Temuan Tugu Kuno di Kediri, Diduga Peninggalan Abad ke-13

TIMESINDONESIA, KEDIRI – Sebuah objek diduga cagar budaya (ODCB) dengan bentuk mirip tugu, ditemukan di Desa Kayunan, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri. ODCB itu pertama kali ditemukan pekan lalu tersebut, tertimbun tanah dan dalam kondisi bentuk yang cukup utuh.
Temuan tersebut, menurut Kepala Bidang (Kabid) Sejarah dan Purbakala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Eko Priyatno memiliki makna penting untuk menambah informasi terkait keberadaan kerajaan Kadiri dalam sejarah Indonesia. Di tugu kuno tersebut, terenkripsi angka tahun 1123 saka dalam aksara Jawa kuno.
Advertisement
"Bahwa ( di Kediri) terdapat sebuah kerajaan besar dengan bukti tertulis salah satunya enkripsi di dalam tugu tersebut, " ungkapnya, Selasa (16/01/2023).
Eko menambahkan pihaknya telah meminta pemerintah desa setempat untuk sementara mengamankan keberadaan tugu kuno tersebut, sambil menanti kajian lanjutan dari Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur.
Tim dari BPK wilayah XI Jawa Timur sendiri telah melakukan penelitian dan survey awal terkait temuan tugu kuno tersebut. Hal itu dilakukan pada Selasa (15/01/2023).
Ahli Epigrafi BPK Wilayah Xl Jawa Timur Ismail Lutfi menuturkan dari survey di titik tersebut, pihaknya menemukan setidaknya dua hal utama yang menjadi perhatian. Yang pertama, struktur mirip tugu dengan aksara Jawa kuno tertera di salah satu bagian tugu tersebut. Tugu kuno tersebut diduga berasal dari awal abad ke-13.
Aksara kuno berbentuk angka 1123 tersebut diduga kuat berarti tahun 1123 saka. Merujuk pada catatan sejarah, kurun waktu tersebut adalah masa pemerintahan raja terakhir Kerajaan Panjalu atau Kadiri yakni Kertajaya.
Nantinya diperlukan kajian lebih mendalam untuk memahami, makna atau peristiwa yang melatarbelakangi pendirian tugu tersebut di masa lampau. Enkripsi yang tertulis di tugu kuno tersebut menurutnya terdiri dari enam bagian yakni pembuka, empat angka (1123) dan penutup. Dimana bagian pembuka dan penutup disebutnya memiliki arti filosofi tersendiri, bukan sekedar lingkaran hiasan.
"Sementara kita beri nama tugu, sambil kita cari referensi lebih lanjut apakah tugu atau ada sebutan yang lebih cocok lagi. Akan kita teliti peristiwa besar apa yang membuat masyarakat zaman itu, membuat benda ini dan juga tahunnya. Kita akan coba cari tahu lagi," jelasnya.
Survey awal yang dilakukan oleh BPK wilayah XI Jawa Timur dilakukan melihat data temuan di lapangan, baik dalam bentuk besar maupun kecil. Termasuk struktur lapisan tanah, tempat ODCB tadi terkubur untuk melihat pada lapisan budaya mana tugu kuno tadi dan proses apa saja yang dialaminya.
Hal kedua yang turut jadi perhatian adalah adanya susunan batu bata kuno yang berada di samping temuan tugu kuno tadi. Selain itu juga terdapat sejumlah fragmen artefak dengan ornamen.
"Di balai desa juga kita melihat sejumlah temuan, yang meskipun tidak berasal dari titik ini tapi berasal dari wilayah sekitar sini," pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |