Peristiwa Daerah

Sejarah Bumi Selawat Nariyah, dari Nama Panarukan Hingga Jadi Situbondo

Sabtu, 11 Maret 2023 - 00:25 | 263.70k
Pendopo Aryo Situbondo yang diambil dari nama Pangeran Aryo Gajah Situbondo, sehingga menjadi nama Situbondo.(Foto: Miftahurrahman/TIMES Indonesia)
Pendopo Aryo Situbondo yang diambil dari nama Pangeran Aryo Gajah Situbondo, sehingga menjadi nama Situbondo.(Foto: Miftahurrahman/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SITUBONDO – Selain berjuluk kota santri, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, juga disebut Kota Bumi Selawat Nariyah. Julukan ini bermula dari salah satu cita-cita kiai penggerak Nahdlatul Ulama atau NU, yang juga Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah di kabupaten setempat, KH Ahmad Sufyan Miftahul Arifin.

Situbondo adalah sebuah kabupaten kecil di Provinsi Jawa Timur. Memiliki luas wilayah 1.638 kilometer persegi atau 163.850 hektar. Terbagi menjadi 17 kecamatan dan punya 132 desa.

Advertisement

Wilayah Kabupaten Situbondo memanjang dari sisi barat ke timur, dengan garis pantai sepanjang kurang lebih 150 kilometer. Sebelum dikenal sebagai Bumi Selawat Nariyah, ternyata Situbondo memiliki sejarah panjang.

Asal-Usul Nama Situbondo

Berdasarkan arsip sejarah serta situs resmi Pemkab Situbondo, terdapat dua buah versi tentang asal-usul nama Situbondo.

Pendapat pertama, nama Situbondo diambil dari nama seorang pangeran asal Madura bernama Aryo Gajah Situbondo, putra dari Cangkra Diningrat asal Madura.

Pangeran Aryo Gajah Situbondo lebih dikenal dengan Pangeran Situbondo. Ia adalah tokoh pembabat hutan belantara di bagian timur Surabaya, yang kemudian diberi nama Situbondo sesuai dengan nama Pangeran Situbondo.

Pendapat tersebut dikuatkan oleh adanya situs makam peninggalan Pangeran Situbondo di wilayah Situbondo Kota.

Pendapat kedua, nama Situbondo berasal dari kata 'Siti' dan 'Bondo'. Diambil dari Bahasa Sansekerta yang bermakna tanah yang mengikat. Pendapat tersebut berasal dari kepercayaan bahwa tanah Situbondo, membuat orang baru atau pendatang terpikat dan betah sehingga tidak ingin pindah dan menetap.

Dari Panarukan Menjadi Situbondo

Relief-sejarah-yang-dibangun-di-kawasan-alun-alun-Situbondo.jpgRelief sejarah yang dibangun di kawasan alun-alun Situbondo.(Foto: Miftahurrahman/TIMES Indonesia)

Sejarah Kabupaten Situbondo tidak bisa lepas dari Karesidenan Besuki yang pertama dipimpin oleh Ki Pate Alos (1.700 Masehi). Karesidenan Besuki melingkupi hampir seluruh Wilayah Tapal Kuda. 

Kepemimpinan Ki Pate Alos kemudian dilanjutkan oleh Tumenggung Joyo Lelono. Sayang, ketika di bawah kekuasaan Joyo Lelono, Situbondo berhasil dikuasai oleh Belanda.

Selama dikuasai oleh belanda, Situbondo yang  waktu itu masih bernama Panarukan, di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels (sekitar 1808-1811), menjadi lokasi pembangunan Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan atau dikenal dengan Jalan Daendels.

Nama Panarukan terus dipakai hingga diubah pada tahun 1972 pada masa pemerintahan Bupati Achmad Tahir, melalui Peraturan Pemerintah RI Nomor. 28 / 1972 tentang Perubahan Nama dan Pemindahan Tempat Kedudukan Pemerintah Daerah.

Dikenal Sebagai Bumi Selawat Nariyah

Julukan ini bermula dari salah satu cita-cita kiai Penggerak Nahdlatul Ulama (NU), mursyid Tarekat Naqsyabandiyah di Kabupaten Situbondo, Hadratus Syekh KH Ahmad Sufyan Miftahul Arifin.

Sebelum wafat di Makkah, Kiai Sufyan telah mewariskan amalan Selawat Nariyah sebanyak 4.444 untuk dimasifkan dan diintensifkan di seluruh pelosok desa se-Kabupaten Situbondo.

Syekh Muhammad Haqqi Nazili, penulis Penulis kitab Khazinatul Asrar menyebut, Selawat Nariyah sebagai bagian selawat yang mujarrobat. Yaitu selawat yang sudah biasa diamalkan dan terbukti berkhasiat.

Selawat Nariyah disusun oleh Syekh Ibrahim at-Tazy al-Maghriby, ulama sufi asal Taza, Maroko.

Sebutan Situbondo Bumi Selawat Nariyah semakin kuat dan dikenal selama masa kepemimpinan mantan Bupati Situbondo Dadang Wigiarto, pada tahun 2010-2015 yang secara masif membumikan Selawat Nariyah di Situbondo. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Muhammad Iqbal
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES