Akhir Muharram, Ribuan Peziarah Padati Makam Brotonegoro di Astana Giri Gombak Ponorogo

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Ribuan peziarah memadati kawasan makam Tumenggung Brotonegoro di Astana Giri Gombak, Desa Nglarangan, Kauman, Ponorogo, Jawa Timur Minggu (28/7/2024).
Mereka datang dari berbagai daerah ke makam Bupati Ponorogo untuk area Polorejo tersebut. Informasi yang dihimpun, berdasarkan data sejarah, pada 1825 rumah Brotonegoro di wilayah tersebut sempat disinggahi oleh Pangeran Diponegoro yang sedang dalam pelarian melawan penjajah Belanda.
Advertisement
Akhir dari perlawanan, Tumenggung Brotonegoro yang telah tertembak Belanda, oleh pekatik alias kusir kereta kudanya, dibawa ke bukit Gombak untuk dimakamkan.
Ribuan peziarah naik ke atas bukit Gombak menuju makam Tumenggung Brotonegoro, Nglarangan, Kauman, Ponorogo. (Foto: Bambang HI/TIMES Indonesia)
Di Astana Giri Gombak, ada empat makam terdiri dari makam Turonggo Gaprik (kuda Gaprik), lalu di sebelahnya ada makam pekatik atau kusir kuda Gaprik.
Masuk ke area makam utama, ada dua nisan. Yakni Makam Tumenggung Brotonegoro bersama istrinya, Tedjo Sumekar. Kedua nisan itu ditutup kain kafan putih, dikelilingi tirai berwarna hijau dan putih.
Muhammad Bagus Nugroho, peziarah asal Prambon, Kabupaten Madiun menjelaskan, dirinya rutin setiap tahun berziarah ke Astana Giri Gombak Nglarangan, Kauman, Ponorogo. Biasanya, dia datang bersama rombongan yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan.
"Sudah menjadi tradisi, di akhir Muharram kami berziarah ke Nglarangan. Biasanya datang bersama rombongan jemaah lain, baik naik motor, mobil, truk maupun bus," katanya.
Kiai Ahmad Musyafak Zuhdi, peziarah asal Gotak, Geger, Kabupaten Madiun menambahkan, ziarah di makam Tumenggung Brotonegoro juga memiliki makna napak tilas ruh perjuangan tokoh melawan penjajah yakni Belanda.
"Ada pelajaran cinta tanah air dan juga bagaimana sebuah perjuangan seorang tokoh dalam perlawanan menghadapi penjajah, tidak harus melibatkan banyak orang atau masyarakat atau rakyat. Tetapi kesatria, menghadapinya. Jiwa kesatria ini harus diteladani di zaman sekarang," paparnya.
Menuju makam Tumenggung Brotonegoro di Astana Giri Gombak peziarah harus jalan menanjak sejauh kurang lebih dua kilometer. Tanjakan cukup curam sehingga menguras energi atau tenaga para peziarah. Disarankan peziarah membawa air minum untuk menghilangkan dahaga. Apalagi saat cuaca panas. Di akhir Muharram, peziarah banyak yang datang, di antaranya rombongan dari jamaah Sewulan, Kabupaten Madiun. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |