Dampak Kenaikan Harga BBM, Penjualan Sapi dan Kambing di Kabupaten Pacitan Turun

TIMESINDONESIA, PACITAN – Kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) Bersubsidi ternyata berdampak pada penjualan sejumlah ternak. Bukan ikutan naik, harga sapi dan kambing di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur justru semakin menurun.
Pedagang sapi asal Kecamatan Kebonagung, Triyono (40) mengeluhkan tingginya ongkos transportasi pasca kenaikan BBM Solar, Pertalite dan Pertamax tak sebanding dengan harga rata-rata penjualan di pasar hewan.
Advertisement
"Kan imbas dari kenaikan harga BBM saat ini berdampak pada masyarakat, dalam hal ini juga sebagai konsumen. Belum lagi biaya jasa angkut yang semakin mahal. Jadinya kami rugi," katanya, Kamis (29/9/2022).
Triyono menyebutkan, sejak tiga pekan terakhir, harga sapi potong limosin mengalami penyusutan hingga Rp2 juta per ekor. Bahkan, dengan kondisi seperti itu, tak jarang dia harus pulang dengan tangan hampa.
"Sapi potong limosin sekarang Rp23-25 juta per ekor, tadinya masih Rp26-27 juta satu ekornya. Rata-rata penyusutan harga sampai Rp2 jutaan. Sering bawa pulang lagi karena tidak laku," terangnya di Pasar Pon Pacitan.
Penjualan kambing di Pasar Pon Pacitan ikut turun. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Di sisi lain, para petani disinyalir masih ragu untuk membeli hewan ternak di pasar. Pasalnya, wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK rupanya masih menjadi momok yang menakutkan. Terlebih, wabah itu dinilai dapat merusak harga.
"Padahal hewan ternak yang dijual di pasar sudah tervaksin. Secara kualitas mestinya juga sudah terjamin. Tapi kenyataannya kondisi penjualan justru semakin sepi," ujar Triyono pasrah.
Hal serupa dirasakan tengkulak sapi, Taryono (60) yang mengaku tidak berani membeli banyak ternak untuk stok. Selain khawatir rugi, harga pasar juga masih belum stabil. Dirinya berharap pemerintah segera mengambil kebijakan yang memihak pada masyarakat.
"Ada dua jenis ternak, super dan biasa. Kalau sapi potong super normalnya Rp45 juta per ekor, saat ini anjlok menjadi Rp40 juta. Harapannya pemerintah segera ambil kebijakan," jelasnya kepada TIMES Indonesia.
Sementara, harga kambing jenis PE juga ada penyusutan sekitar 10 persen. Peternak asal Tulakan, Soiran (58) mengaku tak berani mengambil risiko kerugian. Dia lebih memilih menyesuaikan patokan harga pasar.
"Harga kambing ini saja masih naik-turun. Tadinya laku Rp1,5 juta per ekor, sekarang Rp1,3 saya lepas. Apalagi yang beli juga sepi, nawar boleh, asal manusiawi," ungkapnya.
Menyikapi hal tersebut, Kepala Dinas Perdagangan dan Tenaga Kerja (Disdagnaker) Pacitan Sunaryo belum bisa berbuat banyak selain melakukan monitoring harga sejumlah kebutuhan pokok di pasar sambil menunggu kebijakan dari pemerintah pusat.
"Kami terus memantau harga yang ada di pasaran. Sementara ini masih menyesuaikan kebijakan. Bisa jadi berlangsung lama, masyarakat mohon bersabar," katanya soal penjualan sapi dan kambing di Kabupaten Pacitan yang semakin turun. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |