Peristiwa Daerah

Masjid Jamik di Kota Probolinggo Dijual Rp 2 Miliar, Warga Dilarang Salat

Senin, 22 Januari 2024 - 17:37 | 839.08k
Masjid Jamik di Mayangan, Kota Probolinggo dijual, warga dilarang beraktifitas di masjid. (Foto: Rizky Putra Dinasti/TIMES Indonesia)
Masjid Jamik di Mayangan, Kota Probolinggo dijual, warga dilarang beraktifitas di masjid. (Foto: Rizky Putra Dinasti/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGOMasjid Jamik Masjidunal Khairat di Kelurahan/Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur, dijual ahli waris pemilik tanah. Masjid tersebut dijual dengan harga Rp 2 Miliar oleh Nanik (60), salah satu keturunan pemilik tanah atas nama Almarhum Achmad Hasjim.

Hingga Senin (22/1/2024) siang, warga masih dilarang melakukan aktivitas di masjid tersebut.

Advertisement

Ali (33), warga sekitar, membenarkan hal tersebut. Menurutnya, pihak ahli waris mengaku bahwa masjid tersebut masih milik keluarganya. 

Sehingga, warga sekitar dilarang beraktivitas di masjid tersebut. Bahkan, jika hendak menggunakan masjid, warga diminta untuk membelinya dengan harga Rp 2 miliar.

"Infonya dulu sudah diwakafkan, sehingga dibangunlah masjid. Tapi, akhir-akhir ini pihak keluarga mengklaim milik pribadi. Sehingga, jika warga ingin menggunakannya, maka harus membayar (membeli) sebesar Rp 2 miliar," kata seorang pria yang ditemui di sekitar masjid.

Hal senada juga diungkapkan Sumiati (55). Menurutnya, jika memang ia memiliki uang sebanyak itu, maka masjid tersebut akan dibelinya.

"Mon engkok endi pesse, ebeliah masjid jiah, le (Jika saya punya uang, saya beli masjid itu, mas)," kata Ati dengan Bahasa Madura.

Sayangnya, saat wartawan TIMES Indonesia mendatangi kediaman Nanik, yang berada tepat di belakang masjid, yang bersangkutan tidak ada.

Meskipun menurut warga ia ada di dalam rumah, namun saat diketuk beberapa kali tidak ada seorang pun yang keluar dari dalam rumah tersebut.

Lurah Mayangan, Iwan Affandi, saat ditemui di Kantor Kelurahan mengatakan, polemik masjid tersebut sudah berlangsung lama. 

Pihak kelurahan bersama dengan Babinsa, Babinkamtibmas, Satpol PP Kecamatan Mayangan, serta pihak Camat Mayangan telah empat kali melakukan mediasi. 

Namun, ternyata persoalannya masih sama. Dan berdasarkan informasi terbaru, pada Kamis (18/1/2024), kembali terjadi cekcok.

Akibatnya, sudah hampir sepekan ini tidak ada aktivitas di masjid tersebut, baik adzan, salat lima waktu, maupun salat Jumat.

"Takmirnya yang juga ketua RT setempat juga sudah muak, dihina terus. Akhirnya, jengkel dan tidak mau ngurus masjid itu lagi," ujar Iwan.

Padahal, lanjut Iwan, sesuai salinan data yang dipegang kelurahan, pihak pemilik tanah sudah mewakafkan tanahnya untuk dibangun masjid pada tahun 1991. Dan hal itu dibuktikan dengan surat akta wakaf.

"Jika yang bersangkutan menerangkan tidak benar diwakafkan (salinan surat itu palsu), silakan digugat di pengadilan," tambah Iwan.

Namun, menurut Iwan, pada dasarnya persoalan itu muncul sebagai akibat dari kisah Aris (28).

Aris merupakan keponakan Bu Nanik yang sejak kecil mengalami gangguan keterbelakangan mental dan diasuh olehnya.

"Orang tua Aris ini meninggal. Aris adalah anak kelima dari lima bersaudara. Kelima saudaranya sudah berkeluarga, ada yang tinggal di Malang," kata Iwan.

Suami Nanik pergi meninggalkan Nanik, sehingga Nanik yang tidak memiliki anak hanya tinggal berdua dengan Aris.

Lantaran mengalami keterbelakangan mental, Aris kerap buang air besar sembarangan, termasuk di dalam masjid dan di area tempat wudhu, bahkan sampai menghancurkan kaca masjid.

Atas hal tersebut, pengurus masjid pun sering memberikan nasihat kepada Nanik dan pihak keluarga lainnya. Sayangnya, Nanik tidak menerimanya.

"Bahkan ketika saya memanggil pihak keluarga pada tanggal 7 Januari karena keluhan warga, pihak keluarga tidak percaya bahwa Aris memecahkan kaca. Kemudian kakaknya yang di Malang hanya bilang mau ganti apa yang dirusak Aris," lanjut Iwan.

Pihak kelurahan sudah menyarankan agar yang bersangkutan dibawa untuk berobat, namun tampaknya kurang perhatian dari pihak keluarga. Sebab sejauh ini, belum ada tindakan penanganan. 

"Konflik ini karena Aris sering BAB di masjid sembarangan, dan saat ditegur, Nanik tidak terima. Sampai ada kata masjid itu milik keluarganya, jadi terserah jika Aris mau BAB di mana," kata Iwan, menjelaskan asal-usul konflik di masjid tersebut.   

Atas kejadian itu, untuk sementara waktu masjid memang masih belum difungsikan.

Sementara itu, warga sekitar bisa melaksanakan salat berjamaah di masjid lain atau di musala sekitar yang lokasinya juga cukup dekat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Muhammad Iqbal
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES