Peristiwa Daerah

Museum Trinil Ngawi Minim Sarana Pendukung

Kamis, 02 November 2023 - 17:15 | 66.17k
Ikon museum Trinil Ngawi di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi. (Foto: Kemendikbud.go.id)
Ikon museum Trinil Ngawi di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi. (Foto: Kemendikbud.go.id)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, NGAWIMuseum Trinil Ngawi masih menjadi primadona bagi pecinta sejarah purbakala. Tempat yang menyimpan ragam fosil purba tersebut tetap ramai pengunjung, meski masih minim sarana pendukung.

Pemerintah Kabupaten Ngawi melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mulai serius menggarap museum purbakala Trinil. Sejumlah agenda disiapkan, diantaranya inventarisasi koleksi fosil purba di museum Trinil Ngawi, hingga pengembangan fasilitas pendukung yang masih minim.

Advertisement

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Nurwahyudi menyatakan museum Trinil di Ngawi masih banyak dikunjungi. Dia mengatakan, minat pengunjung satu-satunya museum purbakala di Kabupaten Ngawi tersebut terbilang tinggi.

Para pengunjung, kata dia, tidak hanya berasal dari masyarakat lokal, tetapi juga peminat dari luar daerah. Museum Trinil Ngawi menjadi salah satu tempat berwisata sekaligus belajar sejarah yang masih eksis hingga sekarang.

museum-Trinil-2.jpgKabid Kebudayaan Nurwahyudi saat memberikan keterangan. (Foto: Miftakul/TIMES Indonesia)

"Tingkat kunjungan Museum Trinil sudah melampaui dari target yang ditetapkan pemerintah daerah. Pengunjung tidak hanya warga lokal. Tetapi juga berasal dari luar Ngawi," kata Nurwahyudi, pada Kamis (2/11/2023).

Nurwahyudi mengakui, di museum Trinil Ngawi masih kekurangan fasilitas pendukung sebagai tempat wisata edukasi. Seperti halnya spot foto, taman yang representatif dan lainnya.

Di samping itu, pihaknya juga mendorong agar museum Trinil Ngawi juga dilengkapi fasilitas bumi perkemahan. Itu dilakukan untuk mendukung kegiatan pramuka yang rutin berkegiatan di museum Trinil Ngawi.

"Masih banyak yang perlu dikembangkan di museum Trinil Ngawi. Misalnya spot foto, tempat istirahat pengunjung, bumper. Mudah-mudahan nanti ada anggarannya," harap Nurwahyudi.

Nurwahyudi menyebut, sejumlah koleksi fosil hewan purba akan diajukan sebagai benda cagar budaya. Seperti yang disampaikan, koleksi fosil museum Trinil Ngawi selalu bertambah, seiring penemuan-penemuan kerangka purba.

"Hampir setiap tahun selalu ada penambahan koleksi fosil. Baik yang ditemukan warga atau hasil riset," kata Nurwahyudi.

Fosil yang akan diajukan sebagai benda cagar budaya diantaranya kerangka hewan-hewan purba. Seperti gading gajah, kerangka kerbau atau banteng, rusa dan lain sebagainya. Fosil itu diperkirakan berusia ribuan tahun.

Nurwahyudi mengatakan, beberapa waktu lalu museum Trinil Ngawi juga bekerjasama dengan BRIN dan Museum Leiden Belanda. Pokok kerjasamanya, berupa penelitian terhadap kehidupan di masa prasejarah manusia purba. Lokasi penelitian di Dumplengan, Pitu.

"Penelitian itu untuk melihat bagaimana kehidupan manusia purba di masa lalu," kata Nurwahyudi.

Sekilas Musem Trinil Ngawi

Museum Trinil Ngawi berada di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar. Museum ini menyimpan fosil purbakala yang ditemukan di situs Trinil oleh peneliti manusia purba asal Belanda, Eugene Dubois pada tahun 1891 silam.

Di situs Trinil, Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba yang disebut Pithecanthropus Erectus atau manusia kera berjalan tegak.

Situs Trinil disebut sebagai situs manusia purba terpenting di Pulau Jawa. Hal itu berkaitan dengan temuan fosil Pithecanthropus Erectus yang menjadi bukti tentang evolusi manusia purba dan banyak dibicarakan oleh para paleontolog, geolog dan arkeolog.

Pembangunan Museum Trinil Ngawi tidak lepas dari peran sosok Wirodiharjo, warga setempat yang menasbihkan hidup untuk mengumpulkan fosil-fosil yang dia temukan di tepian sungai Bengawan Solo. Pada tahun 1980 an Pemkab Ngawi mulai membangun museum untuk menampung fosil temuan Wirodiharjo, hingga menjadi museum Trinil Ngawi hingga sekarang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES