Ritual Yadnya Kasada Bromo Tengger Disambut Kabut Tebal

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Puncak ritual Yadnya Kasada suku Tengger Bromo Kabupaten Probolinggo, disambut dengan suhu dingin dan kabut tebal, Senin (5/6/2023). Meski demikin pelaksanaan ibadah umat Hindu Tengger di Pura Luhur Poten itu berjalan lancar.
Kabut tebal mulai turun sekitar pukul 01.00 WIB. Kabut itu tak hanya merebak di area pemukiman saja. Melainkan juga di hamparan lautan pasir Gunung Bromo.
Advertisement
Ketebalan kabut tersebut membuat jarak pandang hanya bisa sejauh 10 meter. Namun, bagi pengendara motor dan mobil yang melintasi lautan pasir menuju Pura Luhut Poten, hanya memiliki jarak pandang 5 sekitar 5 meter.
Suasana di lautan pasir yang diselimuti kabut tebal. (FOTO: Abdul Jalil/TIMES Indonesia)
Sehingga pengendara harus lebih berhati-hati dan menurunkan kecepatan saat melawan kabut di sepanjang perjalanan. Jika tidak mereka akan mudah tersesat. Sebab di lautan pasir sangat minim lampu penerangan.
Kabut tebal itu tak hanya ada di lautan pasir saja. Kabut itu juga melanda di Pura Luhut Poten. Ketebalan kabut itu membuat suhu dingin di sekitar lokasi semakin menyengat dan menggigil.
Suhu di sekitar Pura pada saat pelaksanaan ritual Kasada itu mencapai 12 derajat celcius. Tak sedikit pengunjung dan undangam yang datang ke loksi merasa kedinginan. Namun bagi warga suku Tengger sendiri, suhu dingin itu mampu membuat mereka mengigil.
"Kalau dinginnya memang sedikit lebih dingin sekarang ini. Tapi kabutnya ini baru kali ini tebal sekali. Kasada tahun sebelumnya tak setebal ini kabutnya," kata Andi, salah satu warga Tengger.
Dibandingkan dengan pelaksanaan ritual Kasada 2022, kata Andi, kabutnya tak setebal tahun ini. Ia menyebut, kabut tebal saat ini merupakan fenoma alam yang tak biasa.
"Sekarang ini lebih tebal kabutnya dibandingkan sebelumnya. Kabutnya juga cukup lama. Biasanya nggak lama sudah hilang," ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan Rohmah. Kata dia, Kasada kali ini bertepatan pada musim kemarau. Berbeda dengan tahun sebelumnya, berada di musik hujan. Suhu dingin di musim kemarau lebih menyengat di musim kemarau.
"Anginnya itu yang buat dingin. Kalau hujan kan tidak ada angin. Jadi tidak terlalu dingin. Kalau saya merasa dingin juga meski warga sini," jelas dia.
Sebelumnya, kawasan kaldera Bromo membeku. Lautan pasir mendadak berubah bagai hamparan salju. Fenomena itu dilaporkan berlangsung mulai Selasa (30/5/2023) kemarin. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |