Peristiwa Daerah Tragedi Stadion Kanjuruhan

Cerita Korban Luka Tragedi Stadion Kanjuruhan Asal Kabupaten Probolinggo, Hingga Kakinya Patah

Senin, 17 Oktober 2022 - 14:27 | 28.31k
Bintang Kurniawan Antoro, duduk di kursi dengan konsisi kedua kakinya masih mengalami luka dan patah. (Foto: Dicko W/TIMES Indonesia)
Bintang Kurniawan Antoro, duduk di kursi dengan konsisi kedua kakinya masih mengalami luka dan patah. (Foto: Dicko W/TIMES Indonesia)
FOKUS

Tragedi Stadion Kanjuruhan

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Bintang Kurniawan Antoro (19) warga Dusun Krajan RT 07 RW 02, Desa Maron Wetan, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, menceritakan saat tragedi Stadion Kanjuruhan, yang menimbulkan ratusan orang meninggal dunia.

Antoro, salah satu korban luka patah kaki kanan dan kiri. Dari keterangan yang disampaikan, dirinya bersama dua temannya duduk di tribun 10.

Advertisement

Dua temannya adalah Rifki Dwi Yulianto (19) (korban meninggal) dan Muh Busthomi (19) (korban luka). Keduanya juga dari Desa Maron Wetan.

Pada tribun 10 itu, kata dia, memang penuh dengan penonton yang merupakan suporter dari Aremania. Sebelum kejadian atau tembakan gas air mata dilepas petugas, di tribun yang ia tempati bersama temannya masih tertib dan aman terkedali.

“Di tribun 10 awalnya masih tetap tenang maski saat itu di bawah ada sedikit ramai-ramai. Pas terjadi kericuhan, mulai bergejolak, tapi masih tenang, suporter di tribun 10 hanya berkoar-koar saja,” kata Antoro, saat ditemui di rumahnya bersama rombongan Biddokkes Polda Jatim, pada Jumat (14/10/2022).

Sesaat kemudian lanjutnya, kericuhan itu membuat petugas yang akhirnya melepaskan tembakan gas air mata. Nah, saat itulah semua suporter mulai berhamburan untuk keluar dari stadion dengan berdesak-desakan. Begitu juga dengan yang ada di tribun 10 itu.

“Semua berhamburan ingin menyelamatkan diri masing-masing. Saat asap tembakan gas air mata mulai menyebar, di situ terjadi desakan yang luar biasa, tidak peduli itu siapa, semua dilibas karena ingin menyelamatkan diri. Ada yang sesak nafas, ada yang terjatuh kemudian kena injak,” kata dia.

Bintang-Kurniawan-Antoro-a.jpgBintang Kurniawan Antoro, korban Stadion Kanjuruhan.(Foto: Dicko W/TIMES Indonesia)

“Dan saya sendiri sempat sesak nafas hingga dua hari. Dan bahkan, kaki saya yang patah ini akibat desakan itu, karena semua bingung ingin keluar dari stadion,” cerita Antoro.

Dirinya juga melawan desak-desakan itu, begitu ia mendekati tangga untuk turun, kakinya kanannya terjepit ke pagar tribun. Dengan posisi kaki terjepit, ditambah banyaknya orang yang berdesakan, di situ ia berteriak karena kaki terjepit tak bisa bergerak.

“Kaki saya gelantongan di pagar karena terjepit, sedangkan tangan saya berupaya menghadang ribuan orang yang menabrak tubuh saya. Saking dari banyaknya orang berdesakan, tubuh saya terbawa akibat desakan dan sempat kenak injak, sendangkan kaki posisi terjepit,” tuturnya.

Antoro, tidak mempedulikan kedua temannya tersebut karena dia harus menyelamatkan dirinya. Pada kondisi itu kata dia, sudah berpisah dengan kedua temannya karena banyaknya suporter yang berhamburan. Ia tidak tahu bagaimana dan di mana kedua temannya, begitu sebaliknya.

“Desak-desakan mereda akhirnya saya dievakuasi. Pada saat dievakuasi saya sudah tidak sadar, siapa yang mengevakuasi dan dibawa ke rumah sakit mana saya tidak tahu. Ya, akhirnya setelah dua hari, saya mengetahui kaki saya ini sudah patah,” ungkap Antoro.

Ada enam korban asal Kabupaten Probolinggo, yakni itu tiga korban meninggal dan tiga korban luka-luka. Untuk tiga korban meninggal dunia, yaitu Abian Hasiq Rifqi (18) warga Dusun Krajan, RT 006 RW 001, Kelurahan Kandang Jati Kulon, Kecamatan Kraksaan; Rifki Dwi Yulianto (19), warga Dusun Krajan, Desa Maron Wetan, Kecamatan Maron; dan Moh. Kindi Arrumi Purnama (16) asal Desa Besuk Kidul Kecamatan Besuk.

Sedangkan tiga korban luka-luka itu adalah, Bintang Kurniawan Antoro (19) asal Dusun Krajan RT 07 RW 02; Muhammad Jailani (19) asal Duaun Krajan RT 03 RW 01; dan Muh Busthomi (19) asal Dusun Krajan RT 04 RW 01. Ketiga korban berasal dari Desa Maron Wetan Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo. Itulah korban tragedi Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, asal Kabupaten Probolinggo. (*)  

 

KONTAK BANTUAN

Seburuk apapun masalah dan kondisi yang dialami oleh para korban dan keluarga korban Tragedi Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022, tindakan emosional, berpikir negatif dan bahkan melakukan tindakan kriminal, bukanlah solusi yang baik. Jika para korban dan keluarga korban mengalami masa sulit, stres, trauma atau hampa dalam hidup seperti depresi, atau jika Anda memiliki keluarga atau kenalan yang mengalami kesulitan tersebut, segera hubungi hotline Pusat Layanan Psikososial bagi Korban dan Keluarga Korban Terdampak Tragedi Stadion Kanjuruhan dengan menghubungi: (0812 3257 5796). Tim Trauma Healing akan mendampingi Anda.

Layanan Trauma Healing ini menjadi pilihan Anda dan bisa meringankan keresahan yang ada. Untuk mendapatkan layanan langsung bisa datang ke Posko yang sudah ada dan sudah disiapkan oleh tim yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Malang dan bekerja sama dengan banyak pihak. Atau bisa datang ke kantor TIMES Indonesia di TIMES SQUARE IJEN, Jl Besar Ijen No 90-92 Oro-Oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, atau bisa klik link website ini: timesindonesia.co.id

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Muhammad Iqbal
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES