64 TKI Asal Kabupaten Probolinggo Berangkat Tahun Ini, Mayoritas Lulusan SD dan SMP

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Sebanyak 64 Tenaga Kerja Indonesia atau TKI asal Kabupaten Probolinggo tahun ini, merantau ke negeri sebelah untuk mengais rezeki. Sebagian besar TKI yang diberangkatkan berpendidikan rendah, yakni lulusan SD dan SMP.
Plt Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Probolinggo, Akhmad mengatakan, rata-rata pendidikan para TKI yang berangkat tahun ini dari lulusan SD dan SMP. Untuk TKI tamatan SD sebanyak 19 orang, dan tamatan SMP sebanyak 21 orang.
Advertisement
Plt Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Probolinggo, Akhmad saat ditemui. (Foto: Abdul Jalil/TIMES Indonesia)
Sisanya, berpendidikan minimal SMA sederajat dan perguruan tinggi. Namun, untuk lulusan sarjana atau diploma ini masing-masing sebanyak satu orang.
Adanya TKI lulusan sarjana cukup membuat dirinya bangga. TKI bernama Finiko Kasula Novenda asal Desa Tongas Wetan Kecamatan Tongas ini berangkat secara mandiri ke Jepang. Ia satu-satunya TKI yang berangkat secara mandiri langsung difasilitasi oleh perusahaan tempat ia diterima bekerja.
Tak hanya itu, jabatan yang didapatkan pria kelahiran 1996 ini, sebagai software engineering di salah satu perusahaan di negeri Sakura itu.
"Rasanya saya turut bangga, ada putra daerah yang bekerja secara mandiri dengan jabatan yang bergengsi karena kemampuannya sendiri," ungkapnya, Sabtu (15/10/2022).
Sedangkan, para TKI lainnya mendapat posisi dan pekerjaan yang tak jauh berbeda dari para TKI lainnya. Seperti cleaning service, contruction worker, dan lain sebagainya.
Rata-rata usia pekerja TKI tersebut masih tergolong dalam usia produktif. Sebanyak 41 satu di antaranya merupakan laki-laki, sedangkan 23 sisanya perempuan.
"Rata-rata usianya dari 21-40 tahun. Yang termuda itu ada yang usia 21 tahun dari Desa Kaliacar, Kecamatan Gading pergi ke Malaysia. Yang lebih dari 40 tahun hanya dua orang, ke Malaysia juga," paparnya.
Ia menjelaskan, rata-rata para TKI tersebut memang memilih Malaysia sebagai tujuan bekerja. Namun, sejumlah pekerja juga memilih negara-negara Asia Timur sebagai tujuan Seperti Taiwan dan Hongkong. Selain dari tiga negara itu, juga terdapat seorang pekerja yang memilih Rumania sebagai tujuan bekerja.
"Satu orang ada yang ke Saudi Arabia, seorang lagi ke Jepang. Yang banyak memang Malaysia dan Taiwan," ungkapnya.
Ia pun bersyukur para pekerja tersebut pergi ke luar negeri dengan menggunakan jalur resmi. Sehingga, para pekerja itu tidak akan dideportasi. Selain itu, para pekerja sudah mendapatkan surat perjanjian kerja sebelum mulai bekerja, sehingga upah yang didapat akan sesuai dengan kinerjanya.
"Meski begitu, mereka setiap tiga tahun sekali wajib memperbarui paspornya dengan meminta lagi rekomendasi paspor kepada kami," ujarnya.
Ia juga berharap, adanya TKI yang menggunakan jalur resmi ini dapat ditiru oleh warga lainnya jika hendak ke bekerja di luar negeri. Sehingga, kasus-kasus deportasi untuk warga setempat tidak terulang kembali.
Akhmad menjelaskan, untuk menggunakan jalur resmi, calon TKI terlebih dahulu harus mendaftar ke Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Surabaya. Di BP2MI calon pekerja harus menyertakan kontrak kerja luar negeri, harus mendapatkan izin orang tua bagi yang belum menikah, serta surat keterangan waris jika terdapat musibah ketika bekerja.
"Kalau sudah daftarnya ke BP2MI, baru ke kami untuk selanjutnya kami berikan surat rekomendasi pembuatan paspor dan nomor ID pekerja," paparnya.
Berdasarkan data dari Disnakertran Kabupaten Probolinggo, 976 pencari kerja terdaftar itu terdiri dari pencari kerja fresh graduate sebanyak 508 orang, pencari kerja masih bekerja sebanyak 238 orang, dan pencari kerja ter-PHK sebanyak 230 orang. Sedangkan jumlah TKI atau Tenaga Kerja Indonesia yang berangkat tahun ini sebanyak 64 orang. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |