Peristiwa Daerah

Lilin Seharga Rp13 Juta di Klenteng Eng An Kiong Malang Punya Makna Tersendiri

Selasa, 01 Februari 2022 - 15:00 | 119.10k
Terlihat lilin-lilin berukuran besar yang berada di Klenteng Eng An Kiong Kota Malang. (FOTO: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
Terlihat lilin-lilin berukuran besar yang berada di Klenteng Eng An Kiong Kota Malang. (FOTO: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANGKlenteng Eng An Kiong yang telah berusia ratusan tahun di Kota Malang memiliki berbagai hak unik untuk diulik. Salah satunya berbagai macam ukuran dan jenis lilin yang terpajang di setiap altarnya.

Klenteng Eng An Kiong yang terkenal dengan tempat beribadatan umat Tridharma, yakni Kong Hu Cu, Budha dan Tao, menyimpan lilin berukuran satu meter lebih seharga Rp13 juta.

"Kalau yang kecil harganya sekitar Rp 250 ribu dan yang besar sekitar satu meter lebih ini harganya Rp13 juta," ujar Sekretaris Yayasan Klenteng Eng An Kiong, Rudy Phan, Selasa (1/2/2022).

Terlihat-lilin-lilin-berukuran-besar-2.jpg

Rudy mengungkapkan, seseorang biasanya membeli lilin sembayang ini memiliki filosofi sendiri, yakni sebagai wujud bentuk doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selama menjalani kehidupan selalu diterangi oleh karunia Tuhan.

"Jadi ini ibarat pencerahan hidup. Harapan agar hidupnya selalu diterangi. Jadi apa yang dicita-citakan itu bisa tercapai," ungkapnya.

Untuk lilin sembayang dengan lilin ukuran 1,7 meter tersebut, lanjut Rudy, diperkirakan bakal habis sekitar tiga bulan lamanya. Di Klenteng Eng An Kiong ada sekitar 80 hingga 90 lilin sembayang yang tersebar di setiap sudut klenteng.

"Jadi di lilinnya itu kan ada tulisan nama seseorang. Itu adalah yang membeli lilinnya. Nanti yang menyalakan lilinnya bukan kami. Dia sendiri atau keluarganya datang ke klenteng untuk menyalakan lilinnya," jelasnya.

Sementara itu, Humas Yayasan Klenteng Eng An Kiong, Bonag Antin Triyono menambahkan, lilin sembayang tersebut merupakan tradisi dari China yang telah berlangsung berabad-abad lamanya.

"Lilin itu adalah cara kami untuk berterimakasih terhadap karunia Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah mengaruniai cahaya kepada manusia berupa matahari," katanya.

Di sisi lain, Bonag Antin Triyono menyebutkan bahwa menyalakan lilin adalah bentuk sembayang di klenteng selain dengan cara membakar dupa. Adapun setiap ukuran lilin yang berbeda-berbeda tersebut menentukan jumlah orang yang akan didoakan.

"Kalau menyalakan lilin yang kecil, itu berarti dia beribadah untuk dirinya sendiri. Sedangkan lilin yang besar itu untuk banyak orang. Semisal dia punya keluarga, maka dia beli lilin yang besar untuk banyak orang," kata Humas Yayasan Klenteng Eng An Kiong ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES