Mengenal Seni Budaya Kota Banjar, Reog Dongkol dan Jurig Sarengseng

TIMESINDONESIA, BANJAR – Pagelaran budaya Kota Banjar dimunculkan dalam Hari Pers Nasional tahun 2023 tingkat Kota Banjar, Selasa kemarin di Lembah Pejamben Desa Binangun Kecamatan Pataruman.
Semarak pagelaran budaya khas daerah yang ditampilkan di Kota Banjar ini merupakan kolaborasi seni antara Manuk Janur dari Desa Cibeureum, Jurig Sarengseng dari Desa Binangun dan Reog Dongkol dari Desa Karyamukti.
Advertisement
Budaya Kota Banjar, Kesenian Jurig Sarengseng menjadi salah satu pusat perhatian pengunjung yang membludak memadati Lembah Pejamben kemarin.
Jurig Sarengseng adalah replika hantu ghaib yang bahannya terbuat dari bambu dan dimainkan sekelompok orang dengan diiring-iringi tabuhan khas seni Sunda.
Dalam penampilannya, Jurig Sarengseng ini didandani dengan makeup serba hitam legam dan kostum khas yang terbuat dari limbah alam seperti bambu, injuk dan kayu yang dipadukan dengan tabuhan angklung sebagai pengantar tarian mereka.
Dijabarkan Hendi, salah satu pencetus seni Jurig Sarengseng bahwa jurig adalah mahluk ghaib yang tak bisa dilihat dengan kasat mata sementara Sarengseng adalah bagian dari pohon bambu yang banyak manfaatnya dari ujung atas hingga bagian akar pohon.
"Sehingga dapat digunakan untuk berbagai macam kerajinan," Hendi yang juga merupakan seorang Budayawan ternama Kota Banjar ini mengemukakan.
Kesenian ini tercetus pada tahun 2017 dimana dirinya bersama budayawan setempat, Almarhum Nono, melihat Lembah Pejamben sebagai alam yang perlu dilestarikan.
"Tepat di bawah lembah, ada Pemakaman Santiong yang identik dengan Jurig sementara di sebrangnya terdapat kebun bambu atau Sarengseng sehingga akhirnya kami mencetuskan Kesenian Jurig Sarengseng," ungkapnya.
Jurig Sarengseng memiliki makna tersendiri dimana Jurig digambarkan sebagai sosok yang karakternya serakah sementara Sarengseng merupakan ujung bambu yang tajam dan membahayakan. Ini menyampaikan pesan agar manusia di bumi dapat menjaga dan melestarikan alam sebagai warisan leluhur.
"Jurig Sarengseng merupakan bentuk seni budaya ngarumat jagat untuk menjaga dan melestarikan alam Desa Binangun," terang sang Budayawan yang juga merupakan fungsional di bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Banjar.
Kesenian ini juga memiliki pesan untuk generasi muda agar dapat menjaga alam dari kerusakan yang ditimbulkan dari ulah manusia itu sendiri seperti penebangan liar di hutan yang dapat merusak lingkungan dan mengurangi sumber air.
Aksi kesenian khas Desa Binangun ini sudah beberapa kali melenggang di tingkat Provinsi maupun Nasional bahkan sudah meraih penghargaan peringkat ketiga kesenian khas daerah di Karnaval Asia Afrika Bandung pada 2018 lalu.
Atas prestasinya tersebut, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banjar melalui Kabid Kebudayaan, Neni menyampaikan bahwa Kesenian Jurig Sarengseng sudah terdaftar dalam hak kekayaan intelektual Kota Banjar.
"Sudah di Haki kan ya dan ini sering ditampilkan dalam berbagai event baik itu di gelaran Kota Banjar maupun Provinsi dan Nasional," katanya.
Kesenian lainnya yang tak kalah menarik perhatian adalah Reog Dongkol. Ini merupakan
bentuk sajian seni yang lahir dan berkembang di dusun Cigadung Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar.
Disampaikan Abah Kancil, sang pencetus yang kini berusia senja, Reog Dongkol menggambarkan proses ritual penyadapan pohon nira yang selalu dilakukan oleh para sesepuh pada jaman dahulu dan masih di lakukan oleh sebagian masyarakat yang masih melakukan adat istiadat leluhurnya.
Biasanya, sajian seni Reog Dongkol dibawakan oleh 4 Orang penabuh Kodong dan seorang penabuh Kohkol namun seiring dengan perkembangan dan kebutuhan pertunjukan maka kesenian Reog Dongkol ini di tambah pemainnya dengan Kendang, Goong dan Tarompet pencak agar lebih semarak dan dinamis.
"Kesenian Reog Dongkol telah di akui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) tingkat Nasional pada tahun 2018 dan menjadi seni Khas Kota Banjar yang patut kita lestarikan dan kita kembangkan sehingga menjadi ikon kota Banjar," harap Abah Kancil.
Seniman ternama di Kota Banjar ini menjabarkan bahwa filosofi dari Reog Dongkol adalah untuk melestarikan khasanah budaya dan kearifan lokal.
"Tentunya harus terus dilestarikan oleh generasi penerus karena Kesenian ini memiliki nilai-nilai yang sangat luhur dalam tatanan sosial budaya guna keberlangsungan anak cucu di masa yang akan datang," jabarnya.
Budaya Kota Banjar Reog Dongkol pernah tampil di beberapa event berhenti seperti pentas Seni Karuhun di Taman Budaya Bandung pada tahun 2008, pentas penelitian langsung oleh team verifikasi dari DISPARBUD Provinsi Jawa Barat dan pentas dalam rangka Ulang Tahun Kabupaten Garut pada tahun 2005 juga tentunya secara rutin dipentaskan dalam rangka Hari Jadi Kota Banjar. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |