Peristiwa Daerah

Kisah Kebudayaan Pacitan yang Terungkap dari Batu Kapak Genggam Berusia Ribuan Tahun

Kamis, 31 Agustus 2023 - 13:50 | 329.54k
Peninggalan Prasejarah Kebudayaan Pacitanian berupa serpihan batu mirip kapak genggam dan ujung tombak yang masih tersimpan saat ini. (FOTO: Prokopim for TIMES Indonesia)
Peninggalan Prasejarah Kebudayaan Pacitanian berupa serpihan batu mirip kapak genggam dan ujung tombak yang masih tersimpan saat ini. (FOTO: Prokopim for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PACITAN – Keunikan kebudayaan Pacitan semakin terungkap melalui penemuan alat-alat batu berupa kapak genggam yang memiliki nilai sejarah dan arkeologis yang luar biasa. 

Ciri khas kebudayaan ini diperkuat dengan kemunculan alat-alat batu berbentuk kapak tanpa tangkai, yang mengungkapkan pemahaman mendalam tentang teknologi dan kehidupan masa lalu.

Advertisement

batu-mirip-kapak-2.jpgSungai Baksooka di Desa/Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan saksi bisu peradaban prasejarah. (FOTO: Prokopim for TIMES Indonesia) 

Penemuan ini mengacu pada alat-alat batu kapak genggam yang pertama kali ditemukan oleh Von Koenigswald di tepian Sungai Baksoko, yang terletak di Desa Punung, Kecamatan Punung.

Pada saat itu, penemuan ini memicu antusiasme besar dalam dunia arkeologi karena membuka jendela baru untuk memahami bagaimana manusia prasejarah mengolah alat-alat dari bahan batu.

Asal Usul Budaya Pacitanian

Salah satu situs paleolitik terpenting di Indonesia adalah situs Kali Baksoka. Penemuan situs ini berawal pada waktu Koenigswald dan M.W.F. Tweedie pada tahun 1935 mengadakan kunjungan ke wilayah Gunung Sewu untuk mencari sumber bahan baku artefak litik Sangiran yang ditemukan satu tahun sebelumnya. 

Von Koenigswald berpendapat bahwa asal dari batuan bahan alat di Sangiran harus dicari di wilayah Gunung Sewu yang merupakan hulu dari Bengawan Solo. 

Dalam kunjungan tersebut, secara kebetulan, ditemukan himpunan besar alat-alat paleolitik di dasar Kali Baksoka. Sejak saat itu, untuk membedakan dengan budaya paleolitik lainnya, alat-alat dari Kali Baksoka disebutnya budaya Pacitanian. 

Alat-alat batu ini menjadi ciri utama dari kebudayaan Pacitan. Kapak genggam tanpa tangkai ini membantu para ilmuwan dalam memahami kemampuan teknologi manusia pra sejarah dalam mengolah batu menjadi alat-alat yang memiliki fungsi penting dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut para ahli, keberadaan alat-alat ini mencerminkan kreativitas manusia purba dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitarnya.

Misteri yang Terus Digali

Meskipun telah berlalu bertahun-tahun sejak penemuan ini pertama kali diungkapkan, nilai penemuan ini tidak pernah surut. Para arkeolog dan sejarawan masih terus mempelajari alat-alat batu ini untuk mengungkap rahasia kehidupan sosial, ekonomi, dan teknologi masa lalu.

Temuan ini menjadi salah satu knowledge asset berharga yang menghubungkan kita dengan akar budaya nenek moyang di Pacitan.

Seiring dengan perkembangan teknologi modern, penemuan ini juga menjadi pengingat akan perjalanan panjang manusia dalam mengembangkan teknologi dari masa ke masa.

Sebuah cerminan tentang bagaimana peradaban manusia telah berkembang dari alat-alat sederhana hingga teknologi canggih yang kita nikmati saat ini. Penemuan alat-alat batu kapak genggam di Pacitan memberikan pandangan yang menarik tentang sejarah manusia purba di wilayah ini.

Melalui upaya pemahaman yang terus berlanjut, para ahli berharap dapat mengungkap lebih banyak rahasia yang tersembunyi di balik alat-alat sederhana namun monumental ini, serta menghormati warisan nenek moyang kita yang telah membentuk perjalanan panjang peradaban manusia.

Kebudayaan Pacitan memiliki akar sejarah yang kaya dan beragam. Selain alat-alat batu, mereka juga dikenal dalam bidang seni ukir batu dan arca batu yang memperlihatkan tingkat keahlian yang luar biasa.

Kebudayaan Pacitan memiliki pengaruh dari berbagai peradaban dan masa, yang menciptakan identitas unik dalam arkeologi Indonesia.

Pendapat Pakar

Pemerhati Budaya Pacitan, Djohan Perwiranto mengungkapkan, awalnya, manusia pra sejarah mengembangkan teknologi yang berasal dari bebatuan. Bebatuan yang ditemukan di alam digunakan oleh untuk membantu mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari. Perkembangan teknologi bebatuan ini berlangsung sangat panjang. 

"Hal ini jugalah yang membuat para ahli membangi kebudayaan zaman batu menjadi tiga zaman, yaitu Paleolitikum, Mesolitikum, dan Neolitikum," katanya, Kamis (31/8/2023). 

Menurut Djohan, Budaya Pacitan sangat lekat kaitannya dengan manusia pra sejarah. Sedangkan, kalau Budaya Pacitanian itu merujuk kepada sebuah alat kapak genggam yang di pakai manusia purba. 

"Budayanya di Pacitan dengan sebutan Pacitanian, orangnya ditemukan di Trinil, Ngawi dan Sangiran," terangnya kepada TIMES Indonesia. 

Sejarah Peralatan Manusia Purba

Teknologi sederhana ini mulai berkembang pada Zaman Paleolitikum yang berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Pada periode ini, alat yang berasal dari batu dan tulang tersebut masih sangat sederhana dan kasar.

Peralatan tersebutlah yang membantu manusia purba dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebab pada masa itu, manusia purba masih hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan atau food gathering.

Hasil kebudayaan dari manusia purba pada masa ini terbagi menjadi dua, yaitu kebudayaan Ngandong dan Pacitan. Sementara, hasil kebudayaan dari Kebudayaan Pacitan berupa kapak perimbang, kapak genggam, dan alat serpih.

Ketika memasuki Zaman Mesolitikum, Manusia purba tinggal di dua tempat, yaitu di pantai dan gua. Nah, dari tempat tinggal manusia purba di tepi pantai, ditemukan kapak genggam yang berbeda dari Zaman Paleolitikum.

Sementara di gua, ditemukan teknologi bebatuan berupa alat serpih, ujung panah, serta peralatan dari tulang dan tanduk rusa.

"Bangkai beliung ada di situs Ngrijangan, bengkel mata panah ada di Situs Blawong, Desa MantrenItu secara internasional sudah diakui. Dan akhirnya Pacitan punya sebutan Ibu Kota Prasejarah," pungkas Budayawan Pacitan, Djohan Perwiranto. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES