Peristiwa Daerah

Arkeolog UM Ungkap Perlunya Transformasi Budaya Majapahit Agar Relevan dengan Kekinian

Selasa, 24 Oktober 2023 - 11:08 | 55.47k
Dwi Cahyono, Arkeolog UM dalam diskusi persiapan Jelang HUT Majapahit ke-730 di Padepokan Bima Sakti, Pacet, Kabupaten Mojokerto, Senin malam (23/10/2023) (Foto: Theo/TIMES Indonesia)
Dwi Cahyono, Arkeolog UM dalam diskusi persiapan Jelang HUT Majapahit ke-730 di Padepokan Bima Sakti, Pacet, Kabupaten Mojokerto, Senin malam (23/10/2023) (Foto: Theo/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Arkeolog Universitas Negeri Malang (UM), M. Dwi Cahyono mengungkapkan budaya itu ditempatkan dalam konteks waktu. Terdapat sebutan Tri Kala (masa lampau, masa kini, masa mendatang). Selain itu Budaya Majapahit mesti bertransformasi untuk mampu relevan dengan era kekinian. Hal itu diungkapkannya dalam Diskusi Jelang peringatan HUT ke-730 Majapahit di Padepokan Bima Sakti, Pacet, Kabupaten Mojokerto, Senin malam (23/10/2023). 

“Masa lampau ini yang ditinggalkan kepada kita dalam bentuk peninggalan, cultural heritage itu warisan budaya atau natural heritage. Atau bisa campuran dari keduanya yang biasa kita sebut saujana,” ungkapnya. 

Advertisement

Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto ini merupakan saujana. Terdapat warisan-warisan alam dari gunung-gunung purba. Di dalamnya juga terdapat warisan-warisan budaya yang bertahan hingga saat ini. 

“Majapahit yang merupakan satu peristiwa sejarah, peristiwa sosial-sejarah ini adalah warisan masa lampau. Ini menjadi cultural heritage mestinya ditangani dengan 3 ikhtiar yang berkolerasi,” jelasnya. 

Pertama adalah eksplorasi. Dwi Cahyono berpendapat bahwa eksplorasi budaya majapahit belum selesai. Diantaranya adalah unsur mikro dari majapahit. “Perlunya eksplorasi mengenai khasanah budaya majapahit dalam berbagai bentuk, berbagai fungsi,” jelasnya.

Kedua adalah konservasi. Khasanah budaya Majapahit yang telah ditemukan, seyogjanya untuk dilakukan pelestarian. “Ketiga adalah pendayagunaan. Dimana khasanah budaya majapahit didayagunakan agar punya nilai guna,” jelasnya.

“Budaya Majapahit adalah sumber budaya masa lalu sebagai sumberdaya yang didayagunakan agar bernilai guna. Ketiga hal ini yang saya sebut sebagai three in one agar secara simultan terus dilakukan,” ujarnya.

Budaya Majapahit Harus Relevan dengan Era Kekinian

Dwi Cahyono juga menyebutkan pentingnya konteks budaya majapahit yang relevan dengan era kekinian. Dwi Cahyono berpandangan untuk bisa relevan dengan era kekinian, budaya Majapahit mesti bertansformasi dan berkontekstualisasi. Sehingga budaya masa lampau yang kuno dapat memiliki nilai guna di masa sekarang. 

Dwi Cahyono mencotohkan Wayang Beber dalam bentuk lembaran yang merupakan seni pertunjukan SMAN 1 Pacet, Kabupaten Mojokerto. Uniknya, pertunjukan wayang beber yang disajikan dalam bentuk lembaran itu sempat dipertunjukkan di Candi Kesimantengah, Pacet, Kabupaten Mojokerto kala pandemi covid-19. 

“Contohnya Guru SMAN 1 Pacet, Arif. Dia mengembangkan Wayang Beber yang dilakukan dengan live streaming. Sebenarnya inspirasi awal dari Wayang Beber ini adalah relief candi. Jadi pahatan dimensional pada pahatan dinding candi, dengan wahana batu atau dinding candi,” terangnya.

“Lalu kemudian dialihwahanakan dari pahatan pada bata atau batu ke lembaran kain atau kertas. Inilah yang dinamakan bertransformasi. Kemudian adanya digitalisasi menggunakan wahana-wahana visual dengan perangkat gadget. Hal ini bisa dialihwahanakan lagi dari manual yang beralih ke digital,” lanjutnya. 

Menurutnya hal ini menjadi bentuk transformasi disertai dengan alih wahana. Kemudian kontekstual dengan perkembangan di masing-masing massa. Hal tersebut berkenaan dalam satu aspek seni rupa. 

“Selain itu, saya sudah menjelaskan mengenai alat musik masa lalu yang terpahat di relief-relief candi. Hal ini bukan tidak mungkin kita transformasikan ke era kekinian. Contohnya kami membuat pesona Borobudur. Dimana dari relief candi kita hadirkan seni pertunjukan," tegasnya mencontohkan. 
Dwi Cahyono berpandangan bahwa selain dalam seni rupa, relief juga dapat diwujudkan dalam bentuk seni pertunjukan. Alat musik dalam relief candi itu ditampilkan dalam pertunjukan. Sound of Borobudur contohnya. 

"Itu merupakan bentuk transformasi. Itu bagaimana alat musik hadir di relief candi itu kemudian kita hadirkan real, kita beri suatu pertunjukan dan tidak menjadi satu milenium yang lalu, namun bisa kita hadirkan di masa sekarang,” ujarnya. 

“Jadi sudah seharusnya kita bermain dulu-kini, yang dulu kita kinikan. Yang kini, kita telusuri akarnya ke lampau. Karena ada ikhtiar untuk merunutnya ke masa lampau. Jadi, ini (sumber budaya majapahit red) tidak bisa kita biarkan menjadi fosil di masa lalu,” ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES