Silaturahmi Mubaligh Muhammadiyah dan Takmir, Bahas Tantangan Dakwah Kekinian
TIMESINDONESIA, MALANG – Berbagai problematika dakwah banyak dikupas dalam Silaturahmi Mubaligh Muhammadiyah dan Takmir Masjid se Malang Raya yang dilangsungkan di Pesantren Enterpreneur Muhammadiyah (PEM) Gondanglegi, Kabupaten Malang, Ahad (25/8/2024).
Acara silaturahmi ini menghadirkan Ketua Majelis Tabligh PW Muhammadiyah Jawa Timur, KH. Abdul Basit, LC, M.Pd.I. Hadir pula, Ketua PD Muhammadiyah Kabupaten Malang, Dr. Nurul Humaidi, M.Ag, dan Ketua PD Muhammadiyah Kota Malang, Prof. Abdul Haris, M.A.
Advertisement
KH. Abdul Basit mengungkapkan tantangan dakwah saat ini multidimensi. Audiens sasaran dakwah kini sudah bisa mengakses materi dari berbagai sumber, termasuk media sosial.
"Seorang dai tentu harus memahami hal ini, bisa membedakan materi yang disampaikan kepada orang yang sudah pernah menyerapnya, atau yang tidak tahu sama sekali," terangnya, di PEM Gondanglegi, Ahad (25/8/2024).
Di sisi lain, lanjutnya, tugas pendakwah adalah juga menyelamatkan orang lain melalui apa yang disampaikannya. Dalam artian, meluruskan pemahaman yang menyimpang dari ajaran Islam, juga menyelamatkan orang untuk menjadi tahu, apa yang benar dan harus dikerjakan untuk bekal akherat nanti.
Kiai Basit mengungkapkan bahwa dai atau muballigh kini juga menghadapi ujian cukup berat. Dimana, setiap apa yang disampaikan sesuai syar'i, namun dengan ada kekerasan atau ancaman, maka bisa menjadi persoalan ranah hukum.
Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, KH. Abdul Basit, LC, M.Pd.I. (Foto: Amin/TIMES Indonesia)
"Jadi, memang berdakwah itu harus dengan kesabaran, ya seperti Rasulullah. Menyampaikan amar ma'ruf nahi mungkar, muballigh Muhammadiyah juga harus dengan cara sabar dan berhati-hati. Jangan sampai terjebak, memahamkan konsep itu secara salah atau bisa disalahkan. Jangan sampai justru membuat orang lari," jelasnya.
Selain dengan sabar dan lemah lembut, konsep dakwah lebih banyak terkait akhlak dan muamalah. Sementara, syariat yang serta merta dan kaku, diberikan menyesuaikan kondisi masyarakat sasaran dakwah.
Dalam tausiahnya di hadapan ratusan muballigh Muhammdiyah dan takmir masjid di acara tersebut, Abdul Basit juga mengingatkan ancaman kaum orientalis yang bisa merusak Islam.
Ia menyerbutkan, orientalis mempengaruhi umat Islam dengan mempengaruhi kaum perempuan jauh dari urusan keluarga, majelis taklim atau mualim yang tak lagi didengar. Juga, menjadikan tidak ada lagi panutan terhadap ulama dan muballigh oleh masyarakat.
"Cara berdakwah bisa mencontoh kenabian Rasullullah. Menjadikan orang gembira dengan Islam, dengan mempermudah untuk menerima Islam, saat materi disampaikan. Dakwah jangan lantas justru menakut-nakuti," pesan KH. Abdul Basit.
Sementara itu, Mudhir PEM Gondanglegi, KH M. Fahri, S.Ag, MM juga menyampaikan silaturahmi dan kajian ini untuk memberikan motivasi dan inspirasi pada para muballigh.
"Ya, karena mereka juga yang sehari-hari menyampaikan pemahaman agama, akhlak, juga nilai-nilai kemuhammadiyahan, baik di majelis taklim maupun amal usaha Muhammadiyah," terangnya.
Ustadz Fahri juga banyak menyampaikan bagaimana pengelolaan pondok pesantren dan masjid secara profesional, yang bisa menarik masyarakat datang menimba ilmu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |