Peristiwa Daerah

Pengaruh Iklim, Hama Wereng Mengancam Pertanian Padi di Ngawi

Rabu, 03 Agustus 2022 - 13:05 | 62.71k
Petani saat memanen padi di lahannya. (Foto: Miftakul/TIMES Indonesia)
Petani saat memanen padi di lahannya. (Foto: Miftakul/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, NGAWI – Hama wereng batang coklat (WBC) mengancam produktivitas petani padi di Kabupaten Ngawi. Sejumlah lahan pertanian di berbagai kecamatan dilaporkan telah terserang hama wereng yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman padi terhambat, hingga mati kering seperti terbakar.

Data Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Ngawi, 50,62 hektar lahan terserang hama WBC. Hampir semua kecamatan di Ngawi dilaporkan mengalami serangan hama WBC, dengan luasan yang bervariasi. Hanya kecamatan Ngrambe, Padas, dan Karanganyar yang dilaporkan tidak mengalami serangan WBC pada tanaman padi.

Advertisement

Serangan hama WBC diketahui dapat menyebabkan kerusakan tanaman padi. Dampak langsung, terlihat dari pertumbuhan tanaman padi yang terhambat, hingga mati kering seperti terbakar akibat cairan pada tanaman habis diisap oleh serangga yang berukuran kecil ini.

Selain serangan hama WBC, pertanian padi di Kabupaten Ngawi juga dihadapkan dengan berbagai macam hama organisasi pengganggu tanaman (OPT). Data DKPP Ngawi, diantaranya hama kresek, tikus, siput murbei, keong mas, penggerek batang, dan blast.

Akibat serangan OPT juga berdampak pada risiko gagal panen. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi, Supardi saat dikonfirmasi mengatakan, ada sejumlah faktor yang mengakibatkan gagal panen. Diantaranya masa tanam yang tidak serentak, dan faktor iklim yang menyebabkan munculnya berbagai macam OPT.

"Masa tanam yang tidak serentak, petani yang menanam diawal, Alhamdulillah bisa panen bagus. Kemudian juga faktor iklim, banyak hujan jadi lembap. Sehingga banyak muncul virus, OPT seperti wereng dan lainnya," kata Supardi kepada TIMES Indonesia, Rabu (3/8/2022).

Supardi menjelaskan, para petani padi sebenarnya telah diimbau untuk mengikuti asuransi pertanian. Hal itu dimaksudkan agar saat terjadi gagal panen, para petani bisa mendapatkan ganti rugi, sebagai modal tanam berikutnya.

"Petani hanya membayar Rp36 ribu saja. Paling tidak ketika gagal panen, bisa mendapatkan santunan sebesar Rp6 juta untuk setiap satu hektar lahan yang gagal panen," ujar Supardi.

Lebih lanjut, terkait berkurangnya produksi gabah akibat gagal panen, Supardi belum bisa memastikan. Data hasil panen musim tanam kedua tahun 2022 masih belum final. Sejumlah wilayah baru memasuki masa panen.

"Untuk melihat ada penurunan atau tidak, harus dibandingkan hasil panen musim tanam kedua tahun ini dengan tahun sebelumnya. Saat ini panen di wilayah barat belum selesai. Nanti akan kita lihat ada penurunan atau tidak," papar Supardi Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES