Terkendala Daya Tampung, Pembelian Ikan Tuna oleh Harta Samudra Terbatas, Dibenarkan DKP Morotai
TIMESINDONESIA, MOROTAI – PT Harta Samudra Morotai mengeluhkan terbatasnya daya tampung cold storage dan sarana transportasi menuju ekspor sehingga berdampak pada volume pembelian ikan di nelayan dibatasi.
Keterbatasan daya tampung perusahaan tersebut berdampak pada pendapatan nelayan karena hasil tangkapnya melimpah. Oleh karena itu pemerintah diharapkan segera mencari solusinya.
Advertisement
Diketahui, PT Harta Samudra adalah salah satu perusahaan pengekspor ikan tuna yang terbilang bonafit di Indonesia. Karena perusahan pengelola tuna loin yang berpusat di Ambon, Maluku, ini melakukan ekspor ke berbagai negara di Asia, seperti Jepang dan Vietnam maupun ke Amerika.
"Masalahnya sekarang kapasitas daya tampung di SKPT hanya 6 ton per hari, sementara hasil tangkap nelayan di Morotai per hari 12-16 ton. Jadi saat ini lagi menumpuk, menunggu kapal untuk ekspor," ungkap Kepala Cabang PT Harta Samudra Morotai, I Made Maliharradana, Jumat (10/5/2024).
Selain itu, kata Mali, sapaan Kepala Cabang PT Harta Samudra Morotai, terkendala kapal untuk pengiriman ekspor. Sebelumnya, Tol Laut satu bulan dua kali masuk Morotai dengan dua kapal. Saat ini hanya satu kali kapal masuk dalam satu bulan dengan jatah kontainer terbatas.
"Dengan adanya kendala daya tampung dan transportasi laut untuk ekspor, maka saat ini PT Harta Samudra mencari solusi dengan mengambil langkah berani melakukan pengiriman ikan melalui Pelabuhan Tobelo, Halmahera Utara. Hal ini kami lakukan agar sirkulasi pembelian ikan di Morotai tidak mati," terang Mali.
Lelaki kelahiran Tabanan Bali ini mengatakan, langkah itu pun belum dapat mengatasi masalah di SKPT. Karena, selain mendapat jatah kontener di kapal saat pengiriman yang terbatas, hasil tangkap nelayan per hari jauh lebih besar dari daya tampung ikan/cold storage) yang dimiliki PT Harta Samudra Morotai saat in.
Untuk itu, Mali menyarankan agar para nelayan dapat menjual hasil tangkapnya ke perusahaan ikan lain yang ada di Morotai. Tidak semuanya bergantung ke PT Harta Samudra, sementara daya tampung ikan sangat terbatas, dan bila ini dipaksakan akan mempengaruhi kualitas ikan.
"Di Morotai pembeli ikan kan bukan hanya PT Harta Samudra. Tapi ada di Desa Sangowo, Morotai Timur dan ada di Desa Tiley, Morotai Barat. Jadi jangan hanya PT Harta Samudra yang dilirik, kompetitor lain juga diberi kesempatan masuk Morotai, karena semakin banyak kompetitor maka semakin bagus sirkulasi ekonominya," sarannya.
"Lagian PT Harta Samudra tidak pernah membeli ikan ke nelayan langsung, tapi melalui suplayer. Jadi kalau ada informasi mengatakan PT Harta Samudra tidak mau beli ikan nelayan ini tidak benar. Dan, saya tidak pernah dihubungi, PT Harta Samudra selalu siap beli dari suplayer, prinsipnya ada kualitas ada harga," pungkas Kepala Cabang PT Harta Samudra Morotai, I Made Maliharradana.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemkab Morotai, Yoppi Jutan mengakui soal dilema yang dihadapi perusahan pembeli ikan maupun nelayan. Karena, di satu sisi volume daya tampung di perusahaan terbatas, sisi lainnya hasil tangkap nelayan saat ini meningkat dua kali lipat.
"Saat ini memang volume pendaratan ikan Tuna di Morotai sedang meningkat dua kali lipat dari biasanya, bahkan lebih. Data volume distribusi pendaratan ikan Tuna tertinggi yakni dari Morotai Utara sebesar 40 persen, Morotai Timur 30 persen, Morotai Selatan 20 persen dan sisanya sekitar 10 persen di pasok dari luar, dari 3 sentra tersebut termasuk dari luar Morotai," ungkapnya.
Yoppy mengatakan Morotai tercatat sebagai salah satu Kabupaten penghasil Tuna tertinggi di Provinsi Maluku Utara.
Rata-rata ikan Tuna mendarat di Morotai sebanyak 400 ekoran setiap hari, namun saat ini meningkat dua kali lipat hingga mencapai 800 ekor.
"Sementara kapasitas produksi di PT Harta Samudera maksimal sebanyak 300 ekor setiap harinya. Sebagian lainnya diserap oleh pembeli lain, seperti CV Charli Morotai Cemerlang dan Koperasi Nelayan Tuna Pasifik yang domisili perusahaannya di Desa Sangowo," ujarnya.
Menurut orang nomor satu di DKP Pemkab Morotai, saat ini pembeli selain PT Harta Samudera masih terkendala dengan rendahnya serapan pasar eksport sehingga ikan yang mereka beli dari nelayan Morotai masih tertampung lama di Coldstorage baik di Morotai maupun di Jakarta.
"Semoga dalam waktu dekat dalam tahun 2024 ini sejumlah fasilitas pemerintah yang tersedia di SKPT Morotai dapat beroperasi. Baik itu sarana prasarana berupa penambahan mesin pabrik es agar mutu dan harga ikan tuna terjaga stabil, cold storage berkapasitas 200 ton, hingga perluasan market ekspor. Upaya ini untuk menjawab sejumlah persoalan yang sedang dihadapi sekarang agar terhindar dari ancaman kubur ikan," harap Yoppi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |