Peristiwa Daerah

Malang Fashion Week Bahas Trend 2024 - 2025, Mulai Heritage, Fusion hingga Genderless

Sabtu, 09 September 2023 - 15:23 | 488.74k
Seminar Trend Forecasting 2024/2025 yang menjadi rangkaian acara Malang Fashion Week di Matos. (FOTO: Aisyah Ramadhani/TIMES Indonesia) 
Seminar Trend Forecasting 2024/2025 yang menjadi rangkaian acara Malang Fashion Week di Matos. (FOTO: Aisyah Ramadhani/TIMES Indonesia) 
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANGMalang Fashion Week, kembali digelar di Malang Town Square mulai Jumat (8/9/2023) Acara ini dihadiri oleh banyak desainer, mulai dari pemula hingga profesional. 

Acara ini tidak hanya menampilkan fashion show para model, tetapi juga terdapat kurasi produk UMKM dan seminar yang mengusung tema “Trend Forecasting 2024/2025”. Pengisi materi dalam seminar ini adalah Dr. Agus Sunandar, S.Pd., M.Sn,  dosen seni tata busana Universitas Negeri Malang.

Advertisement

Agus memberi gambaran kepada desainer pemula tren mode di masa mendatang. 

Tema trend forecast atau ramalan tren tahun 2024/2025 yang dirilis oleh asosiasi dan kerja sama dengan kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif adalah “Resilient”.

Agus menjelaskan, pemilihan tema terinspirasi dari pengaruh perkembangan teknologi yang sangat cepat, serta perkembangan dan pembangunan smart city yang menyebar semakin cepat dan merata. Sementara itu, kemiskinan karena resesi sebagai dampak pandemi juga semakin merajalela. Oleh karena itu, tema mode ini dipilih untuk menyatukan dua hal yang berbeda atau bahkan bertolak belakang.

Selain tema “Resilient”, ada empat subtema besar dalam tren mode di tahun 2024/2025 yaitu heritage, fusion, new spirit, dan cyberchic. "Heritage bersumber dari budaya dan tradisi Indonesia sehingga gaya fesyen ini akan ada sepanjang tahun," ucapnya.

Pesatnya arus informasi dalam dunia maya tidak menggoyahkan kelompok heritage untuk menegakkan keluhuran nilai-nilai filosofis yang sudah dianut secara turun temurun. Dalam subtema heritage terdapat dua subtema minor yaitu gaya aristocracy dan reminiscence. Gaya ini memiliki arti klasik tapi elegan. Pembuatan gaya ini adalah dengan mengurangi detail dan kemewahan pada mode klasik supaya terlihat lebih elegan.

Subtema kedua adalah fusion yang artinya percampuran atau akulturasi. Gaya fesyen ini tercipta karena mudahnya koneksi dalam dunia maya sehingga melahirkan gagasan-gagasan baru, meskipun terkadang 'nyeleneh' dan keluar dari aturan. Basis dalam fesyen ini adalah konsep komunal dan saling berbagi. Dalam subtema kedua ini terdapat subtema kecil, yaitu symbiotic dan borderless. Borderless adalah percampuran antara budaya barat dengan budaya timur, gaya busana smart dan casual, serta bisa dipakai cowok dan cewek (genderless).

"Hal ini terjadi karena adanya internet mengaburkan batasan dari berbagai penjuru dunia. Maka dari itu, dalam fesyen ini tidak ada batasan budaya," lanjutnya.

Subtema selanjutnya adalah new spirit artinya semangat baru. Informasi yang sudah menjadi keseharian ada saatnya bisa menyebabkan jenuh dan penat. Hal tersebut memicu kelompok new spirit untuk mengalihkan hidup dan mencari konsep kenyamanan yang baru seperti healing, mendekatkan diri kepada alam, dan menerapkan konsep hidup sehat. Dalam subtema ini terdapat gaya soulful dan athleisure. 

Subtema terakhir adalah cyberchic. Kelompok ini adalah generasi yang terlahir dalam era teknologi dan informasi sehingga keduanya sudah menjadi keseharian mereka. Cyberchic terbagi menjadi dua subtema kecil yaitu ergo tech (ergonomi dan teknologi) dan avant tech. Karya avant tech lebih menonjolkan teknologi dalam fesyen.

"Contohnya bahan yang anti bakteri, bahan yang bisa berubah warna, atau bahan yang bisa menyala," kata Agus. Itu semua bisa tercipta dengan adanya teknologi yang semakin canggih.

Di masa mendatang, pakaian sizeless (oversize) dan gender neutral (genderless) juga semakin marak karena dua tren tersebut dapat mengurangi kapasitas produksi dari fesyen. Selain itu, tren tersebut juga bisa menghemat pengeluaran di bidang fesyen karena satu pakaian bisa dipakai oleh banyak orang. “Contohnya blazer bisa dipakai oleh cewek maupun cowok,” kata Agus yang juga seorang desainer. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES