Peristiwa Daerah

Kisah KH Hasan Sepuh Genggong, Pernah Wafat dan Hidup Lagi

Selasa, 02 Mei 2023 - 15:23 | 272.03k
Pelaksanaan Haul KH. Moh. Hasan Sepuh Genggong. (Foto: Kominfo Genggong)
Pelaksanaan Haul KH. Moh. Hasan Sepuh Genggong. (Foto: Kominfo Genggong)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Rupanya Almarhum Al Arif Billah KH. Moh. Hasan atau KH Hasan Sepuh Genggong, Pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong, Probolinggo, pernah wafat namun hidup kembali.

Cerita itu disampaikan oleh Nun Hassan Ahsan Malik, dalam pembacaan manaqib pada Haul ke-70 KH. Moh. Hasan Sepuh Genggong di halaman Ponpes setempat, Selasa (2/5/2023).

Advertisement

Dalam kisahnya, peristiwa itu terjadi pada tahun 1374 hijriyah atau 1955 masehi. Seperti biasa, Kiai Hasan Sepuh memberikan pengajian kitab untuk para santri. Kitab tersebut dibaca dalam jangka waktu tertentu untuk dihatamkan (diselesaikan) pada pertengahan bulan. Setelah itu, santri diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing.

Pada pengajian akhir itu, Kiai Hasan tiba-tiba meminta para santri agar kembali pada tanggal 10 syawal. Demikian juga dengan para wali santri. Padahal, biasanya, santri kembali ke pondok dari liburan Ramadan dan Idul Fitri adalah pada tanggal 15 syawal.

Kiai Hasan Sepuh menyampaikan bahwa pada tanggal 11 Syawal akan ada pengajian akbar. Ucapan beliau itu menyiratkan akan ada pengajian akbar yang akan dilaksanakan pada tanggal 11 Syawal. Setelah itu, para santri pulang ke rumah masing-masing.

KH-Moh-Hasan-Sepuh-Genggong.jpgKH. Moh. Hasan Sepuh Genggong, Kholifah Kedua  Ponpes Zainul Hasan Genggong. (Foto: Kominfo Genggong)

Saat liburan santri itu, Kiai Hasan Sepuh jatuh sakit. Saat itu disaksikan oleh salah satu haddamnya, KH. Syamsul Ma’arif. Saat itu merupakan detik-detik wafatnya Kiai Hasan Sepuh.

Kala itu Kiai Hasan Sepuh berada di dalam kamar pribadi beliau sendiri. Kiai Syamsul Ma'arif hanya bisa terpaku sedih saat mengetahui bahwa Kiai Hasan sudah dinyatakan wafat.

Padahal saat itu ada seseorang yang ditunggu oleh Kiai Hasan Sepuh. Yakni sang putra satu-satunya, KH. Hasan Saifouridzall yang sedang dalam perjalanan pulang kembali ke Genggong.

Kala itu, hanya berkumpul beberapa keluarga yang sedang menemani beliau. Isak tangis di mana-mana meratapi kepergian Sang Wali Allah.

Lalu, tak lama kemudian, KH Hasan Saifouridzall hadir dan masuk ke dalam kamar. Melihat kondisi sang ayah, ia langsung meneteskan air mata. "Aba, Abdinah mek edinah sareng ajunan. (Aba, saya kok ditinggalkan oleh Ajunan, red)," katanya sambil menahan isak tangis.

Tak disangka-sangka, tiba-tiba Kiai Hasan Sepuh membuka kembali kedua matanya. Lalu berkata lirih: "Napeh Cung? (Ada apa, Nak?)," katanya.

Lalu Kiai Hasan Sepuh berusaha bangun dari tidurnya dan memberikan kopyah miliknya pada sang putra. Kopyah itu pun juga dipasangkan langsung kepada KH. Saifouridzall dengan kedua tangannya sendiri.

Almarhum KH. Mohammad Hasan Saiful Islam bercerita dalam satu kesempatan, bahwa Kiai Hasan Sepuh setiap harinya tidak pernah berhenti berdzikir. Bahkan di dalam tidur, beliau berdzikir lafad Laa Ilaaha Ilallah dalam setiap tarikan nafasnya.

Kiai Saiful Islam bertutur, Kiai Hasan Saifouridzall beberapa kali berkisah bahwa meski Kiai Hasan Sepuh sudah dinyatakan wafat, namun jari telunjuk beliau tidak berhenti bergerak untuk berdzikir kepada Allah Subhaanahu Wata'ala.

Pada malam Kamis, pukul 23.30 tanggal 11 Syawal tahun 1374 Hijriyah, bersamaan dengan tanggal 01 Juni  1955 Masehi, Kiai Hasan Sepuh berpulang ke Rahmatullah.

Kabar menyebar cepat mengikuti arah angin. Masyarakat berbondong-bondong menuju Genggong. Ribuan kaum muslim tumpah ruah dari segenap penjuru arah di wilayah sekitar Genggong.

Saat-saat yang paling mengharukan pun tiba. Ketika Habib Sholeh Al-Muhdlar membacakan Talqin Mayit di dekat telinga jenazah KH Hasan Sepuh Genggong yang membujur miring ke arah kiblat. Air mata kesedihan dan rasa haru tak terbendung lagi oleh semua yang hadir waktu itu. Habib Sholeh sendiri pun menangis tersedu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Muhammad Iqbal
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES