Peristiwa Daerah

Mengenang Jasa Mbah Kiai Nadhori Gusten, Pejuang Kemerdekaan asal Blora

Jumat, 04 Februari 2022 - 07:46 | 81.24k
Beberapa kerabat dan ahli waris makam Mbah Nadhori bersama tim jelajah Blora foto bersama di depan rumah peninggalan almarhum. (Foto: Firmansyah/TIMES Indonesia)
Beberapa kerabat dan ahli waris makam Mbah Nadhori bersama tim jelajah Blora foto bersama di depan rumah peninggalan almarhum. (Foto: Firmansyah/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BLORA – Nama Mbah Kiai Nadhori sudah tidak asing bagi warga Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Nama tersebut dikenal masyarakat sebagai salah satu pejuang kemerdekaan. Selain itu, sebagai sesepuh yang dikenal memiliki ilmu dan pengabdian luar biasa di masyarakat kabupaten setempat. 

Karena jasa Kiai Nadhori, makamnya sering dikunjungi masyarakat. Makam Mbah Kiai Nadhori berada di Dukuh Gusten, Desa Jepangrejo, Kecamatan Blora. Sebagai penanda makam, dibangun gapura besi bertuliskan makam ulama pejuang Kemerdekaan Indonesia.

Advertisement

Eko Arifianto selaku Tim Jelajah Blora menjelaskan, Mbah Nadhori konon seorang ulama kawan seperjuangan Mbak Engkrek dari Klopodhuwur. 

Mbah Kiai Nadhori 2Makam dan musola yang dibangun Mbah Kiai Nadhori berada di Dukuh Gusten, Desa Jepangrejo, Kecamatan Blora. (Foto: Firmansyah/TIMES Indonesia)

“Dua tokoh ini adalah pejuang Blora yang turut berjuang membela tanah air dan bangsa Indonesia dari penjajahan kolonial Belanda,” terangnya kepada TIMES Indonesia, Kamis (4/2/2022).

Sementara itu, Mbah Sarti (67) yang juga menantu Kiai Nadhori, menceritakan bahwa paska Indonesia merdeka, ulama tersebut masih terus berjuang untuk membantu masyarakat. 

Menurut Mbah Sarti, Kiai Nadhori memiliki istri bernama Siti Asmilatun dari Kecamatan Kunduran. Sang mertua memiliki keturunan enam orang, yakni Mbah Jawahir, Mbah Kaji Kasan, Mbah Rokani, Mbah Mukson, Mbah Mutiah dan Mbah Chosim yang menjadi suaminya. 

Mbah Kiai Nadhori 3Ada beberapa barang peninggalan Mbah Nadhori yang disimpan pihak keluarga, yakni sorban, sajadah dan penutup kepala. (Foto: Firmansyah/TIMES Indonesia)

Sewaktu meninggalnya Mbah Nadhori, dirinya masih berumur sekitar 9 tahun. Kala itu Mbah Nadhori meninggal di usia kurang lebih 105 tahun. Almarhum meninggal sekitar tahun 1977. 

Saat ini ada beberapa barang peninggalan yang disimpan, saat dulu pernah dipakai berjuang oleh Mbah Kiai Nadhori. Diantaranya sorban, sajadah dan penutup kepala. Selain itu, perabotan seperti dipan tempat tidur, kursi dan almari kayu jatinya masih tersimpan dengan baik. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES