Peristiwa Daerah

Komplotan Monyet Ekor Panjang Serbu Lahan Pertanian di Banyuwangi

Kamis, 24 November 2022 - 21:23 | 30.88k
Kawanan monyet berjenis ekor panjang merusak tanaman milik petani di Banyuwangi. (FOTO: Dok. TIMES Indonesia)
Kawanan monyet berjenis ekor panjang merusak tanaman milik petani di Banyuwangi. (FOTO: Dok. TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Komplotan monyet berjenis ekor panjang menyerbu lahan pertanian di Desa Tamansuruh dan Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (24/11/2022).

Kedatangan kawanan monyet itu membuat para petani resah. Tak jarang hewan primata bernama latin Macaca fascicularis itu merusak tanaman milik petani.

Kejadian tersebut sebenarnya sudah terjadi di beberapa tahun terakhir. Namun, semakin lama monyet kian ganas menggondol buah-buahan dan merusak sawah petani.

"Kera-kera ini jumlahnya ratusan bahkan ribuan," kata petani Desa Tamansuruh, Katemin.

Hal ini menyebabkan para petani bekerja lebih keras untuk menjaga tanaman mereka.

Katemin, menjelaskan, bahwa gerombolan monyet datang dikala pagi sebelum para petani sampai di lahan pertanian dan sore pada saat pulang.

"Kalau pas sawah sepi tidak ada orang, kawanan monyet datang menjarah dan merusak tanaman kami," ujarnya.

Akibatnya, para petani terancam gagal panen dan sering mengalami kerugian

Diceritakan Katemin, kawanan kera tersebut merusak dan memakan semua tanaman milik petani setempat. Mulai dari buah-buahan hingga tanaman padi. Mereka mengaku terancam gagal panen.

"Selama bertahun-tahun kera-kera tersebut merusak berbagai jenis tanaman mulai ubi, pisang, durian hingga tanaman padi. Kami sering merugi akibat keberadaan hama kera ini," ungkapnya.

Senada petani Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Mislan, mengaku, keberadaan ratusan bahkan ribuan kera mengusik ketenangan warga.

“Para petani mengeluh. Saya tidak tahu dari mana asalnya. Keranya ribuan. Besar, ekornya panjang,” cetusnya.

Mislan menjelaskan, semua jenis tanaman di sawah maupun di kebun dirusak oleh kawanan kera. Seperti di sawahnya sendiri ada beberapa jenis tanaman yang dirusak, mulai pisang, ubi kayu dan juga padi.

"Petani di sini siaga penuh adanya kawanan kera itu. Untuk buah-buahan atau pisang, jika tidak dibungkus dengan baik dan kuat maka dijamin akan habis oleh kera tersebut," tukasnya.

Mislan, menambahkan, selama ini petani hanya bisa pasrah. Bahkan beberapa hari lalu buah di kebunnya juga ikut rusak karena dijarah kawanan kera.

“Kemarin pisang saya di makan. Ada yang dirusak. Ubi kayu dicabut dipakai untuk mainan. Kalau tidak percaya tanyakan ke petani lain. Selama ini, petani hanya bisa pasrah,” ungkapnya.

Terpisah, Kepala Desa Kemiren, Arifin mengaku insiden ini sudah lama terjadi di wilayahnya. Ratusan hewan primata ini menyerang lahan pertanian milik warga yang tidak dijaga dan jauh dari jalan.

"Ada sekitar 5 laporan untuk saat ini. Ini masuk wilayah Talun Jeruk. Belum lagi lahan milik warga yang tak terjaga," tuturnya.

Arifin menuturkan, Pihaknya sudah mengirimkan surat kepada lembaga konservasi di Banyuwangi. Hal ini dikarenakan kawanan monyet ekor panjang ini sering menyerang lahan warga. 

"Selang beberapa hari ada sidak lapang. Mereka memberikan solusi untuk dilakukan penangkapan dengan jaring. Jika tidak bisa dikembalikan lagi ke masyarakat," terangnya. 

Menanggapi hal itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Banyuwangi melalui Kepala Seksi Konservasi Wilayah V, Purwantono mengaku sudah mengetahui kabar tersebut.

Namun, BKSDA sendiri juga masih kesulitan dan belum memiliki solusi kongkrit untuk permasalahan itu.

"Ya mungkin perlu duduk bersama dengan instansi yang lain untuk mencari solusi alternatifnya," kata Purwantono.

BKSDA juga pernah meninjau langsung ke lokasi. Pada saat itu, solusi yang ditawarkan adalah menghalau secara manual dengan cara dijaga lahannya atau ditangkap menggunakan jaring.

Alhasil, cara tersebut masih belum maksimal dan kawanan kera menyerang saat kondisi lahan pertanian warga sepi.

"Dengan cara dibunuh juga bukan solusi. Cara lain adalah dipindahkan habitatnya. Tapi itu perlu tenaga dan biaya lebih, peralatan harus memadai. Apalagi jumlahnya banyak mencapai ratusan," imbuhnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES