Peristiwa Daerah

Aksi Mural Tembok Perbatasan Unsil, Cara 13 Seniman Tasikmalaya Memaknai Sumpah Pemuda

Minggu, 27 Oktober 2024 - 22:53 | 36.40k
Jamal, seniman mural asal Majenang berfoto di depan karyanya di Kampus Universitas Siwiwangi, Minggu (27/10/2024) (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Jamal, seniman mural asal Majenang berfoto di depan karyanya di Kampus Universitas Siwiwangi, Minggu (27/10/2024) (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya kembali menggelar aksi mural besar-di tembok perbatasan kampusnya, tepatnya di area Unit Pelaksana Akademik (UPA) Perpustakaan.

Bertajuk 'Aksi MURAL TEMBOK PERBATASAN Soempah Pemuda', kegiatan ini merupakan wujud semangat pemuda dan perayaan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober esok.

Advertisement

Acara yang dimulai pada pukul sejak 08.00 pagi ini mengundang tiga belas seniman mural dari berbagai daerah di Jawa Barat.

Ada Dude dan Dodot dari Bekasi Timur, Jodi dari Bekasi, Jamal Mural dari Majenang, serta sejumlah seniman dari Tasikmalaya, termasuk Leo, Asep Wawan, Nans Fine Art, Edi Sudrajat, Riki Bangkit, Dr. Rully, Yusa Widiana, Wildan M. Ardani, dan Agam M. Husen.

Universitas Siliwangi memilih Hari Sumpah Pemuda sebagai momen bersejarah untuk menggelar aksi ini.

“Tema Sumpah Pemuda yang kami pilih ini adalah bentuk pengingat dan penyemangat bagi mahasiswa serta masyarakat luas untuk selalu menjaga semangat persatuan dan nilai-nilai positif dalam kehidupan sosial,” ujar Bode Riswandi salah satu dosen Pedidikan Bahasa Indonesia di Universitas Siliwangi

Aksi mural ini juga diharapkan dapat memberikan dampak edukatif bagi para mahasiswa Unsil dan warga sekitar. Melalui karya-karya mural bertemakan Sumpah Pemuda sebagai bentuk ikrar para pemuda atau putra putri bangsa untuk tetap setia kepada tanah air dan bahasa Indonesia.

Bode menyebut inisiasi gelaran ini berawal berangkat dari kampus Universitas Siliwangi yang menunjuk dirinya untuk dapat memberikan konsep untuk memperindah dinding perbatasan kampus dengan berharap selain nilai estetika memiliki nilai lebih.

Selain itu Bode juga menyebut saat ini sedang ramai isu Bonus demografi, di mana kaum kaum muda seperti kaum Gen Z dan Milenial di mana pada akhir tahun 2030 akan banyak menguasasi semua lini.

Tetapi menurutnya bukan perkara kuatitas tetapi harus bertumpu juga pada kualitas, seperti pada beberapa tokoh yang dimural sepeti Muhamad Yamin, Bung Hatta dan Bung Karno di mana mereka melakukan Gerakan perjuangan tidak pada usia tua, melainkan di usia muda.       

Dan para seniman pun mampu menyampaikan pesan pentingnya peristiwa sumpah Pemuda yang merupakan tonggak sejarah dalam perjalanan menuju kemerdekaan Indonesia.

Seniman mural Tasikmalaya Edi Sudrajat, misalnya menciptakan mural menggambarkan simbol-simbol lambang negara yang diwujudkan dengan symbol burung garuda dengan warna-warna mencolok yang di bawahnya ada beberapa pemuda dari berbagai suku yang melambang persatuan para pemuda di Indonesia.

"Pada intinya gambar garuda ini merupakan lambang negara kita, yang melambangkan kegagahan dan dibawahnya banyak anak muda yang melambangkan persatuan kita yang bertujuan menuju Indonesia Maju Indonesia Juara,"ungkap Edi saat ditemui TIMES Indonesia di sela melukis mural di Kampus Unsil, Tasikmalaya. Minggu (27/10/2024)  

Sementara itu Dude dan Dodot dari Bekasi Timur, menciptakan mural dengan kosep pelopor sumpah pemuda dengan gambar latar belakangnya beberapa pemuda yang sedang menyemangati para pemuda lainnya agar semangat juang para pemuda tidak padam.

