Kisah Golok Ciomas dari Banten, Dari Bahan Baku Besi Murni Hingga Batu Meteor

TIMESINDONESIA, SERANG – Golok Ciomas merupakan senjata tradisional tertua di masa Kesultanan Banten yakni pada masa kepimpinan Sultan Maulana Yusuf, putra dari Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Dalam catatan sejarah pada arsip dan manuskrip serta tradisi lisan. Perbedaan Golok Ciomas dengan golok pada umumnya yang ada di Banten yaitu terlihat dari bahan baku yang digunakan yakni menggunakan batu murni serta tambahan batu meteor.
Advertisement
Proses pembuatan senjata kuno zaman dulu seperti keris untuk di Jawa, pedang di Cina, samurai di Jepang. Semuanya diketahui mengandung bahan baku meteor. Begitu pun Golok Ciomas yang sudah tercatat dalam Warisan Budaya Tak Benda atau WBTB di Kemendikbud RI.
Sejarawan Banten, Abah Yadi memaparkan, penggunaan bahan batu meteor yang terkandung dalam Golok Ciomas itu digabungkan dengan besi murni yang sudah ditempa kemudian diselipkan seperti membentuk corak sidik jari sehingga terlihat warna kuning keemasan pada Golok Ciomas.
"Dari abad ke 7 penggunaan batu meteor untuk senjata sudah ada, tapi kalau di ciomas sendiri batu meteor digunakan untuk Golok Ciomas tidak ada dokumen yang menjelaskan tapi tradisi itu ada untuk proses pengumpulan batu meteor," kata Abah Yadi, Rabu (23/8/2023).
Abah Yadi menuturkan, dalam tradisi masyarakat Banten batu meteor tersebut diambil pada saat memasuki bulan Rabiulawal tepatnya di malam hari 12 Rabiulawal. Masyarakat memperoleh batu meteor itu dari salah satu kampung di Gunung Sumbul di wilayah Citaman.
Kemudian batu meteor tersebut diolah dari segumpalan batu besar lalu dilakukan proses pembakaran hingga membentuk seperti cincin, barulah dibagikan di berbagai Golok Ciomas.
Menurut Abah Yadi, kalau untuk gagang dan sarung sama seperti golok yang lainnya tetapi memang ada motif khas yang lebih menonjol pada Golok Ciomas yaitu godamnya atau palunya.
"Sehingga setiap bulan maulid khususnya tanggal 12 Rabiulawal itu ada proses pengawinan ulang dari golok itu dengan godam nya untuk membangun silaturahmi para pemilik Golok Ciomas yang dimanapun berada ini harus ikut dalam rutinitas setiap bulan maulid untuk proses pengawinan itu," paparnya.
Selain itu, kata Abah Yadi, perbedaan Golok Ciomas dengan golok lainnya ada pada ritus yang dilakukan setiap memasuki bulan Rabiulawal. Dalam catatan manuskrip kuno Golok Ciomas diawali sejak masa Kesultanan Maulana Yusuf putra dari Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Dalam cerita rakyat yang berkembang di masyarakat ciomas, bahwasanya Golok Ciomas dibuat sejak zaman Maulana Yusuf ketika terjadinya penyerangan kerajaan Sunda. Tempat bersejarah terjadinya penyerangan itu yakni Gunung Pulosari, Pandeglang.
Pada saat itu, dikarenakan gunung Pulosari lokasinya berdekatan dengan lereng Gunung Karang oleh sebab itu dijadikanlah tempat pembuatan golok atau pandai Golok Ciomas di wilayah Gunung Sumbul yang juga berdekatan lokasinya dengan Gunung Karang.
Daerah tersebut dipercaya masyarakat memiliki kandungan zat dalam tanahnya sehingga memiliki rahasia tertentu pada Golok Ciomas yang tidak diungkap ke publik oleh para pemiliknya karena hampir setiap pandai itu memiliki rahasia sendiri.
"Setiap empu memiliki rahasianya sendiri untuk proses pembuatannya. Nah, tapi secara histori Golok Ciomas karena ada tradisi yang kental, ada ritualnya, sehingga Golok Ciomas ini diyakini dimulai sejak masa Kesultanan Banten," kata Abah Yadi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sholihin Nur |