Petilasan Surukubeng Salah Satu Bukti Berdirinya Ponorogo

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Petilasan Surukubeng yang berada di Desa Kutu Kulon Kecamatan Jetis Ponorogo merupakan bukti otentik dari sejarah Babad Ponorogo.
"Tempat tersebut bukan fiktif, itu benar adanya dan menjadi saksi berdirinya Ponorogo," kata Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko Jumat (15/7/2022).
Advertisement
Menurutnya, konon petilasan Surukubeng adalah tempat semedi Ki Ageng Suryo Alam yang lebih dikenal dengan sebutan Ki Ageng Kutu atau Demang Kutu.
"Disebut Demang Kutu karena wilayah Surukubeng dulunya hanya sebuah Kademangan dari kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Ki Ageng Ketut Surya Alam atau Ki Ageng Kutu ini seorang majelis dari Kerajaan Majapahit pada abad ke-15.
Pada saat itu Ki Ageng Kutu bertugas di istana Bhre Kertabumi (sering disamakan dengan Brawijaya V), Brawijaya V adalah raja terakhir dari Kekaisaran Majapahit.
Akan tetapi, selama periode itu Kekaisaran Majapahit mengalami kemunduran dan sang raja dianggap tidak kompeten.
"Akhirnya Ki Ageng Kutu memutuskan meninggalkan istana dan mendirikan peradaban baru di tenggara Gunung Lawu sampai barat Gunung Wilis yang kemudian dikenal dengan nama Wengker atau sekarang di wilayah seputaran Desa Kutu Kecamatan Jetis Ponorogo," ulas Bupati Sugiri Sancoko.
Lokasi petilasan tersebut tepatnya berada di sebuah persawahan rakyat di Desa Kutu Kulon, tempat tersebut banyak ditumbuhi rumput-rimbun dan di sekitarnya banyak pohon suru yang tumbuh.
Masyarakat setempat kemudian menamai tempat itu dengan Suru Kubeng, selain karena banyaknya pohon suru yang tumbuh (yang kini sebagian telah dibabat dan dibersihkan), masyarakat setempat meyakini bahwa tempat tersebut merupakan petilasan dari Demang Ketut Suryo Alam, yakni seorang senopati atau prajurit Majapahit yang memiliki kesaktian dan berilmu tinggi.
"Banyak masyarakat meyakini jika tempat tersebut sebagai petilasan Padepokan Surukubeng milik Demang Surya Alam. Dulu itu, tempat tersebut merupakan panggon bagi murid-murid Surukubeng untuk mendapat pendadaran dan diajarai ilmu kesaktian oleh Demang Surya Alam,” kata Sutrisno pemerhati punden Surukubeng kepada TIMES Indonesia.
Sutrisno yang asli warga Desa Kutu Wetan mengatakan, bahwa tempat tersebut dulunya terkesan angker.
Banyak masyarakat yang takut untuk ke sana, hingga akhirnya ada warga terpanggil untuk membersihkan rerumputan untuk menghilangkan kesan angker tersebut.
Sutrisno sendiri mempunyai pendapat jika Surukubeng merupakan bagian dari sejarah tua di daerah Mataraman, bahkan ada sebelum nama Ponorogo.
Sutrisno pun menyebut sampai sejauh ini, tidak sedikit orang yang datang ke Surukubeng dari berbagai Kota, kebanyakan mereka datang untuk berdoa dan nyenyuwun kepada Tuhan, agar memiliki kedudukan dan pangkat.
"Biasanya jika mendekati pemilihan, apapun itu, banyak calon lurah, calon legislatif dan bahkan calon bupati dari berbagai daerah yang datang. Mereka berdoa mohon keanugerahan dari Tuhan di Surukubeng tersebut. Rata-rata hajat mereka yang datang banyak terkabul," tukas Sutrisno, pemerhati Petilasan Surukubeng Ponorogo
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Rizal Dani |