Satpol PP Pacitan Kucing-kucingan dengan Pengemis di Perempatan Lampu Merah

TIMESINDONESIA, PACITAN – Satpol PP Pacitan terus berupaya menertibkan gelandangan, pengemis, dan badut yang kerap meminta-minta di sejumlah perempatan lampu merah. Upaya ini dilakukan untuk menjaga ketertiban umum dan mengembalikan fungsi trotoar dan bahu jalan.
Kepala Satpol PP Pacitan, Ardyan Wahyudi, mengatakan pihaknya melakukan patroli rutin setiap hari mulai pukul 10.00-14.00 WIB. Namun, mereka kerap berhadapan dengan "kucing-kucingan" dengan para pengamen dan badut jalanan tersebut.
Advertisement
"Saat petugas datang, mereka langsung lari ke perempatan lain," ungkap Ardyan, Rabu (5/6/2024).
Salah satu contohnya adalah di perempatan lampu merah Penceng dan Bapangan. Saat petugas patroli di jam-jam biasa, mereka tidak terlihat. Namun, mereka justru mangkal di sana saat jam pulang kerja, yakni pukul 15.00-16.00 WIB.
Untuk mengatasi hal ini, Ardyan mengatakan pihaknya akan mengevaluasi jam operasional patroli. "Kami akan coba sesuaikan jam operasionalnya agar lebih efektif," ujarnya.
Satpol PP juga menyita alat-alat yang digunakan para pengamen dan badut untuk meminta-minta. "Kami sita alat-alatnya seperti kostum dan alat musik. Tapi kami tidak menyita barang pribadi mereka," kata Ardyan.
Para pengamen dan badut yang terjaring razia tersebut kemudian dibawa ke kantor Satpol PP untuk didata dan dibina. "Kami berikan mereka pembinaan dan membuatkan surat pernyataan. Jika mereka masih mengulangi perbuatannya, akan ada tindakan lebih tegas," tegas Ardyan.
Pedagang Kaki Lima (PKL) Juga Jadi Sasaran
Selain gelandangan, pengemis, dan badut, Satpol PP Pacitan juga menertibkan para pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di trotoar dan bahu jalan. "Kami ingin trotoar dan bahu jalan kembali berfungsi semula," ujar Ardyan.
Sebagai solusi, para PKL rencananya akan direlokasi di tiga tempat, yaitu pasar Minulyo, PLUT, dan Pancerdoor. "Namun, kami masih belum tahu kesiapan dari ketiga tempat tersebut," jelas Ardyan.
Adyan menyadari bahwa PKL juga memiliki peran penting dalam perekonomian masyarakat. "Kami akan mencarikan solusi terbaik untuk para PKL. Salah satunya adalah dengan menentukan jam operasional yang jelas," kata Ardyan.
Ketimpangan Sosial di Alun-alun
Para PKL di dalam alun-alun Pacitan juga kerap merasakan ketimpangan sosial. Selama ini, mereka ditarik retribusi, sedangkan pedagang di luar alun-alun justru terkesan dibiarkan.
"Kami juga bingung. Kalau PKL di Jalan Ahmad Yani ditarik retribusi, justru nanti dianggap sama saja melegalkan mereka," ungkap Ardyan.
Ardyan mengatakan bahwa perlu ada koordinasi antar instansi terkait untuk menyelesaikan permasalahan ini. "Permasalahannya bukan sekadar penertiban. Kita perlu mencari solusi jangka panjang yang adil bagi semua pihak," pungkasnya soal razia gelandangan, pengamen dan badut yang marak berkeliaran di Pacitan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |