Menggali Kemunduran Demokrasi dalam Bedah Buku “Demokrasi Dikorupsi"

TIMESINDONESIA, MALANG – Social Movement Institute (SMI) mengadakan Roadshow Festival Literasi di berbagai kota di Indonesia, yaitu di Yogyakarta, Jember, dan Malang.
Rangkaian acara di Kota Malang, Jawa Timur di isi dengan Diskusi Publik: Bedah Buku “Demokrasi Dikorupsi” yang diselenggarakan di Toko Buku Togamas, Kamis (18/7/2024).
Advertisement
Pada kegiatan bedah buku ini, narasumber yang dihadirkan adalah Miri Pariyas Tutik Fitriya, salah satu penulis buku, Ahmad Adi Susilo (Pegiat Anti Korupsi), dan Daniel Siagian (Koordinator LBH Surabaya Pos Malang).
Miri Pariyas, dalam pemaparannya mengatakan bahwa buku tersebut berdasar pada pengalaman para penulis, yang tergabung dalam Malang Corruption Watch (MCW), membicarakan keresahannya pada kemunduran demokrasi saat ini.
“Dari tahun 2019, hingga hari ini kita tahu bahwa demokrasi kita tidak lagi stagnan, tapi mengalami kemunduran,” ujarnya.
Menurut Miri, indikator ini dapat dilihat dengan adanya kriminalisasi dan diskriminasi yang dilakukan kepada masyarakat yang berbicara tentang demokrasi atau melakukan advokasi.
Pada buku “Demokrasi Dikorupsi 1”, salah satunya juga membahas tentang bagaimana demokrasi bisa mundur. “Demokrasi mengalami kemunduran karena beberapa hal, salah satunya kurangnya partisipasi dari masyarakat,” ujar Miri.
Pada hakikatnya, menurut Miri, pemilu yang digadang-gadang sebagai pesta demokrasi rakyat, malah menjadi pesta oligarki.
Kegiatan pemilu yang terjadi saat ini, dianggap bahwa pihak-pihak yang terlibat hanya mengatasnamakan rakyat. “Disana tidak ada partisipasi publik, yang menjadikan masyarakat adalah ruh dari demokrasi,” tegasnya.
Korupsi juga dikatakan bukan hanya sekedar kerugian negara, namun juga dapat dilihat dari sisi ekonomi politik.
Menurutnya, pengusaha-pengusaha yang masuk dalam dunia politik, dilihat akan memainkan kepentingan-kepentingan dalam mengambil keputusan, yang nantinya keputusan tersebut akan mengarah kepada kebijakan yang diinginkan oleh pengusaha tersebut.
Pada buku “Demokrasi Dikorupsi 2”, ia juga mengatakan bahwa masyarakat harus melembagakan gerakan sosial yang berhubungan dengan politik, khususnya Gerakan Anti Korupsi.
“Bagaimana kita bisa melakukan perubahan-perubahan sosial, kalau tidak dikuatkan dalam pendidikan politik,” ujarnya.
Selain itu, Miri juga mengatakan bahwa peran perempuan harus turut andil dalam Gerakan Anti Korupsi, dan juga didalam gerakan sosial lainnya. Hal tersebut merupakan bentuk keadilan, yang melihat bahwa perempuan juga merupakan manusia, sebagai makhluk intelektual. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |