Terkuak, Ternyata Ini Kegiatan yang Dilakukan Kelompok Tunggal Jati Nusantara

TIMESINDONESIA, JEMBER – Nama kelompok Tunggal Jati Nusantara masih hangat diperbincangkan dikalangan masyarakat dikarenakan insiden ritual maut, Minggu (13/2/2022) di Pantai Payangan.
Kelompok yang disinyalir sebagai tempat pengobatan alternatif, juga melakukan kegiatan dzikir hingga ritual. Lantas apa saja kegiatan yang dilakukan oleh kelompok ini?
Advertisement
Berdasarkan informasi yang diperoleh TIMES Indonesia dari hasil kajian Majelis Ulama Indonesia (MUI Jember), kegiatan kelompok ini dapat dibagi menjadi dua, yakni kegiatan pengobatan dan kegiatan dzikir.
Kegiatan pengobatan dilakukan di rumah Nur Hasan dengan cara mendudukkan pasien di tengah ruangan sedangkan di sekelilingnya adalah anggota kelompok yang membacakan shalawat atau menyimak Nur Hasan melakukan praktik penyembuhan.
Abdul Haris, Ketua MUI Jember mengatakan, melihat dari beberapa video Tiktok, kegiatan pengobatan hanya dilakukan Nur Hasan dan pasien, sedangkan kegiatan dzikir dilakukan dengan cara membaca tawassul, shalawat, tahlil serta doa secara bersama-sama yang dipimpin oleh Huda (salah satu guru Nur Hasan).
"Dari pengakuannya (Huda), bacaan yang dibaca adalah dzikir biasa yang dikenal secara umum. Tawassulnya dilakukan pada keempat imam mazhab, yakni Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad. Setelah itu ia bercerita bahwa ada kegiatan semedi yang dilakukan kelompok tersebut dipimpin Nur Hasan langsung sedangkan dia tidak tahu menahu soal itu dan tidak pernah ikut serta. Semedi ini dilakukan secara tertutup dan lampu dalam keadaan mati," terang ketua MUI Jember.
Pihak MUI Jember juga sempat melakukan wawancara tertutup dengan Bayu dan Dimas yang merupakan anggota kelompok Tunggal Jati Nusantara yang juga mengikuti prosesi semedi.
Berdasarkan pengakuannya, kata Abdul Haris, semedi tersebut adalah berdzikir untuk ma’rifatullah dan mengenal Dzat Allah. Namun, setelah dilakukan pendalaman oleh MUI Jember, keduanya akhirnya mengaku bahwa dzikir tersebut untuk menyatu dengan Allah.
"Bahkan Bayu mengaku pernah melihat Dzat Allah. Hanya saja keduanya tidak dapat bercerita lebih lanjut sebab belum mendapatkan mandat untuk itu. Bila melanggar dan bercerita tentang pengalaman itu tanpa diberi mandat oleh Nur Hasan, menurut keduanya dikhawatirkan yang bercerita akan mati seketika itu juga," lanjut Abdul Haris.
Lebih lanjut, kegiatan berzikir dan semedi ini umumnya dilakukan di rumah Nur Hasan atau di Mushalla milik Huda. Beberapa kali juga dilakukan sambil berendam di sungai atau di bibir pantai selatan yang semuanya dilakukan pada malam hari. Kegiatan semedi yang dilakukan dengan berendam di sungai atau bibir pantai selatan, berlangsung sekitar 1,5 jam dengan membaca kalimat-kalimat tertentu.
Sementara itu, menurut pengakuan Supandi, takmir masjid al-Falah yang mengaku mengenal Nur Hasan sejak muda melihat tidak adanya penyimpangan atau ajaran yang aneh dari kelompok Tunggal Jati Nusantara tersebut. "Yang diketahuinya hanya sebatas dzikir biasa dan praktik pengobatan," pungkas Ketua MUI Jember. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |