkenankan untuk melihat kondisi anaknya yang telah dibuang seenaknya.

"Jadi memang belum ada yang adopsi, karena izin belum ada. Komitmen kami kalau sudah gak mau menerima anaknya jangan mencari lagi. Saya gak ingin memberi kesempatan mereka seenaknya sendiri. Sudah membuang terus mau menemui lagi, gak seperti itu," ucap Nur Miftahul Jannah.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES