Upaya Mempertahankan Tradisi, Perajin Batik Banyuwangi Belajar Adaptasi

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Teknologi digital yang berkembang pesat telah memicu perubahan besar dalam dunia perdagangan, dan perajin batik tradisional Banyuwangi bukan pengecualian. Firman Sauqi, seorang perajin batik di Perumahan Permata Giri, Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi, telah mencoba menyesuaikan diri dengan era digital untuk memasarkan produk batik ciptaannya.
Di tengah berita mengenai penutupan platform media sosial dan e-commerce, seperti Tik Tok dan kampanye agar platform besar seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dan lainnya ditutup, Firman memilih pendekatan yang berbeda. Dia berusaha memahami cara memasarkan produk batiknya secara lebih luas, di luar wilayah Banyuwangi.
Advertisement
Firman, seorang perajin yang mengakui bahwa dia awam dalam hal teknologi dan tidak mahir dengan perkembangan digital.
"Saya sempat merasa kesulitan dalam memasarkan produk batik saya karena saya adalah generasi 'gaptek' yang kesulitan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman," katanya, Rabu (11/10/2023).
Namun, setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh dinas setempat, Firman menyadari betapa pentingnya peran teknologi digital dalam dunia bisnis. Ia belajar bagaimana beradaptasi dengan era digital.
Untuk mengatasi tantangan ini, Firman memutuskan untuk merekrut pemuda yang lebih paham dan terbiasa dengan ilmu pemasaran digital. Saat ini, produk batik karyanya dipasarkan melalui platform-platform seperti Instagram, Facebook, dan E Commerce.
"Untuk mencapai target pasar, kita harus mengikuti tren saat ini," urainya.
Dia juga mengajak para pelaku bisnis, terutama di bidang batik, untuk beralih dari strategi pemasaran konvensional ke ranah digital.
Batik Godho adalah hasil karya orisinal Firman. Dengan dasar sebagai seorang pelukis, ia telah menggeluti bisnis batik Banyuwangi sejak tahun 2010.
Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan (Diskop UMP) Banyuwangi memberikan berbagai pendampingan dan pelatihan kepada para pedagang yang mungkin kurang akrab dengan teknologi digital. Dengan harapan dapat meningkatkan daya saing mereka dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Banyuwangi.
"Pendampingan meliputi berbagai arahan, seperti memberikan panduan tentang cara memperbantukan anak atau saudara dalam promosi melalui platform digital," kata Kepala Diskop UMP Banyuwangi, Nanin Oktaviantie.
Dengan adanya perubahan ini, para perajin batik tradisional seperti Firman Sauqi menunjukkan bahwa mereka dapat beradaptasi dengan perubahan zaman dan tetap relevan dalam bisnis mereka. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Rizal Dani |