Peristiwa Daerah

Panjebar Semangat Berusia 90 Tahun, Eksis Melanjutkan Semangat Kemajuan

Senin, 11 September 2023 - 17:42 | 120.40k
Anak-anak peserta kirab budaya membaca Majalah Panjebar Semangat, Senin (11/9/2023). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Anak-anak peserta kirab budaya membaca Majalah Panjebar Semangat, Senin (11/9/2023). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYAPanjebar Semangat menapaki usia ke-90 tahun. Sejumlah komunitas budaya dan seniman turut merayakan dan memaknai kelahiran majalah legendaris tersebut.

Mereka melakukan kirab berpayung kain putih dari Kantor Panjebar Semangat, Jalan Bubutan menuju Makam Dr Soetomo di Gedung Nasional Indonesia (GNI). 

Advertisement

Ziarah di makam pahlawan nasional sekaligus pendiri Panjebar Semangat ini berlangsung takzim. Lagu Padamu Negeri berkumandang. Aroma wangi bunga menyebar.

Rombongan budayawan, seniman, siswa-siswi kemudian menuju Pendopo GNI. Mereka duduk melingkar menandai permulaan acara.

Pimpinan Redaksi Majalah Panjebar Semangat, Kukuh merasa senang dan terharu sebab peringatan ini mendapatkan dukungan luar biasa dari para pegiat budaya. Karena ada juga orasi kebudayaan dan pertunjukan ludruk 'Kepaten Obor' di GNI.

Lokasi ini adalah saksi bisu sejarah. Tempat Dr Soetomo membidani kelahiran Panjebar Semangat pada 2 September 1933 dan masih eksis memberikan literasi budaya hingga detik ini - sampai menjadi persemayaman terakhir beliau. 

"Sembilan puluh tahun menjadi cambuk bagi pengelola Panjebar Semangat meskipun tidak mudah agar terus terbit sampai usia satu abad, kalau bisa seterusnya," ungkap Kukuh membuka acara sederhana namun penuh makna ini, Senin (11/9/2023).

Panjebar Semangat bukan sekadar majalah berbahasa Jawa biasa. Namun juga menyisipkan nilai-nilai sejarah. Sebagaimana kisah pada awal pemberontakan kapal pemerintah Hindia Belanda di Aceh. 

Hindia Belanda menahan semua laju pemberitaan media. Akan tetapi Panjebar Semangat nekad memberitakan dan dibredel. 

Bukan sekali. Pada saat Jepang datang, majalah ini juga pernah dibredel. Mesin percetakan dirampas dan pengelola diasingkan. Namun pengelola tetap menerbitkan secara diam-diam.

Pada 1949. Panjebar Semangat terbit kembali secara terbuka tanpa absen sampai 2023. Tetap menggunakan Bahasa Jawa Ngoko Alus.

"Saya kira ini perjalanan yang amat panjang jatuh bangunnya juga berat dan kami harap tetap eksis," harapnya.

Kukuh juga berpesan kepada para siswa agar tetap mencintai Bahasa Jawa agar tidak tercerabut dari akar budayanya.

Sementara Dosen FISIP Universitas Airlangga Joko Susanto pada momen senada memberikan orasi kebudayaan bertema Kebudayaan untuk Kemajuan Indonesia. Ia mengatakan Panjebar Semangat adalah majalah tertua kedua di Indonesia.

"Majalah ini sejak lahir telah menyebarkan semangat. Hari ini kita menjadi saksi sejarah 90 tahun lamanya hampir tanpa jeda. Kalaupun ada jeda karena majalah ini sempat dibredel oleh Jepang karena saking takutnya," ungkap Joko.

Panjebar-Semangat-2.jpgPemimpin Umum Panjebar Semangat Arkandi Sari meluncurkan buku Menunggangi Waktu Bersama Panjebar Semangat tepat di HUT ke-90 tahun majalah legendaris tersebut, Senin (11/9/2023). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

Semangat yang disebarkan oleh Panjebar Semangat adalah semangat perjuangan. Namun bukan satu-satunya. Majalah ini didirikan jauh sebelum kemerdekaan. Pada saat itu bicara kemerdekaan dilarang. Namun semangat kemajuan.

"Karena itulah pertemuan hari ini diberikan judul refleksi tentang kemajuan dan kebudayaan," jelasnya.

Majalah Panjebar Semangat ditulis dalam Bahasa Jawa. Banyak yang berpikir, Panjebar Semangat hanya mengusung romantisme masa lalu. Padahal lebih daripada itu. Kehadiran Panjebar Semangat bagian dari upaya mewujudkan kemajuan.

Joko mengungkap kisah pada tahun 1930-an, dalam sejarah tentang polemik kebudayaan. Tahun itu terjadi perdebatan tentang kebudayaan. Salah satunya antara Sutan Takdir Alisjahbana dan Dr Soetomo.

Perdebatan kedua tokoh ini berpusat pada pesantren. Karena Sutan Takdir Alisjahbana pendukung pendidikan yang modern.

Sementara Dr Soetomo ingin melengkapi pesantren dengan pendidikan budi pekerti, akhlak dan karakter sebagai pendidikan pesantren. Dalam kaca mata Dr Soetomo, kemajuan kemudian tidak harus meninggalkan akar.

"Saya yakin dan percaya ketika beliau memprakarsai Panjebar Semangat, semangat yang sama ada dalam majalah ini," tutur Joko.

Kemajuan adalah cincin azimat. Mantra penting dalam tiap janji politik. Kemajuan sangat sulit ditolak karena perubahan tanpa kemajuan hanya akan menjadi coba-coba. Keberlanjutan tanpa kemajuan hanya akan menjadi kemandulan.

Namun sayang pada UU No 5 Tahun 2017 - tak ada satupun kata kemajuan dalam Undang-undang Kemajuan Kebudayaan. 

"Hari ini kita memperingati 90 tahun kemajuan, 90 tahun Panjebar Semangat dan saya percaya kemajuan ini akan menjadi kemajuan yang lebih menyeluruh dan lebih utuh," ungkap Joko.

Menjaga Panji-panji Panjebar Semangat 

Bertepatan hari istimewanya, Panjebar Semangat meluncurkan buku sejarah : Menunggangi Waktu Bersama Panjebar Semangat.

Buku tersebut menceritakan suka duka sang pemilik ketika memegang tongkat panji-panji Panjebar Semangat dari generasi ke generasi. Penulis buku adalah pemilik Panjebar Semangat sendiri yaitu Arkandi Sari. 

Ibu Arkandi Sari adalah cucu mantu Muhammad Ali yang dipasrahi mengelola Panjebar Semangat oleh Dr Soetomo. 

Beliau masuk sebagai generasi ketiga sebagai pemimpin redaksi/pemimpin umum. Arkandi menggambarkan oplah Panjebar Semangat pada zaman keemasan. Di mana menembus 66 ribu eksemplar.

Panjebar-Semangat-3.jpgKantor Panjebar Semangat di Jalan Gedung Nasional Indonesia Surabaya, Senin (11/9/2023). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

"Namun perlahan menurun seiring waktu. Pesan kakek, mati urip majalah Iki kudu ana sing tuku," ujar Ibu Arka.

Artinya, hidup atau mati majalah ini harus ada yang membeli. Arka memegang amanah itu baik-baik sebagai azimat. Ia pantang putus asa. Meskipun jatuh bangun menghadapi tantangan zaman.

Seperti pada masa reformasi 1997-1998 Panjebar Semangat sempat terbit separuh halaman untuk mengurangi biaya produksi. 

Panjebar Semangat bahkan tak satupun memiliki iklan. Akan tetapi mampu bertahan dengan kekuatan loyalitas keluarga besar Panjebar Semangat. 

Meski sempat terbang ke Suriname dibantu kedutaan mulai 2017-2020. Kemudian berhenti karena tak ada lagi bantuan ongkos kirim karena pergantian kebijakan.

Kisah lain terjadi saat pandemi. Pembayaran agen seret. Sedangkan mesin percetakan harus tetap berjalan. Cover hard berganti menjadi HVS. Arkandi bersyukur tak ada yang komplain. Di mana harga berlangganan per bulan Rp40.000. 

"Kita bersama-sama menjaga agar tetap eksis sampai kapanpun," terangnya.

Arkandi Sari yang terjun langsung sebagai pengelola pada 2009 telah berupaya meregenerasi pembaca dengan meluncurkan e-Magazine dan memainkan Instagram sebagai sarana sosialisasi.

"Kita berusaha menyesuaikan dengan kondisi sekarang," ungkap Arkandi.

Cara lain adalah mengadakan event-event di sekolahan sehingga siswa mengenal Panjebar Semangat. Memang sebuah pekerjaan rumah yang berat.

"Kita abaikan hasilnya bagaimana yang penting kita harus bekerja sama dan bekerja keras untuk menerbitkan majalah ini," tandasnya.

Untuk menarik minat anak-anak, Panjebar Semangat juga menerbitkan sisipan dan Narayana dengan gambar lucu-lucu.

"Saya berharap Panjebar Semangat tetap hidup sampai kapanpun. Pemerintah memberikan perhatian, setidaknya kebijakan setiap sekolah wajib berlangganan satu saja. Kalau pemerintah nggak cawe-cawe kita sulit," kata Arkandi.

Ibu Arkandi menuturkan, pelanggan Panjebar Semangat paling banyak pensiunan. Ia khawatir belum tentu digantikan generasi berikutnya. 

Pertahankan Arsitektur 

Memasuki Kantor Panjebar Semangat, serasa memasuki museum. Kantor ini berdiri pada 1970. Ada mesin-mesin usang. 

Mesin plat nama pelanggan, mesin hitung. Keseluruhan berbahan besi tua namun masih mampu berfungsi dengan baik.

Arsitektur lama juga tetap dipertahankan. Lantai kuno, plafon tinggi, jendela-jendela besar dan lega.

Panjebar Semangat memiliki mesin cetak sendiri sejak tahun 1969 dan masih digunakan sampai sekarang. Terletak di bangunan seberang kantor di Jalan Gedung Nasional Indonesia. 

Arkandi mengatakan, menjaga keaslian bangunan ini sebagaimana menjaga Panjebar Semangat tetap abadi di hati para pembaca. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES