Ribuan Suporter se-Bandung Raya Doakan Korban Tragedi Kanjuruhan, Minta Diusut Tuntas

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Ribuan suporter se-Bandung Raya menggelar doa bersama dan shalat gaib, sebagai upaya solidaritas dan belasungkawa terhadap para korban tragedi Stadion Kanjuruhan. Tak hanya itu, diharapkan peristiwa ini bisa diusut tuntas hingga kompetisi bisa berjalan lagi.
Aksi solidaritas yang bertajuk ‘Dari Kami untuk Malang’ ini juga dihadiri oleh sekitar 5.000 orang dari lintas suporter selain bobotoh seperti Jakmania, Aremania, Bonek, Maczman, Panser Biru, PSMS Medan, Brajamusti dan suporter lainnya.
Advertisement
Mantan pentolan Viking, Yana Umar mengatakan semoga tragedi Kanjuruhan menjadi peristiwa yang terakhir kalinya dan tidak ada lagi korban selanjutnya. Ia juga mengaku rivalitas antar tim memang diperlukan, namun jangan sampai memakan korban jiwa. Terutama kejadian yang menimpa antar suporter yang sampai kini masih menjadi persoalan.
Ia juga menginginkan agar tragedi Stadion Kanjuruhan ini segera di usut sampai tuntas demi keadilan para korban yang berjatuhan.
“Setidaknya kasus ini harus tuntas sebanyak 131 korban meninggal dunia. Jangan karena kompetisi kita bisa berjalan lagi. Lalu persoalan selesai begitu saja, tidak bisa begitu. Itu tetap harus diproses tuntas. Udah beres diusut baru kompetisi boleh berjalan lagi,” ungkap Yana di Gelanggang Olahraga (GOR) Saparua, Bandung, Sabtu (8/10/2022).
Poster doa bersama dan shalat gaib bertajuk 'Dari Kami untuk Malang' di Gelanggang Olahraga (GOR) Saparua, Bandung. (Foto: Panitia)
Soal terungkapnya enam tersangka tragedi Stadion Kanjuruhan, Salah seorang panitia pelaksana, Kukuh Wiguna mengatakan, semoga ini sebagai upaya pengusutan orang-orang yang memang seharusnya diadili. Lebih lanjut kata dia, jangan sampai keenam orang tersebut hanya menjadi kambing hitam.
"Mudah-mudahan itu sebagai upaya untuk mengadili orang-orang yang memang seharusnya diadili. Jangan sampai enam orang tersangka ini hanya dijadikan kambing hitam saja," jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa federasi sudah sepatutnya bertanggung jawab atas tragedi ini. Terutama bagi aparat keamanan untuk tidak bertindak represif terhadap suporter. Karena tujuan suporter hanya untuk menonton sepak bola dan menyemangati tim kebanggaannya yang sedang berlaga.
“Federasi pun harus bertanggung jawab. Pihak keamanan pun harus dihilangkan sikap represifnya karena suporter bola itu tidak sejahat yang mereka pikirkan,” ucapnya.
Pihaknya berharap agar peristiwa ini menjadi titik balik dan bisa mendorong seluruh insan persepakbolaan di Indonesia menciptakan peradaban baru yang lebih baik, untuk kemajuan sepak bola Indonesia.
“Semoga peristiwa Kanjuruhan di Malang ini mampu menggerakkan persaudaraan sesama suporter sepakbola di Indonesia. Dan mendorong pemikiran bersama antar suporter untuk menciptakan sebuah peradaban sepakbola Indonesia yang lebih baik lagi,” papar Kukuh.
Hanif Sjahbandi, mantan pemain Arema FC yang kini bermain di Persija menuturkan, seharusnya sepak bola bertujuan untuk menghibur masyarakat dan menciptakan sportifitas. Ia juga menginginkan agar kejadian ini menjadi yang titik balik bagi persepakbolaan Indonesia tidak terulang kembali memakan korban.
Acara sharing session bersama suporter sepak bola di Gelanggang Olahraga (GOR) Saparua, Bandung. (Foto: Megha Nugraha/TIMES Indonesia)
“Saya bermain bola bukan untuk melihat ini, kejadian ini benar-benar menyedihkan. Karena saya bermain bola tujuannya hanya untuk menghibur. Cukup jangan sampai ada korban lagi,” ungkapnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa Aremania sudah menjadi sebuah keluarga baginya. Peristiwa Kanjuruhan ini merupakan kejadian yang memilukan dan sangat berbekas bagi dirinya. Terlebih ketika melihat beberapa video sejumlah suporter yang terjebak dan viral di media sosial.
“Kejadian kemarin sangat berbekas bagi saya. Selain itu, yang paling memilukan lagi, saya melihat video banyak orang tua anak-anak dan ibu-ibu yang berteriak minta tolong, mereka berdesakan mencari jalan keluar. Ini yang membuat saya sangat sedih,” ungkap pemain Persija kelahiran 1997.
Menurutnya para korban tragedi Stadion Kanjuruhan merupakan pahlawan sepak bola Indonesia. Diharapkan sepak bola Indonesia menjadi olahraga yang bisa dinikmati dengan damai oleh generasi selanjutnya.
“Cukup 2x45 menit di lapangan dan bagi mereka yang gugur di Stadion Kanjuruhan, mereka semua adalah pahlawan sepak bola yang sebenarnya. Kedepannya semoga sepak bola kita menjadi sepak bola yang indah untuk anak-anak cucu kita,” papar Hanif di GOR Saparua, Kota Bandung. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Bambang H Irwanto |
Publisher | : Rizal Dani |