House of Hope Gandeng John Robert Powers Kuatkan Soft Skill dan Komunikasi IBK

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Dunia kerja saat ini tidak hanya bergantung kepada kemampuan hard skill/keahlian si calon tenaga kerja saja. Ada aspek nonskill teknis yang harus dimiliki dan bisa menjadi penunjang sukses kelancaran serta produktivitas sumber daya manusia (sdm) yang bersangkutan.
Seberapa pentingnya kah kemampuan non-teknis tersebut?
Advertisement
House of Hope merupakan Lembaga pemberdayaan para individu berkebutuhan khusus (IBK) yang hadir guna mengoptimalkan potensi diri yang mereka miliki agar bisa menjadi manusia yang bermanfaat.
Apa yang menjadikan Lembaga tersebut istimewa dibanding yang lain? Tak pelak adalah soal kefokusannya untuk melahirkan sdm yang potensi dan berkeahlian dengan pengembangan karakter dan bakat yang dimiliki.
Bila ada seseorang yang “sempurna” baik dalam kondisi fisik dan mental, juga memiliki skill yang dibutuhkan, maka perusahaan biasanya akan menerima untuk merekrut segera untuk bergabung.
Namun, bila orang yang mengajukan diri untuk bekerja di satu perusahaan dengan kondisi yang berkebatasan, tentu akan menjadi pertimbangan apabila diterima bekerja di satu perusahaan.
Inilah yang menjadi sorotan dan fokus dari Lembaga House of Hope (HOH) yang menginginkan adanya optimalisasi dan peningkatan skill dari para IBK dengan mempersiapkan mereka terlebih dahulu, memberdayakan kemampuannya, melatih fisik dan disiplinnya sehingga kelak mampu menjadi pribadi yang bisa bermitra dengan perusahaan tempat dia bekerja.
“Kehadiran saya di House of Hope ini menjadi fasilitator bagi para IBK agar mereka bisa memiliki karakter atau pribadi yang kuat, bertanggung jawab, mandiri. Saya lebih fokus kepada peningkatan kualitas sikap mereka kemudian berikutnya adalah meningkatkan kemampuan komunikasi mereka,” ujar Caroline Sekarwati yang menjabat sebagai HR Director di John Robert Powers Indonesia yang berlokasi di Jakarta, Kamis (30/05/24).
“Kami memiliki tiga konsep yang disampaikan kepada mereka para IBK, bagaimana caranya bersikap, bertutur kata, dan bagaimana mereka memiliki pembawaan diri supaya orang melihat mereka adalah pribadi yang menarik. Sebagai contoh, bila hendak ke kantor maka cara berpakaiannya tidak asal-asalan, tidak menggunakan kaos saja atau memakai sandal,” tuturnya.
Caroline Sekarwati pun mengatakan bahwa pembinaan untuk para IBK saat ini yang ada di House of Hope, itu dilakukan dalam 6 kali pertemuan setiap minggunya. Dan itupun dipantau progress serta kemajuan dari pendidikan yang telah diberikan serta dibantu dibina kembali oleh tim HOH.
Menurut Caroline Sekarwati, dari hasil memantau tersebut, ia bisa menilai program apa yang harus dikembangkan untuk para individu berkebutuhan khusus tersebut ke depannya nanti.
“Kami sebagai trainer yang memberikan 3 konsep pengajaran, tahu bahwa konsep yang diberikan mampu membuat mereka siap untuk masuk ke dunia kerja. Adapun 3 konsep utama tersebut adalah pertama bagaimana mereka bersikap benar, artinya mereka mampu tanggung jawab, mandiri, berani untuk mengambil satu keputusan, kemudian bagaimana mereka punya inisiatif. Sikap-sikap inilah yang ingin kita bangun dari mereka,” ulas HR Director John Robert Powers ini.
Caroline mengutarakan bahwa penguasaan sikap yang diajarkan merupakan sikap yang dibutuhkan di dunia kerja. Ia menjelaskan bahwa menurut filosofi Mr.Powers, tidak ada individu yang tidak menarik, yang ada adalah yang tidak tahu bagaimana memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya.
HR Director John Robert Powers ini pun merasa senang dan berbahagia dengan efek dari pelatihan yang diberikan. Para IBK yang sebelumnya kurang memperhatikan bagaimana mereka berpenampilan, hari ini, Kamis (30/5/2024), para IBK telah mengalami kemajuan baik dalam berpakaian ataupun lainnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |