Bunker Peninggalan Kolonial Belanda di Majalengka, Saksi Bisu Menuju Kemerdekaan

TIMESINDONESIA, MAJALENGKA – Sudut-sudut kelam sejarah tersembunyi di balik bangunan bunker Belanda di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, telah membangkitkan kembali memori yang terkubur dari masa lalu.
Salah satu peninggalan zaman kolonial itu yang masih berdiri tegak dan bisa dijumpai di wilayah Kelurahan Tonjong, tepatnya di belakang area markas Kodim 0617/Majalengka.
Advertisement
Dalam jejak sejarah yang dirunut oleh pegiat sejarah dari Grup Madjalengka Baheula (Grumala), Nana Rohmana, telah terkuak fakta menarik tentang bangunan ini.
Bunker yang tersembunyi di balik kebun rimbun itu ternyata adalah bagian tak terpisahkan dari infrastruktur markas besar tentara Belanda pada masa lalu.
"Pada tahun 1923, markas besar itu berdiri kokoh di tanah ini, dengan segala fasilitas termasuk barak-barak, ruang khusus perwira dan yang paling menarik yaitu bunker pantau ini," ungkap Nana Rohmana kepada TIMES Indonesia, Kamis (10/8/2023).
Penduduk setempat merujuk pada bunker ini sebagai "Goa Jepang bagian belakang." Misteri dalam sebutan tersebut turut mengundang rasa ingin tahu dan mempertanyakan mengapa peninggalan Belanda ini dikaitkan dengan Jepang.
Fakta menarik di balik penamaan ini mungkin menjadi kunci memahami sejarah kelam di balik tembok tebal bunker tersebut.
Namun, menurut Nana Rohmana, bunker ini bukan hanya sekadar pos pantau semata. Celah-celah rahasia di dindingnya mengisyaratkan adanya pintu-pintu yang mungkin dulu digunakan sebagai ruang tahanan.
Lebih spesifik lagi, bangunan ini kemungkinan berfungsi sebagai penjara isolasi bagi para pembangkang Belanda. Ruangannya yang terbatas dan ventilasi yang minim, membuatnya menjadi tempat mencekam bagi yang terkurung di dalamnya.
Bangunan ini seakan membawa melintasi lorong waktu menuju masa di mana kenyamanan dan hak asasi manusia mungkin bukanlah prioritas. Daya tampung yang terbatas, orang-orang terkurung di dalamnya harus berbagi ruang sempit dengan kegelapan yang menyelimuti.
Celah kecil berjeruji yang menyembul terlihat di permukaan menjadi satu-satunya jendela dunia luar, memberikan sedikit sinar dan ventilasi yang amat terbatas.
Pria yang kerap disapa Naro itu menegaskan, bahwa bangunan ini masih asli, tanpa pernah mengalami revitalisasi. Tembok-temboknya terbuat dari bahan bangunan orisinalnya, kerikil-kerikil yang terikat dengan semen cor ala Belanda.
"Ini menyiratkan potret nyata dari sebuah era yang telah usai, di mana kekuasaan dan keterasingan tampaknya menjadi senjata utama pemerintah kolonial," ujarnya.
Imaginasi membayangkan suasana yang begitu mengenaskan bagi siapapun yang terkurung dalam bunker tersebut. Saat hujan deras turun, keadaan akan menjadi lebih buruk lagi. Orang yang berada di dalamnya pasti akan terendam.
Menyingkap lapisan-lapisan cerita di balik bunker ini, Naro menuturkan, bahwa kisah dibalik bangunan peninggalan kolonial belanda tersebut mengingatkan akan pentingnya mengenang sejarah.
Bunker Belanda yang ada di Kabupaten Majalengka bukan sekadar bangunan batu, tapi juga mengandung jutaan kenangan yang menyiratkan kerasnya perjalanan menuju kemerdekaan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |