Mengenal Monumen Tugu Perjuangan Sindangkasih Majalengka

TIMESINDONESIA, MAJALENGKA – Tempatnya tak jauh dari pusat Kota Majalengka, Jawa Barat. Monumen Tugu Perjuangan Sindangkasih ini ada di area wilayah Desa Kawunghilir, Kecamatan Cigasong.
Sayang sekali, ketika menjejakkan kaki di area monumen Tugu Sindangkasih Majalengka ini, pada Senin (18/4/2022) di pinggiran tanjakan penomenal Kawunghilir, kondisinya tidak terawat.
Advertisement
Ada banyak rumput tumbuh di atasnya. Dekat dengan kaki patung sang pejuang, yang seolah berteriak merdeka.
Dikutip dari buku Sejarah Majalengka, Monumen Tugu Sindangkasih Majalengka ini, juga tercatat dalam batu prasasti di bawah patung tugu perjuangan Sindangkasih itu, dibuat 17 November 1987 masehi.
Dalam catatan resmi di buku sejarah Majalengka karya Nina Lubis menuliskan, tugu tersebut melambangkan perjuangan Sindangkasih Majalengka, mengusir penjajah Belanda, paska Presiden Soekarno memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 atau 74 tahun yang lalu.
Saat itu diceritakan, Belanda masih berambisi ingin kembali menguasai tanah air. Pecahlah pertempuran di berbagai penjuru tanah air, termasuk di Majalengka. Para pahlawan Majalengka seperti KH Abdul Halim saat itu muncul dan bergerak bersama masyarakat. Deretan nama pahlawan lainnya, yakni Tubagus Rangin dari Jatitujuh dan Letnan Emen Slamet, serta para pahlawan lain yang tidak disebutkan namanya.
Monumen ini, sepintas tidak akan terlihat di pinggir jalan raya. Harus berhenti dulu untuk melihat dan menyaksikannya. Tugu ini masih dikelilingi pohon rindang yang lebat dan hutan bambu di dekatnya.
Di badan monumen tugu itu tertulis prasasti tanggal 17 November 1987 telah diresmikan Monumen Perjuangan Pasukan Sindangkasih (KI.IV BAT.I Brig XIII Divisi IV Siliwangi) yang melambangkan kepahlawanan perjuangan Pasukan Sindangkasih selama Gerilya Perang Kemerdekaan sampai Perang Kemerdekaan II Juli 1947 sampai dengan Desember 1949 di daerah Majalengka dan sekitarnya.
Dalam prasasti itu ditandatangani atas nama Warga Pasukan Sindangkasih Ketua Pembina Kolonel Inf (Purn) H. Djohari Cherman Effendi.
Guru Besar Ilmu Sejarah Unpad Nina Lubis dalam buku "Sejarah Majalengka" yang diterbitkan Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia (YMSI) terbitan tahun 2012 menuliskan, pertempuran di daerah Kawungluwuk Desa Kawunghilir di sekitar monumen Sindangkasih sekarang, merupakan perlawanan rakyat Majalengka terhadap pasukan Belanda yang akan memperluas kekuasaannya di seluruh pelosok Majalengka.
Setelah Belanda menguasai Majalengka, Pasukan Belanda melakukan operasi militer pada tahun 1947 ke seluruh pelosok Majalengka, termasuk wilayah Talaga. Namun ketika satu regu pasukan Belanda sedang patroli ke daerah Kawungluwuk Desa Kawunghilir, pasukan Abdul Gani dan Affandi (Kepala BKR Majalengka) melakukan penghadangan. Terjadilah pertempuran berdarah di tempat yang sekarang dibangun Monumen Perjuangan Pasukan Sindangkasih.
Kini nama pemimpin pertempuran tersebut Abdul Gani, dijadikan nama jalan di pusat kota Majalengka tepat di belakang pendopo Kantor Bupati Majalengka menggantikan nama Jalan Sukarame.
Sedangkan Affandi Kepala tentara Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang legendaris dikenal kegigihannya melawan penjajah Belanda, namanya tidak terdengar lagi. Mitosnya, Affandi kebal terhadap peluru dan senjata tajam
Sementara, Letnan Emen Slamet ikut dalam pertempuran sengit itu, namanya diabadikan di Kota Majalengka dengan Jl. Emen Slamet. Hal itu untuk mengenang jasa-jasanya dalam mendepak Belanda di tanah Sindangkasih Sugih Mukti Majalengka Bagja Raharja. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Rizal Dani |