Tangis Midun Pecah, 11 Hari Kayuh Sepeda Akhirnya Tak Boleh Masuk GBK

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Miftahuddin Ramil alias Pak Midun (53) akhirnya sampai di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Senin (14/8/2023).
Lokasi tersebut merupakan tujuan akhir dari Pak Midun dalam menyelesaikan misi mulai, yakni memperjuangkan keadilan dan merawat ingatan tentang Tragedi Stadion Kanjuruhan 1 Oktober 2022.
Advertisement
Namun, tangisnya siang itu pecah tepat didepan gerbang masuk Stadion GBK. Sebab, setelah 11 hari mengayuh sepeda beserta kerandanya, Pak Midun tak bisa masuk ke dalam Stadion GBK.
Sempat bernegosiasi beberapa kali, namun kehendaknya pun tak dapat dituruti. Sejumlah petugas keamanan pun berjaga dan menutup rapat-rapat gerbang masuk Stadion GBK.
Ia sempat diperbolehkan masuk, namun hanya dirinya saja, tidak dengan sepeda yang dibawa. Pak Midun pun tak mau, karena yang dituju adalah apa yang ia bawa, bukan dirinya.
Pak Midun saat kembali mengayuh sepeda usai tak diperbolehkan masuk ke Stadion GBK. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
"Ini pusatnya untuk olahraga ya, saya sudah sampai sini, ternyata mereka tidak memperbolehkan saya untuk masuk," ujar Pak Midun, Senin (14/8/2023).
Air matanya terus mengalir membanjiri pipinya. Tatkala sebuah penyesalan terpendam dimana misi mulia ini tak bisa selesai 100 persen.
Sejumlah orang yang mendampinginya pun hanya bisa memeluk dan menepuk pundak Pak Midun saat sujud di sebelah sepedanya tepat di depan Stadion GBK.
"Pintu ini kuat, gak bisa di masuki, gak seperti pintu stadion lainnya," katanya.
"Kalau saya suruh masuk sendiri ngapain, yang penting itu ya sepedanya," sambungnya.
Perlu diketahui, Pak Midun ASN Dinas Pariwisata Kota Batu ini berjalan menyusuri jalur Pantura mulai dari Stadion Kanjuruhan 11 hari lalu.
Dalam perjalanannya untuk menolak lupa peristiwa yang telah menewaskan 135 jiwa tersebut, Pak Midun mendapatkan pengawalan dari para suporter di setiap daerah yang ia kunjungi.
Mulai dari Sidoarjo, Surabaya, Cirebon, Indramayu hingga Bulungan, seluruh suporter gabungan tanpa sekat mengawal perjalanan Pak Midun secara estafet.
Selain membawa misi menolak lupa Tragedi Kanjuruhan, setiap perjalanan Pak Midun juga bertujuan untuk menyebarkan perdamaian kepada seluruh suporter.
"Saya menjalin silaturahmi, menyebar salam damai ke suporter setiap daerah. Alhamdulilah pengawalan mereka seperti gak ada sekat menyambut saya," ungkapnya.
Dengan gagalnya Pak Midun masuk ke area Stadion GBK sebagai pemberhentian terakhir, ia tak mau menyalahkan para petugas keamanan.
Menurut Pak Midun, dilarangnya ia masuk ke area Stadion GBK bukan merupakan kehendak dari petugas keamanan.
"Saya pikir itu bukan kehendak mereka sendiri, saya yakin. Bukan kehendak petugas yang ada disitu," tegasnya.
Dengan ini, Pak Midun pun memohon maaf kepada seluruh suporter, keluarga korban Kanjuruhan dan juga Arek-Arek Malang tak bisa sampai di titik finish, yakni area dalam Stadion GBK.
"Saya minta maaf kepada semuanya dan maturnuwun (terima kasih) kepada semuanya, keluarga korban, arek-arek Malang, suporter seluruh Indonesia yang sudah mendoakan saya. Yang penting saya sudah menjalankan nazar saya, meski hanya sampai depan gerbang saja," tuturnya.
Kini, Pak Midun pun memutuskan kembali ke Bulungan, dimana tempat peristirahatan terakhirnya untuk mengatur bagaimana langkah kedepan setelah tak diperbolehkan masuk ke GBK.
"Saya bukan siapa-siapa, saya gak punya apa-apa. Yang hebat mereka, kalian semua yang mendoakan saya kuat sampai sini," tandasnya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sholihin Nur |