Doa Bersama Tragedi Kanjuruhan di GOR Saparua Bandung: Federasi Harus Tanggungjawab

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Jabar Quick Response bersama suporter se-Bandung Raya menggelar doa bersama dan shalat gaib di Gelanggang Olahraga (GOR) Saparua, Bandung. Kegiatan ini dihelat sebagai upaya solidaritas dan belasungkawa terhadap para korban tragedi Stadion Kanjuruhan.
Kegiatan ini diisi oleh shalat gaib dan doa bersama yang dipimpin oleh Ustad Muzammil Hasballah untuk imam shalat dan tausiyah.
Advertisement
Aksi solidaritas yang bertajuk ‘Dari Kami Untuk Malang’, dihadiri oleh sekitar 5.000 orang dari lintas suporter selain bobotoh seperti Jakmania, Aremania, Bonek, Maczman, Panser Biru, PSMS Medan, Brajamusti dan suporter lainnya.
Ketua pelaksana, Ebiet Beat A, mengatakan acara ini sebagai bentuk solidaritas sekaligus belasungkawa yang mendalam atas tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang. Terlebih sepak bola menjadi ajang kebaikan dan silaturahmi antar suporter.
Ia juga berharap dengan adanya agenda bersama antara suporter sepakbola se-Bandung Raya ini, semoga dapat mendorong pesan akan perbaikan iklim persaudaraan antar suporter sepak bola di Indonesia.
“Tragedi Kanjuruhan ini akhirnya mendorong ikhtiar bersama dalam menciptakan peradaban sepakbola yang lebih baik. Kita juga harus mengambil hikmah dari peristiwa Kanjuruhan. Sehingga dari tragedi ini bisa menguatkan persaudaraan antar suporter sepakbola di Indonesia,” ucap musisi rap lokal Bandung ini, Sabtu (8/10/2022).
Suporter se-Bandung Raya menggelar doa bersama dan shalat gaib tragedi Kanjuruhan di Gelanggang Olahraga (GOR) Saparua, Bandung. (Foto: Megha Nugraha/TIMES Indonesia)
Di tempat yang sama, salah satu panitia pelaksana, Kukuh Wiguna mengatakan Jabar Quick Response dalam acara ini memfasilitasi keinginan para suporter sepak bola untuk mengekspresikan rasa solidaritas dan belasungkawanya terhadap saudara-saudara di Malang yang menjadi korban dalam tragedi Kanjuruhan.
Soal terungkapnya enam tersangka tragedi Stadion Kanjuruhan, Kukuh mengungkapkan, semoga ini sebagai upaya pengusutan orang-orang yang memang seharusnya diadili. Lebih lanjut kata dia, jangan sampai keenam orang tersebut hanya menjadi kambing hitam.
"Mudah-mudahan itu sebagai upaya untuk mengadili orang-orang yang memang seharusnya diadili. Jangan sampai enam orang tersangka ini hanya dijadikan kambing hitam saja," jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa federasi sudah sepatutnya bertanggung jawab atas tragedi ini. Terutama bagi aparat keamanan untuk tidak bertindak represif terhadap suporter. Karena tujuan suporter hanya unuk menonton sepak bola dan menyemangati tim kebanggaannya yang sedang berlaga.
“Federasi pun harus bertanggung jawab. Pihak keamanan pun harus dihilangkan sikap represifnya, karena suporter bola itu tidak sejahat yang mereka pikirkan,” ucapnya.
Pihaknya berharap agar peristiwa ini menjadi titik balik dan bisa mendorong seluruh insan persepakbolaan di Indonesia menciptakan peradaban baru yang lebih baik, untuk kemajuan sepak bola Indonesia.
“Semoga peristiwa Kanjuruhan di Malang ini mampu menggerakkan persaudaraan sesama suporter sepakbola di Indonesia. Dan mendorong pemikiran bersama antar suporter untuk menciptakan sebuah peradaban sepakbola Indonesia yang lebih baik lagi,” paparnya di GOR Saparua, Kota Bandung. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Bambang H Irwanto |
Publisher | : Sholihin Nur |