Dan Jamal Mural dari Majenang menyajikan karya yang mengangkat potret untuk lebih memahami tentang arti sejarah Bangsa Indonesia. "Kita mengambil gambar dua tokoh sang Proklamator Soekarno dan Mohamad Hatta," ungkap Jamal

Nans Fine Art dan Yusa Widiana dari Kota Tasikmalaya memamerkan ilustrasi yang menekankan pentingnya semangat perjuangan para pemuda di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk.

Salah satu seniman, Leo asal Kota Tasikmalaya, partisipasi mereka dalam kegiatan ini juga diharapkan bisa menginspirasi pemuda di Tasikmalaya dan sekitarnya untuk memotivasi semangat juang para pemuda. “Lewat mural, kami bisa menyampaikan pesan moral yang lebih kuat dan mudah dipahami,” ungkapnya.

Sementara itu salah satu warga Kota Tasikmalaya Pipih Sutarmi menyebut selain keindahan gelaran ini  menjadikan seni mural sebagai salah satu cara efektif untuk menyuarakan pesan-pesan sosial.

"Mural ini tidak hanya indah tetapi juga bisa memberikan motivasi dan semangat untuk generasi muda tentang pentingnya ikrar Sumpah Pemuda," ujar Pipih yang akrab disapa Ade.

Kegiatan mural ini tidak hanya memberikan warna dan estetika pada lingkungan kampus, tetapi juga memberikan ruang bagi para seniman lokal untuk menampilkan karya mereka.

Aksi mural sebelumnya yang bertema “stop bullying” terbukti mendapatkan respons positif dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa dan masyarakat.

Aksi ini juga menjadi ajang kolaborasi yang mempererat hubungan antara mahasiswa dengan seniman mural serta masyarakat umum, di mana karya mural dapat berperan sebagai sarana dialog sosial yang terbuka.

Rektor Universitas Siliwangi melalui Bode Riswandi menyatakan bahwa kampus selalu mendukung kegiatan seni yang positif dan berharap agar mural-mural ini bisa menjadi ikon penting yang menginspirasi semangat toleransi di kalangan mahasiswa.

Menginspirasi Pemuda Melalui Karya

Dalam momen bersejarah peringatan Hari Sumpah Pemuda, aksi mural ini menjadi simbol kebangkitan pemuda yang peduli akan isu-isu sosial seperti bullying dan pentingnya persatuan di tengah keberagaman.

Seni mural pun menjadi medium yang ampuh untuk menyampaikan pesan moral dan nilai-nilai persatuan kepada masyarakat luas.

Dengan berbagai warna dan gaya, mural-mural ini menambah keindahan kampus Universitas Siliwangi serta memberikan pengalaman visual yang menyentuh dan bermakna.

Tidak hanya itu, aksi mural ini juga diharapkan dapat mendorong pemuda Tasikmalaya dan sekitarnya untuk menjadikan nilai-nilai Sumpah Pemuda sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

Aksi mural di Universitas Siliwangi ini adalah bukti bahwa seni bisa menjadi instrumen untuk menggerakkan perubahan sosial. Lewat goresan warna dan simbol-simbol persatuan, para seniman ini memberikan pesan kuat untuk melawan bullying dan membangkitkan semangat kebersamaan.

Dengan adanya aksi mural seperti ini, diharapkan pesan moral yang disampaikan bisa lebih diterima oleh berbagai kalangan, khususnya para pemuda yang sedang berada di fase pencarian jati diri.

Mural sebagai seni publik tidak hanya menjadi hiasan visual tetapi juga berfungsi sebagai refleksi sosial yang mampu merubah cara pandang masyarakat terhadap isu-isu tertentu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES