Peristiwa Daerah

Gempa Besar Laut Jawa Tak Berpotensi Hidupkan Sesar Purba 

Jumat, 22 Maret 2024 - 19:44 | 72.37k
Peta gempa bumi tektonik yang berpusat di perairan Laut Jawa pada Jumat (22/3/2024).(Dok.BMKG)
Peta gempa bumi tektonik yang berpusat di perairan Laut Jawa pada Jumat (22/3/2024).(Dok.BMKG)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYAGempa bumi tektonik berskala magnitudo M 6 hingga M 6,5 mengguncang Perairan Laut Jawa, Jumat (22/3/2024). Gempa susulan berlangsung berulang kali.

Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr Ir Amien Widodo MSi, memastikan rentetan gempa ini tak menghidupkan Sesar Kendeng.

Advertisement

"Tidak berpotensi," katanya saat dihubungi TIMES Indonesia.

Sesar yang melewati wilayah Jawa Timur dikenal dengan Sesar Kendeng. Sesar Kendeng merupakan zona sesar yang memanjang mengarah barat timur dari Jawa Tengah hingga bagian barat Jawa Timur. 

“Di bagian barat sesar kendeng ini terlihat menyambung ke dalam sistem Sesar Semarang dan Baribis,” lanjut Amien Widodo.

Sesar Kendeng diungkapkan oleh peneliti dari Universitas Nasional Australia, A Koulali (2016) berdasarkan hasil pengukuran global global positioning system (GPS) dan Sesar Kendeng merupakan sesar naik.

Keaktifan Sesar Kendeng ini berdasarkan data kegempaan di Klangon Saradan yang hampur terjadi tiap bulan dengan skala M 3 - 4 dan gempa bumi pada tahun 1836 mengguncang Plosi Mojokerto dengan skala intensitas VII-VIII MMI (Mercally Modified Intensity). 

Demikian juga yang terjadi di Pasuruan tahun 1889 (VI MMI), Rembang-Surabaya (VII MMI), dan gempa dangkal yg teejadi pada 10 September 2007. Meski relatif kecil (4,9 SR) merontokkan karena 234 rumah di tiga kecamatan, yaitu Asembagus, Banyuputih dan Jangkar Kabupaten Situbondo.

Berdasar dari kejadian gempa darat tersebut di atas maka bisa belajar bahwa hancurnya bangunan disebabkan oleh faktor internal bangunan tersebut. Dan juga faktor eksternal yaitu magnitud gempa, pergeseran sesar dan respon tanah terhadap gempa. 

“Sesar Kendeng membelah Kota Surabaya melewati lapisan batuan dan lapisan tanah lunak yang sangat terpengaruh dengan gempa,” tandasnya.

Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia yang memiliki luas wilayah 33.048 ha, dimana 60,17% luas wilayahnya berupa kawasan terbangun dan jumlah penduduk kurang lebih 3 juta jiwa. 

Kota Surabaya sebagai kawasan yang dilalui Sesar Kendeng, terus berkembang secara dinamis sebagai salah satu pusat regional dan nasional yang kompleks.

Sementara berdasarkan data World Earthquake, Indonesia menduduki peringkat kedua negara berpotensi gempa setelah Jepang pada September 2019.

Hal tersebut dikuatkan dengan posisi Indonesia sebagai daerah cincin api yang berada di tiga titik pertemuan lempeng Eurasia, Australia, dan Pasifik.

Gempa di Indonesia terjadi salah satunya karena adanya sesar yaitu patahan atau titik gempa purba yang lama mati dan hidup kembali karena terpacu gempa besar. 

Kabid Humas Taruna Siaga Bencana (Tagana) Provinsi Jatim, Gus Ibrohem beberapa waktu lalu mengatakan, bahwa pemahaman bencana menjadi sangat penting dipahami bagi masyarakat. 

“Gempa purba ini mati suri dan memiliki durasi tiap empat abad, dan Indonesia sudah mendekati waktunya,” terang Gus Ibrohem.

Jika dilihat sekitar 400 tahun lalu, dalam data sejarah diduga bahwa gempa purba yang mengakibatkan gelombang tsunami besar terjadi sekitar tahun 1584 atau 1586. 

Menurut mitos pada tahun tersebut merupakan lahirnya legenda Ratu Laut Selatan Nyi Roro Kidul yang terkenal dengan ombak pantai selatan nan ganas juga ditakuti. Metode berdasarkan mitos tersebut juga dikenal sebagai geomitologi.

Pergeseran Sesar Kendeng juga disinyalir menjadi penyebab hilangnya Kerajaan Kalingga yang dikenal memiliki ratu termasyhur bernama Ratu Shima (674-695 Masehi).

“Gempa telah menjadi ancaman sejak Kerajaan Kalingga dengan Ratu Shima. Kerajaan ini hilang dan musnah. Jika banyak ditemukan barang kerajaan di dalam tanah adalah peninggalan pada masa tersebut yang terpendam akibat gempa,” tambahnya.

Bahkan dalam Babad Tanah Jawi dan Negara Kertagama juga terdapat saduran tentang bencana gempa yang dikaitkan dengan tsunami bernama “pabanyu pindah” yang melanda wilayah Majapahit bersamaan dengan lahirnya Hayam Wuruk pada tahun 1334.

“Untuk bisa memastikan kita harus belajar rekam jejak bencana di masa lalu. Gempa dengan siklus tiap empat abad sekali ini menjadi ancaman yang harus diwaspadai oleh warga dengan cara meningkatkan pemahaman bencana,” imbau Gus Ibrohem yang juga pernah menjadi navigator dalam pencarian korban gempa di Lombok tersebut. 

Benang merah tidak bisa diputus sedemikian rupa karena untuk mewujudkan kejayaan negara dari segala sisi perlu belajar dari masa lalu. 

“Ini yang harus ditumbuhkan agar bisa mengurangi resiko bencana kalau mau belajar rekam jejak bencana yang kita lalui,” demikian ia mengingatkan.

Peta Sesar Kendeng sendiri menyambung dari Lembang Bandung, Semarang, Jawa Timur hingga NTT. 

Cirinya setiap ada jalan sudah diperbaiki baik dipaving maupun dihot mix selalu akan timbul retakan sebagai bentuk energi tanah gerak yang berpotensi sesar. 

Di Jawa Timur perlu diwaspadai adalah Wilayah Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Bangkalan, dan sebagian Mojokerto karena bisa terdampak oleh pergeseran sesar tersebut. Namun, gempa besar di Laut Jawa hari ini tidak berpotensi menghidupkan pergerakan sesar purba itu.

Diketahui, gempa awal terjadi pada pukul 11.22.45 WIB. Skalanya magnitudo M 5,9. Gempa susulan berskala lebih besar M 6,5 kembali mengguncang pada pukul 15.52.58 WIB. 

Hasil analisis BMKG menunjukkan episenter gempa bumi terletak pada koordinat 5,92° LS ; 112,35° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 114 Km arah Timur Laut Tuban, Jawa Timur pada kedalaman 12 km.

Gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di Pulau Bawean dengan intensitas V-VI MMI (getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, barang-barang/pajangan terpelanting, terjadi kerusakan ringan).

Sementara daerah Blora, Madura, Gresik, Surabaya, Kab. Banjar dengan skala intensitas III-IV MMI (bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah ). Daerah Mojokerto, Banjar Baru, Sampit, Banjarmasi, Martapura, Balikpapan, Tanah Grogot, Malang, Lumajang, Madiun, Nganjuk, Pasuruan, Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Semarang dengan skala intensitas II-III MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu)

Dan daerah Yogyakarta, Kulon Progo, Kebumen, Temanggung, Blitar dan Solo  dengan skala intensitas II MMI ( Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang). Berdasarkan laporan dari masyarakat gempabumi ini menimbulkan kerusakan di Pulau Bawean. 

"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi tsunami," ucap Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono.

"Update gempa bumi Bawean sampai dengan jam 17.00 WIB telah terjadi 41 gempa bumi," tambahnya.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif di Laut Jawa. 

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip)," katanya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES