Peristiwa Daerah

Sedekah Bumi dan Larung Sembonyo, Tradisi Masyarakat Pantai Sidem Tulungagung

Kamis, 10 Agustus 2023 - 20:10 | 84.85k
Prosesi ritual upacara adat sedekah bumi dan larung sembonyo di Pantai Sidem, Tulungagung. (Foto: Beny S/TIMES Indonesia)
Prosesi ritual upacara adat sedekah bumi dan larung sembonyo di Pantai Sidem, Tulungagung. (Foto: Beny S/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TULUNGAGUNG – Masyarakat pesisir Pantai Sidem, Dukuh Sidem, Dusun Popoh, Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, menggelar tradisi sedekah bumi dan larung sembonyo, Kamis (10/8/2023). Upacara adat yang diikuti ratusan warga ini, digelar sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rejeki hasil pertanian dan hasil laut.

Menurut seorang tokoh masyarakat Dukuh Sidem, Sumarianto, kegiatan sedekah bumi dan larung sembonyo kali ini digelar lebih meriah dari sebelum-sebelumnya. Biasanya setiap bulan Suro dalam kalender Jawa, masyarakat Dukuh Sidem hanya menggelar tradisi selamatan di lingkungan RT masing-masing. Namun kali ini untuk pertama kalinya, tradisi wujud syukur tersebut dijadikan satu dan dikemas lebih menarik sehingga menjadi lebih meriah.

Advertisement

"Acara ini dilakukan oleh masyarakat untuk menyatukan, merukunkan seluruh masyarakat dan mensyukuri nikmat dari Allah SWT terkait hasil bumi dan juga hasil laut," kata Sumarianto, Kamis (10/8/2023).

Sumarianto yang juga merupakan perangkat Desa Besole mengatakan, jumlah warga Dukuh Sidem saat ini sebanyak 1.325 jiwa dari 350 KK. Masyarakat Dukuh Sidem rata-rata bermata pencaharian sebagai petani, nelayan, dan juga mencari penghidupan dari sektor wisata dengan membuka warung di kawasan pantai. 

"Jadi acara sedekah bumi dan larung sembonyo kali ini digelar sedemikian rupa, sehingga selain untuk menjalankan tradisi juga untuk meningkatkan daya tarik wisata yang ada di Pantai Sidem," tutur Sumarianto.

Upacara adat sedekah bumi dan larung sembonyo masyarakat pesisir Pantai Sidem ini diawali dengan acara selamatan dan doa bersama yang dipimpin sesepuh adat setempat. Setelah itu warga dan juga pengunjung bersama-sama menyantap ambeng berupa nasi dengan lauk lodho ayam.

Selesai makan bersama acara dilanjutkan dengan mengarak tumpeng raksasa yang terdiri dari hasil pertanian berupa sayur mayur, buah-buahan. Tumpeng hasil bumi tersebut diarak keliling kampung sambil diikuti oleh ratusan warga mulai dari anak-anak hingga orang dewasa serta rombongan kesenian reog ponorogo.

Setelah itu menyusul turut diarak jodang atau tandu kotak panjang berisi aneka sesaji diantaranya kembar mayang, nasi berkat dan ingkung ayam lodho, jenang merah putih serta kembang setaman. Tumpeng hasil bumi dan jodang berisi sesaji tersebut kemudian diarak ke pantai.

Setelah arak-arakan dianggap selesai, tumpeng raksasa yang terdiri dari sayur mayur dan buah-buahan kemudian menjadi rebutan warga dan pengunjung.

"Sebagai wujud syukur masyarakat atas hasil panen, jadi sebagian hasil pertanian tersebut disedekahkan," ujar Sumarianto.

Sementara itu, jodang berisi sesajen terus dibawa ke pantai untuk dilarung ke laut. Sebelum dibawa masuk ke air empat sesepuh adat setempat lebih dahulu berdoa di tepi pantai menghadap ke laut. Selanjutnya jodang berisi sesajen diusung sejumlah pemuda masuk ke air dan ditarik perahu nelayan ke tengah laut.

Dilarungnya sesajen ke laut tersebut sebagai ungkapan syukur dan terimakasih atas limpahan hasil laut. Sesajen dilarung sebagai simbolis untuk memberi makan ikan-ikan dilaut, karena selama ini laut juga telah memberi makan masyarakat nelayan Pantai Sidem.

"Dengan dilakukannya acara sedekah bumi dan larung sembonyo ini diharapkan agar lingkungan laut maupun darat semua bisa aman, nyaman dan damai," pungkas Sumarianto.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES