Peristiwa Daerah

Pergeseran Industri Percetakan, GPPE Surabaya Tampilkan Peralatan Pengemasan 

Rabu, 28 Februari 2024 - 18:16 | 49.60k
Herman Pratomo, pendiri Asosiasi Teknik Grafika dan Media Indonesia (ATGMI) saat sosialisasi pameran GPPE dengan pelaku industri percetakan di Surabaya, Rabu (28/2/2024). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Herman Pratomo, pendiri Asosiasi Teknik Grafika dan Media Indonesia (ATGMI) saat sosialisasi pameran GPPE dengan pelaku industri percetakan di Surabaya, Rabu (28/2/2024). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Potensi industri pengemasan masih sangat besar di tengah pertumbuhan berbagai sektor usaha antara lain makanan dan minuman. Namun, sejumlah pengusaha percetakan konvensional seperti penerbitan belum melirik potensi tersebut. 

Dari catatan asosiasi persatuan perusahaan grafika Indonesia, masih banyak percetakan besar di Surabaya yang belum bergeser dari percetakan penerbitan menjadi industri pengemasan.

Advertisement

Padahal, omzet order percetakan terus menurun. Hanya 30 persen pengusaha percetakan sudah mulai beralih mengambil kesempatan baru dengan memperbarui peralatan mereka.

"Jumlahnya yang belum beralih hampir 70 persen," kata Herman Pratomo, pendiri Asosiasi Teknik Grafika dan Media Indonesia (ATGMI) di Surabaya, Rabu (28/2/2024).

Sebagai langkah memfasilitasi para pengusaha percetakan, Herman dalam kesempatan ini juga mengumumkan sebuah pameran bernama Global Printing & Packaging Expo (GPPE).

Pameran tersebut akan hadir di Surabaya selama tiga hari berturut-turut. Mulai 12-14 Desember 2024 di Grand City Convex Surabaya.

Kegiatan akhir tahun ini sekaligus menjadi ajang bagi para pelaku usaha industri percetakan dan pengemasan lokal untuk bertemu kembali dengan produsen maupun distributor percetakan dan pengemasan secara langsung.

pameran-GPPE-2.jpgPress conference Global Printing & Packaging Expo (GPPE) Surabaya, Rabu (28/2/2024). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

Herman Pratomo mengatakan, GPPE merupakan pameran yang mengutamakan jaringan industri bidang percetakan dan kemasan. Terutama di Surabaya dan Jatim, jumlah industri ini sangat besar. Karena banyak pabrik skala besar maupun skala kecil.

Pameran ini mempertemukan pabrikan mesin dan pengguna atau industri. Lingkup sasaran lebih luas sehingga keberlangsungan industri dapat terjaga dengan baik. 

"Pameran ini tidak hanya menyasar pabrikan sebagai pengguna mesin, biasanya eksposure-nya pameran tidak pernah ada. Yang ada biasanya pameran mesin saja," kata Herman.

Senada, Pengurus ATGMI Clay Wala 
menambahkan, pameran ini adalah hub atau tempat bertemunya stakeholder dari bidang percetakan. Ada terobosan mesin, percetakan dan konsumen. Terlebih di tengah pertumbuhan UMKM makanan dan minuman yang meningkat.

Namun demikian, Clay berharap bisa turut mendongkrak pasar ekspor melalui standar SNI dari sisi pengemasan maupun kualitas produk UMKM.

"Saya menganggap ini kesempatan yang baik untuk konsumen pelaku produsen cetak karena sekarang ini ada pergeseran kebutuhan. Dulu percetakan hanya untuk penerbitan. Sekarang bergeser," katanya.

Pergeseran itu sangat nyata. Sebagaimana catatan asosiasi perusahaan grafika Indonesia di atas, ada sejumlah percetakan besar di Surabaya yang belum bergeser dari percetakan penerbitan menjadi industri pengemasan. Jumlahnya hampir 70 persen. 

Omzet order percetakan terus menurun. Hanya 30 persen pengusaha percetakan sudah mulai beralih mengambil kesempatan baru dengan memperbarui peralatan mereka. Padahal potensi percetakan kemasan sangat luar biasa. 

"Karena kriteria untuk kemasan memang sedikit lebih kritis," tandasnya.

Maka ia juga mengajak para pelaku usaha untuk terlibat maupun menghadiri GPPE Surabaya pada Desember mendatang. Karena GPPE mewadahi kebutuhan untuk mempromosikan produk di sektor printing. 

GPPE sendiri bukan kali pertama hadir. Namun merupakan kali pertama di Surabaya 
setelah kesuksesan perhelatan sebelumnya di Jakarta dan Semarang dengan lebih dari 100 peserta pameran dan 14.160 pengunjung yang potensial.

GPPE juga hadir di Surabaya untuk tahun 2024 ini. Kehadiran pameran GPPE 2024 di Surabaya ini akan menjadi puncak inovasi untuk mendukung industri percetakan dan pengemasan di Jawa Timur sehingga dapat
membangkitkan, memberikan inovasi, tren terkini dan menumbuhkan semangat lebih baru lagi bagi para pelaku usaha percetakan dan pengemasan Jawa Timur untuk berkembang pesat.

"Surabaya merupakan pusat industri printing dan packaging yang terbesar," katanya.

Selain menghadirkan berbagai produk dari brand ternama di Indonesia, GPPE Surabaya 2024 hadir juga dengan berbagai rangkaian acara menarik lainnya.

Seperti technical presentation yang menarik saat terselenggaranya pameran yang didukung secara langsung oleh ATGMI, asosiasi lainnya dan juga dengan para peserta pameran yang sudah lama berkecimpung di Industri percetakan dan pengemasan.

"Kami sangat senang menghadirkan pameran GPPE 2024 di Surabaya untuk terus kembali memberikan perubahan yang lebih besar untuk industri percetakan dan pengemasan Indonesia untuk lebih luas dengan menghadirkan dan mengundang seluruh kepentingan industri untuk bergabung dengan kami dalam perjalanan transformatif ini," ujar Sofianto
Widjaja, selaku General Manager dari PT. Pelita Promo Internusa, penyelenggara pameran GPPE.

Dengan berkembangnya industri ini, ia optimis akan banyak konsumen yang siap membeli dan meramaikan pameran guna meningkatkan industri percetakan dan pengemasan di Indonesia. 

Peluang pasar yang kondusif ini juga menarik investasi jangka panjang dan mendorong pertumbuhan bisnis bagi pendatang baru di industri ini yang mencari peluang pasokan dan penjualan baru. 

Pengunjung perdagangan akan merasakan platform perdagangan yang bermanfaat, berinteraksi dengan peserta pameran secara langsung selama tiga hari pameran GPPE yang akan diselenggarakan di Grand City Convention Center Surabaya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES