Peristiwa Daerah Pilkada 2024

Fenomena Baliho Calon Wali Kota, Dosen Komunikasi UM: Efektif untuk Popularitas dan Elektabilitas

Senin, 08 Juli 2024 - 13:47 | 55.93k
Baliho bergambar tokoh calon Wali Kota Malang di Jalan MT Haryono Kota Malang, Jumat (5/7/2024). (foto: Valentina Kusmila Putri/TIMES Indonesia)
Baliho bergambar tokoh calon Wali Kota Malang di Jalan MT Haryono Kota Malang, Jumat (5/7/2024). (foto: Valentina Kusmila Putri/TIMES Indonesia)
FOKUS

Pilkada 2024

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Fenomena kemunculan baliho tokoh yang akan mencalonkan diri di Pilkada selalu berulang. Termasuk di Kota Malang, Jawa Timur. Puluhan baliho bergambar tokoh yang bersaing menjadi Wali Kota Malang di Pilkada 2024  muncul sepanjang tepi jalan utama, bahkan sampai di jalan-jalan kecil di perkampung. 

Sebenarnya apakah  pola pola baliho pilkada seperti ini masih dianggap efektif?

Advertisement

Dr. Akhirul Aminullah, Dosen Kepakaran Komunikasi Politik di Universitas Negeri Malang, menyebut bahwa pola seperti itu masih dianggap “efektif” karena merupakan salah satu bentuk pola penjaringan dari masing masing pencalon. Menurutnya, pola ini memiliki dua tujuan yang pertama untuk popularitas kemudian yang kedua yakni elektabilitas.

Popularitas ini akan mendongkrak ketidak tahuan orang, yang pada awalnya tidak mengenal menjadi kenal karena banyaknya para pencalon itu tidak semua diketahui masyarakat umum. Dr. Akhirul sendiri pun mengaku belum tentu mengetahui mereka.

“Kecuali Abah Anton (Muhamad Anton) yang sudah pernah menjadi wali kota Malang kemungkinan semua orang juga sudah tahu, namun jika yang pencalon baru-baru belum tentu tahu, nah jadi baliho ini bisa menjadi salah satu cara untuk dikenal masyarakat,” tutur Dr. Akhirul Aminullah. Jumat (5/7/2024).

Kemudian yang kedua untuk meningkatkan elektabilitas diamana jika sosok tersebut tidak dikenal masyarakat maka tidak mungkin orang akan memilihnya.

“Tapi kalau orang tersebut dikenali dahulu baru masyarakat bisa berpikir untuk memilihnya atau tidak,” ungkapnya.

Baliho-2.jpgDr. Akhirul Aminullah, Dosen Kepakaran Komunikasi Politik di Universitas Negeri Malang. (foto: dok Dr. Akhirul Aminullah)

Mengenai dapat diubah atau tidaknya fenomena ini menurut Dr. Akhirul, pola seperti ini dapat diubah apabila nantinya terdapat suatu metode atau cara yang lebih efektif.

“Karena belum ditemukan metode yang lebih efektif maka pola ini akan tetap digunakan jadi pasti ada seleksi alam tersendiri, digunakan atau tidak itu tergantung hal ini masih mempengaruhi atau tidak,” ujar Dr. Akhirul.

“Tapi kalau menurut saya hal ini masih efektif walaupun jaman sekarang ini terdapat media sosial, namun media sosial ini kan dipengaruhi oleh algoritma, di mana algoritma setiap orang berbeda beda. Jika orang suka konten kuliner maka konten yang muncul padanya pasti berkaitan dengan kuliner maka tidak mungkin konten mengenai para pencalon akan keluar di laman media sosialnya,” tambahnya lagi.

Terkait pemasangan baliho yang tidak sesuai aturan seperti memaku baliho di pohon, memasangnya di depan rumah ibadah, dan sebagainya mungkinkah hal itu disebabkan karena peraturan yang kurang tegas atau memang masyarakat sekitar yang bebal, Dr. Akhirul mengatakan bahwa keduanya sama sama memiliki kesalahan.

Pertama memang aturan yang diberikan memang kurang tegas, kedua memang sudah menjadi kebiasaan buruk masyarakat yang memasangnya tidak aturan. 

“Orang orang politik membiarkan hal ini sebab target mereka memang untuk dikenal, bahkan terkadang jika melanggar dan viral justru mereka akan senang mereka semakin dikenal,” ujarnya

“Masyarakat itu juga permisif terhadap hal hal pelanggaran itu, yang penting oarangnya baik royal sudah mereka itu melupakan etika yang ada,” ungkap Dr. Akhirul.

Sementara itu, Jumiati salah satu ibu rumah tangga di Kota Malang merasa keberadaan baliho tokoh yang akan mencalonkan diri di Pilkada 2024 bisa membantunya mengerti mengenai siapa saja yang akan berkompetisi.

Namun begitu, Jumiati merasa perlu aturan tegas dan komitmen para calon untuk bersih-bersih baliho agar wajah kota kembali bersih.

“Saya sebagai warga malang  sebenernya tidak begitu terganggudengan adanya baliho ini, asalkan di pasang dengan maksimal dan pada tempatnya jangan mengganggu pemandangan, janganjuga mengganggu akses jalan,” ujarnya.

Jumiati juga memaparkan bahwa apabila kampanye berupa baliho ini akan diubah menurutnya itu tidak memungkinkan.

“Kalau diubah lewat media sosial, saya yang kurang tahu tentang media begitu nanti tidak mengerti dan tidak tahu informasi mengenai calon calon wali kota itu. Menurut saya, mungkin sama seperti informasi diskon d iminimarket saya biasanya mengetahui diskon diskon seperti itu ya dari baliho yang mereka pasang di pinggir jalan itu,” ujar Jumiati. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES