Peristiwa Daerah

Darurat Sampah, Pemkot Yogyakarta Jalin Kerja Sama Pengelolaan Sampah dengan Pemkab Bantul

Jumat, 17 Mei 2024 - 20:08 | 48.06k
Pelepasan secara simbolik peralatan pengolahan sampah yang akan dibangun di ITF Bawuran. (FOTO: Rahadian/TIMES Indonesia)
Pelepasan secara simbolik peralatan pengolahan sampah yang akan dibangun di ITF Bawuran. (FOTO: Rahadian/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Sejak dilakukan penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan secara permanen pada 5 Maret 2024, terjadi darurat sampah di Kota Yogyakarta. Sejumlah warga Kota Yogyakarta yang kesulitan membuang sampah, akhirnya membuang sampah sembarangan di tepi jalan.

Untuk mengatasinya, Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan penandatanganan kerja sama terkait pengolahan sampah dengan Pemerintah Kabupaten Bantul.

Advertisement

Kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan MoU antara Pj. Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo dan Bupati Bantul Abdul Halim itu dilakukan di Kepatihan, disaksikan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan HB X, Jumat (17/5/2024) siang.

"Baru saja kami, Pemkab bantul dan Pemkot Jogja menandatangani perjanjian kerja sama untuk pengolahan sampah. Dan kami telah menyiapkan tempat di Intermediet Treatment Facility (ITF) Bawuran," kata Abdul Halim.

Dikatakan Halim, sampah yang berasal dari Yogyakarta akan dipilah dan diolah di ITF Bawuran hingga tuntas. Rencananya, ITF Bawuran yang berlokasi di kawasan TPA Piyungan ini akan mulai dioperasikan pada Juni 2024.

"Rencananya kapasitas penuh ITF di Bawuran ini dapat mengolah sampah 100 ton perhari, tapi nanti bertahap," pungkasnya.

Halim menuturkan, ke depan selain meningkatkan kapasitas pengolahan sampah, juga dilakukan penerapan teknologi yang lebih maju. Sampah yang diolah di ITF Bawuran akan dipilah dan sebagian diolah menjadi panel papan yang dapat digunakan untuk sektor industri lanjutan.

Dikatakan Halim, ke depan selain di ITF Bawuran, Pemkab Bantul melalui Perusahaan Daerah Aneka Dharma bekerja sama dengan perusahaan inovator teknologi hijau Paneltech.US Corp akan membangun Bantul Resilient Green City (BRGC).

"BRGC ini program yang kita gagas untuk meningkatkan nilai tambah, dari sampah yang diolah dan dipilah menggunakan teknologi tinggi, hasil akhirnya adalah papan," jelasnya.

BRGC yang lokasinya bersebelahan dengan ITF Bawuran ini akan mengelola setidaknya 100 ton sampah setiap hari, setidaknya akan menghasilkan sekitar 20 ton material hijau (green lumber), energi listrik setidaknya 1,4MWh dan 12.5 ton pupuk probiotik yang akan mendukung Program Lumbung Mataram.

Sementara, Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo mengatakan kerjasama dengan Pemkab Bantul merupakan bentuk komitmen untuk mengolah sampah yang menjadi problem masyarakat.

"Ini menjadi salah satu solusi kami, karena lahan sempit, padat penduduk, kami harus hati-hati. Sehingga pola kerja sama kami lakukan, kemitraan," katanya.

Dikatakannya, produksi sampah di Kota Yogyakarta mencapai sekitar 303 ton per hari. Dari jumlah tersebut, Pemkot Yogyakarta sudah melakukan upaya pengolahan sebagian sampah organik melalui program Mbah Dirjo atau Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja.

Selain itu, Pemkot Yogyakarta juga memiliki Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS 3R) yakni TPS 3R Nitikan, yang mampu mengolah sampah sebanyak 60-70 ton per hari. Serta sedang membangun dua TPS 3R lagi di Karangmiri dan Kranon. 

"Jadi itung-itungan kami itu, sampah yang belum tertangani itu masih sekitar 60 ton per hari. Ini yang kami tawarkan dengan Bantul, sekarang sudah jalan 20 ton. Nanti dengan adanya ITF Bawuran ini bertahap, apakah nanti 20 juga, atau 40 ton terus naik 50 ton," katanya.

Sementara Gubernur DIY, Sri Sultan HB X  berharap dengan kerjasama pengelolaan sampah antara Kota Yogyakarta dan Bantul diharapkan bisa menyelesaikan masalah darurat sampah di Kota Yogyakarta.

Dikatakan Sri Sultan, jika sampah bisa diolah maka diharapkan dapat mengubah pola pikir untuk tak lagi menghindari namun berlomba mendapatkan sebanyak mungkin karena bernilai ekonomi.

"Tadi kita semua menyaksikan penandatanganan kerja sama antara Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta, ini juga merupakan sejarah. Harapan saya, yang sebelumnya sampah hanya dibuang, semoga ke depan bisa menyejahterakan masyarakat," kata Sri Sultan.

Kepala Bebadan Pangreksa Loka, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo yang juga hadir dalam penandatanganan kerja sama tersebut memberikan apresiasi kepada Pemkot Yogyakarta dan Pemkab Bantul.

"Sangat senang. Menurut saya ini merupakan langkah konkret bentuk kolaborasi dan gotong royong, serta komitmen Pemkot Jogja dan Pemkab Bantul dalam menangani persoalan sampah," kata pria yang akrab disapa Mas Marrel ini.

Dikatakannya, dalam kerja sama ini,  Keraton Ngayogyakarta juga ikut berperan dengan memfasilitasi lahan atau lokasi yang nantinya dipakai sebagai pengolahan sampah. Meski, kata Mas Marrel, secara aturan pengelolaan sampah bukan merupakan ranah keraton.

"Semangatnya Jogja seperti itu, dan value-nya Jogja sebenarnya itu, yaitu bekerja sama, gotong royong. Semua orang bisa mengritik, tapi tidak semua orang mau menjadi bagian dari solusi. Sama dengan kita di keraton, secara aturan tidak ada di situ, cuma apa yang bisa kami bantu bersama, kami melu urun, melu mikir," pungkasnya.

Dia menambahkan, selain penyelesaian sampah hilir, juga perlu untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat. Sebab, penghasil sampah terbanyak adalah sampah dari rumah tangga.

"Buang sampah jangan sembarangan, kesadaran-kesadaran semacam ini harus mulai digerakan. Menurut saya, darurat sampah ini menjadi momentum, untuk semuanya gayung bersambut," imbuhnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES