Geliat Peternak Kambing PE Ngawi, Naikkan Kelas Lewat Kontes

TIMESINDONESIA, NGAWI – Beternak kambing saat ini bukan lagi pekerjaan orang-orang tua. Banyak kaum muda yang mulai merintis usaha khas pedesaan ini. Seperti misalnya geliat peternak kambing PE Ngawi, yang telah mencuri hati para kaum muda.
Di Kabupaten Ngawi, ternak kambing peranakan etawa atau kambing PE memang bukan hal yang baru. Tetapi menjadi menarik, ketika anak-anak muda mulai melirik wirausaha ini. Tentu dengan beragam inovasi dan kreasi khas pemuda.
Advertisement
Ari Nurahman, salah satu pelopor peternak kambing PE Ngawi di Desa Pandansari, Sine, menyatakan, geliat memiara hewan pemamah biak oleh kaum muda mulai dirasakan sekira 3-4 tahun yang lalu. Dari yang sekadar hanya beternak, beralih menuju seni dan hobi yang bernilai tinggi.
“Dulu pola pikir peternak kambing masih, yang penting miara, besar, dan bisa beranak,” kata Ari kepada TIMES Indonesia, pada Senin (11/9/2023).
Greget kaum muda beternak kambing PE mulai dirasakan pasca adanya kontes kambing rutin digelar di desa setempat. Banyak para pemuda, kemudian mulai mengadu keberuntungan dengan beternak kambing PE.
Menurut Ari, banyak kaula muda desa setempat beternak kambing PE karena tergiur dengan potensinya. Bagaimana tidak, kambing PE dikenal memiliki harga jual yang jomplang ketimbang kambing jenis lokal. Walhasil, saat ini ada puluhan orang yang beternak kambing PE di Desa Pandansari.
Ari Nurahman, salah satu pelopor ternak kambing PE di Desa Pandansari, Sine. (Foto: Ari for TIMES Indonesia)
“Piara sedikit tetapi harganya banyak,” kata Ari sambil terkekeh.
Ari sendiri sudah memiara kambing PE semenjak 2014 silam. Pemuda sekitar mengikuti jejak Ari ketika pandemi covid-19 lalu. Saat itu, banyak tetangganya yang terpaksa pulang kampung gegara corona. Lantas meniru Ari beternak kambing PE.
Nilai ekonomi kambing PE terbilang bagus daripada jenis lokal. Kambing ini, memiliki postur tubuh yang tinggi, dengan ciri telinga yang menjuntai dan berkepala hitam. Oleh karenanya harga jual juga lebih mahal. Berkisar Rp3 jutaan hingga puluhan juta rupiah setiap ekornya.
Saat ini, Ari dan puluhan peternak kambing PE memiliki wadah semacam komunitas. Skena itu, diberi nama Peternak Kambing Lereng Lawu. Terdata ada puluhan anggota dari berbagai desa di lereng Gunung Lawu yang menjadi anggota.
“Sekarang jadi sentra kambing PE. Di kalangan peternak kambing, kalau mau cari kambing PE pasti diarahkan ke sini,” kata Ari.
Untuk menjaga ritme pasar kambing PE, kalangan peternak rutin menggelar kontes. Seperti kontes yang digelar baru-baru ini. Menggandeng Karang Taruna Ngawi, Ari beserta rekan sesama peternak menyelenggarakan kontes Mepe Bareng peternak kambing lereng Lawu.
Kontes tersebut diikuti ratusan peternak lokal dan dari berbagai daerah. Ada yang dari Karanganyar, Blora, Sragen, dan Magetan.
Ari menerangkan, kontes ini membuka tiga kelas yang dilombakan. Yakni kelas cempe, jemoko, dan dewasa. Adapun kategori penilaian meliputi kebersihan, pola warna, struktur perawakan kambing, dan lain sebagainya.
Giat kontes kambing PE di Ngawi menjadi ajang belajar peternak dan branding potensi peternakan di Ngawi. (Foto: Tohar for TIMES Indonesia)
“Kambing PE yang dilombakan bervariasi harganya. Ada yang jutaan rupiah, sampai yang termahal Rp60 juta,” kata Ari.
Melalui kontes itu, Ari bersama peternak kambing PE Ngawi punya misi, sebagai ajang belajar para pembudidaya. Dengan harapan, peternak kambing PE Ngawi bisa lebih maju, dan setara dengan daerah-daerah penghasil utama kambing jenis ini.
“Harapan kami peternak kambing PE di Ngawi bisa maju. Maju dari segi pemeliharaan, kualitas, dan penjualannya,” kata Ari Nurahman.
Terpisah, Zainul Thohar dari Karang Taruna Ngawi membeberkan, adanya kontes Mepe Bareng tersebut diharapkan bisa mengenalkan potensi peternakan di Kabupaten Ngawi. Sekaligus, mampu meningkatkan sisi ekonomi kambing PE Ngawi.
“Tujuannya untuk mengenalkan potensi kambing di Ngawi. Kemudian bisa meningkatkan nilai ekonomis ternak kambing PE warga Kabupaten Ngawi,” papar Zainul Thohar. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |