Festival 1.000 Bantengan Ansor, Dakwah Pertahankan Marwah dan Pakem Bantengan

TIMESINDONESIA, MALANG – Festival 1.000 Bantengan yang digelar untuk meramaikan Harlah ke-90 GP Ansor Kabupaten Malang, di Pantai Balekambang Kabupaten Malang, pada 25 Mei 2024, disambut antusias seniman dan pegiat seni Bantengan serta warga Kabupaten Malang.
Pegiat seni dan seniman berharap, Festival Bantengan yang digelar GP Ansor ini tak sekadar hiburan semata. Namun bisa mengembalikan marwah dan pakem seni tradisional Bantengan yang punya nilai sejarah mendalam.
Advertisement
Terlebih, seni Bantengan merupakan kekayaan budaya yang punya nilai-nilai luhur yang bisa dimaknai. Tidak hanya sekedar hiburan.
Apresiasi sekaligus harapan para seniman pegiat Bantengan ini banyak disampaikan, saat acara Technical Meeting yang digelar pantia Festival 1.000 Bantengan PC GP Ansor Kabupaten Malang, bersama para juri, seniman, juga perwakilan peserta.
Mozaa Zee, salah satu perwakilan pegiat kesenian Bantengan mengungkapkan, bahwa dirinya sangat mendukung kegiatan Festival Bantengan oleh GP Ansor Kabupaten Malang.
Menurutnya, selain merangkul para pelaku seni Bantengan, festival ini juga diharapkan akan bisa mengembalikan marwah dan nilai kesenian Bantengan.
Sebaliknya, ia juga resah denga adanya pergeseran nilai dan marwah Bantengan, dengan adanya sexy dancer atau penari seksi yang ikut atraksi saat permainan bantengan digelar.
"Para tokoh seniman dan sesepuh sangat kecewa sekali dengan adanya pergeseran ini. Apalagi adanya dancer seksi yang sangat melecehkan kesenian Bantengan. Mereka kadang bingung, mau menyuarakan ini gimana, diam juga gimana. Dari pemerintahan pun agak sedikit lambat, menyikapi masalah marwah Bantengan yang sudah mulai luntur ini," ungkapnya.
Ia juga sangat bangga dan senang, karena selama ini merasakan bersama temen-teman komunitas bantengan lainnya juga perlu ada yang merangkul, tidak malah dipukul.
"Bantu kami penggiat seni dan para sesepuh Bantengan untuk kembalikan marwah Bantengan. Kami sudah banyak juga dipecah belah, karena Brang Wetan dan Kulon. Belum lagi, adanya musik DJ. Kita juga dibully, dibilang nggak pakem dan lain-lain. Pokoknya, kami minta bantu pada Ansor. Rangkul kami jangan malah dipukul," pinta Mozza.
Keprihatinan lunturnya marwah Bantengan ini juga diungkapkan sejumlah tokoh Bantengan Malang. Ki Takim Galogodjati menyatakan, digelarnya Festival Bantengan Ansor ini, sangat diharapkan penggiat seni Bantengan akan semakin paham dan memahami, bahwa kesenian Bantengan merupakan tontonan, tatanan, serta tuntunan yang ada sejarahnya. Ada pakemnya yang memiliki nilai luhur dan mendalam.
Selebihnya, kata Ki Takim, Festival Bantengan ini sebagai upaya yang pas di tengah maraknya kesenian Bantengan di masyarakat, untuk ajang silaturahmi yang mempertemukan sesama pelaku seni.
Suasana saat Technical Meeting jelang pelaksanaan festival 1.000 Bantengan di Balekambang. (Foto: amin/Times Indonesia).
“Terima kasih banyak, kami merasa dihargai, dengan Festival Bantengan ini kami merasa tidak sendirian dalam mengembalikan marwah Bantengan di Malang ini," tandasnya.
Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Malang, Suroso, juga menyambut baik dan mengapresiasi digelarnya Festival Bantengan oleh GP Ansor Kabupaten Malang ini.
“Saya sangat mengapresiasi acara yang digagas oleh GP Ansor dan dikawal Lesbumi. Saya harap, kedepan terus terjalin silaturrahmi dan kami akan bergandengan dengan Lesbumi untuk melakukan pembinaan kesenian di Kabupaten Malang," kata Suroso.
Juri profesional kostum dan tata rias Festival Bantengan GP Ansor, Mas Evan mengungkapkan, agenda Festival yang diadakan oleh GP Ansor ini merupakan langkah positif dalam merayakan budaya dan kebersamaan.
Acara ini tidak hanya menjadi sarana hiburan, melainkan juga bisa memperkuat ikatan sosial serta mempromosikan nilai-nilai luhur masyarakat. Ada banyak nilai dakwah ahlussunah Wal Jamaah, seperti yang diusung Nahdlatul Ulama (NU).
Terkait keresahan seniman Bantengan, pada pergeseran nilai dan marwah Bantengan karena adanya penari seksi, Evan menilai bahwa perubahan dalam nilai-nilai tradisional seni Bantengan saat ini sudah sangat mengkhawatirkan.
"Dari itu, sangat penting bagi kita untuk tetap menghargai dan melestarikan esensi asli dari seni Bantengan, sambil tetap membuka ruang bagi inovasi. Namun, tetap harus menghormati akar budaya dan selaras dengan nilai-nilai adat dan istiadat yang sudah menjadi pakem dalam kesenian Bantengan," jelasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |