Mengenal Lebih Dekat Sosok Kajari Bondowoso Puji Triasmoro

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Saat masuk di ruang kerjanya, Kepala Kejaksaan Negeri Bondowoso tampak sibuk membaca berkas-berkas yang masuk. Buku tebal persis berada di depannya.
Kajari Bondowoso bernama Puji Triasmoro S.H., M.H itu mempersilahkan kami duduk. Beberapa saat kemudian kita memulai obrolan santai.
Advertisement
Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah ini menceritakan perjalanan hidup dan karirnya begitu santai layaknya bercerita pada sahabat. Sehingga suasana sangat cair apalagi dibumbui sedikit gurauan.
Puji Triasmoro lahir pada 10 Juni 1966, 57 tahun lalu. Dia besar di sebuah kelurahan bernama Tegalharjo Kecamatan Jebres, Surakarta.
Kecamatan tempat dia lahir ternyata berdekatan dengan Kecamatan Banjarsari, tempat tinggal Presiden Jokowi di Solo.
Latar Pendidikan
Seperti tidak ingin jauh dari tempat kelahirannya. Masa pendidikan TK hingga sarjana semuanya ditempuh di Solo.
"Dari TK SD SMP SMA dan kuliah itu saya di Solo terus," cerita Kajari kepada TIMES Indonesia.
Dia mulai mengenyam pendidikan formal di sebuah TK di Solo dan melanjutkan ke salah satu sekolah dasar di sana.
Setelah lulus SD dia melanjutkan ke SMP Negeri 4 Solo. Setelah itu melanjutkan di SMA Negeri 2 Solo.
Setelah lulus SMA dia kemudian menempuh kuliah di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Sejak saat itulah dia mulai memilih hukum.
Setelah bersaing dengan sejumlah calon mahasiswa, akhirnya dia diterima di UNS dan mengambil fakultas hukum. "Kalau dulu diterima kuliah itu seperti dapat undian," kata dia.
Tidak seperti saat ini yang semuanya serba digital. Dulu hasil tes penerimaan mahasiswa diumumkan lewat koran.
Di hari pengumuman itulah, pagi-pagi sekali dia mencari koran untuk melihat hasil tes. Akhirnya dia mendapati salah satu halaman koran yang memuat pengumuman tersebut.
Dia mencari nama 'Puji Triasmoro' yang tidak lain adalah dirinya. Satu demi satu dia baca nama-nama dalam pengumuman itu dan akhirnya dia menemukan namanya tercantum.
"Nama saya tercantum di situ. Saya dipeluk ibu saya," dia mengenang masa menegangkan kala itu.
Selama menjalani masa kuliah sejak Tahun 1985 hingga lulus, dia tekun mempelajari ilmu hukum.
Bahkan dia juga masih meluangkan waktu mengurus bisnis penggemukan sapi dan sudah memiliki dua pekerja. Saat itu dia memiliki 30 ekor sapi. Hasil usaha itu dia buat untuk biaya kuliah.
Bisnis dan pendidikan pun berjalan hingga akhirnya dia lulus pada Tahun 1991. Lulus kuliah, dia terus mengembangkan bisnis.
Bahkan bisnis berkembang ke jual beli mobil dan jual beli tanah. Dia kerap sekali mendatangkan mobil dari Jakarta dan dijual di Solo.
"Dulu tidak harus showroom, iklankan di koran dan kebetulan saya banyak teman. Paling lama dua Minggu sudah laku," jelas dia.
Dari bisnis mobil ini, dia bisa meraup untung Rp 3 juta hingga Rp 4 juta. "Dulu untung segitu sudah sangat besar," ungkap dia.
Awal Karier
Seiring berjalannya waktu, bisnisnya mulai mengalami penurunan. Tetapi tetap dia tekuni. Hingga akhirnya pada Tahun 1994 dia mencoba melamar menjadi PNS.
Dia melamar di Bangdes di Departemen Dalam Negeri dan Kejaksaan. Setelah melalui tes akhirnya dia lulus di dua instansi tersebut.
Tetapi dia memilih di Kejaksaan karena berkas dan formulir untuk Kejaksaan sudah lebih siap. "Kalau ngisi lagi satunya, malah bisa batal dua-duanya," imbuh dia.
Setelah melalui proses melelahkan. Akhirnya dia ditempatkan pertama kali di Kejaksaan Negeri Salatiga. Kemudian dijadikan Kepala Subseksi Ekonomi dan Keuangan di Intel Kejaksaan Salatiga antara 1997 hingga 1998.
Kemudian pada tahun 1999 mengikuti pendidikan jaksa dan Februari Tahun 2000 dilantik jadi jaksa.
Setelah itu, dia bertugas lagi di Salatiga tetapi hanya sebentar. "Hanya hitungan bulan saat itu," kata dia.
Kemudian dia dipercaya sebagai Kasubsi Produksi Sarana Intelijen Kejaksaan Negeri Maumere NTT selama setahun. Kemudian dipromosikan jadi Kasi Pidum di sana hingga tahun 2004.
Pada Mei 2004, dia dimutasi ke Sukoharjo menjadi Kasi Pidsus. Di sana cukup lama sekitar tujuh tahun atau hingga akhir 2010.
Selanjutnya awal 2011 dimutasi sebagai Kepala Seksi Penuntutan Umum Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat sekitar enam bulanan.
"Saat itu saya ikut tes Satgas Intel Kejaksaan Agung dan akhirnya diterima. Saya selama dua setengah tahun sebagai Satgas Intel," imbuh dia.
Kemudian awal 2014 pihaknya dipromosikan jadi Kabag Tata Usaha selama dua tahun di Kejaksaan Tinggi Kalimantan Tengah.
Setelah itu, awal 2016 dia menjadi Kepala Kejaksaan Negeri pertama di Kejaksaan Negeri Lingga Kepulauan Riau selama dua tahun atau hingga 2018.
Kemudian dipromosikan lagi menjadi Kajari di Grobogan Jawa Tengah mulai 2018 hingga 2019 atau sekitar 1,5 tahun.
Setelah itu, dia dipromosikan jadi Asisten Intelijen Kejaksaan Tinggi Gorontalo sekitar setahun dua bulan.
Kemudian awal 2020 terjadi bencana Covid-19, sehingga segala aktivitas agak terganggu karena PPKM.
"Termasuk tidak bisa pulang. Bahkan sempat dinyatakan positif tapi tidak ada kendala dan karantina mandiri di rumah dinas," kata dia.
Kemudian awal 2021 dia dipercaya sebagai Kepala Sub Direktorat Eksekusi dan Eksaminasi di Pidum Kejaksaan Agung.
Di sana dia banyak menyidangkan perkara besar, seperti kasusnya Habib Rizieq dan Jumhur Hidayat. "Satu tahun saya bertugas sebagai Kasubdit," imbuh dia.
Kemudian Maret Tahun 2022 diamanahi sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Bondowoso. "Sudah hampir satu setengah tahun saya bertugas di Bondowoso," terang Kajari.
Di Bondowoso terdapat beberapa kasus korupsi dengan nilai kerugian miliaran rupiah ditangani dengan baik oleh Kajari. Seperti korupsi bantuan KUBE dengan tersangka utama eks kepala dinas sosial, penyalahgunaan bantuan traktor dan beberapa kasus lainnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |